Kejujuran sangat penting dalam hubungan apa pun dan merupakan komponen kunci untuk membangun kepercayaan. Termasuk dalam hubungan asmara. Namun, jika kejujuran sudah jadi menyakitkan, itu lain lagi ceritanya.
Sedihnya, orang sering memberikan komentar tentang “jujur tapi menyakitkan”, menyebut hal itu sebagai “kenyataan yang harus diberitahukan”. Memang ada benarnya.
Namun, jika kejujuran seperti ini terus dibiarkan, hal itu bisa mengarah pada dinamika hubungan yang toxic dan sebuah red flag nyata dalam hubungan.
Harusnya seperti apa kejujuran yang sehat itu?
Sanam Hafeez, PsyD, seorang neuropsikolog, mendefinisikan kejujuran yang sehat sebagai keterbukaan satu sama lain tanpa penilaian dan membantu membangun kepercayaan dari waktu ke waktu.
"Pasangan harus peduli dengan perasaan kamu dan bisa berempati dengan dirimu, bahkan jika kenyataan itu menyakitkan. Perlu ada tingkat saling menghormati antara kedua belah pihak untuk melakukan kejujuran yang sehat,” ujarnya.
Sementara menurut pakar hubungan Susan Trombetti, beberapa contoh kejujuran yang sehat, misalnya menawarkan kritik yang membangun dan menggunakan bahasa yang positif, mendorong, atau membangkitkan semangat. Kejujuran yang diberikan akan membantu dirimu keluar dari situasi negatif.
Lalu, bagaimana dengan kejujuran yang menyakitkan?
Jika kejujuran yang sehat membantu membangun kepercayaan diri, maka menurut Dr. Sanam kejujuran yang menyakitkan adalah ketika "kejujuran" ditujukan kepada pribadi dirimu, bukan tindakanmu. Contoh paling sederhana adalah, “Kamu sangat bodoh”.
Kejujuran seperti ini tidak memiliki belas kasih, terlihat agresif, dan tujuannya adalah untuk menyakitimu. Jadi, Susan bilang kejujuran yang menyakitkan adalah ketika komentar lebih seperti penghinaan daripada kritik konstruktif yang tulus.
Alasan kejujuran yang menyakitkan bisa menjadi red flag dalam hubungan
Bukan hanya menyakitkan, menerima ucapan jujur yang brutal juga menciptakan dinamika yang tidak setara di antara pasangan. Selain itu, harga diri si penerima ucapan kejujuran yang menyakitkan ini juga bisa rusak secara perlahan.
Dr. Sanam bilang, "Jika pasangan terlihat sempurna sementara ia terus-menerus menunjukkan kekuranganmu, itu berarti posisimu dan pasangan tidak setara. Ketika ada jarak yang begitu besar, seluruh dinamika hubungan akan mati. Tidak ada cara yang sehat untuk mempertahankan hubungan saat satu pasangan berada lebih tinggi dibandingkan yang lain."
Kejujuran yang menyakitkan bisa menjadi bentuk manipulasi dan pelecehan
Lebih lanjut, Dr. Sanam menjelaskan bahwa kejujuran yang menyakitkan juga bisa menjadi bentuk manipulasi seseorang untuk tetap menjalin hubungan. Itulah mengapa kejujuran seperti ini bisa juga menjadi salah satu bentuk pelecehan emosional.
"Orang yang sering berkata jujur dengan cara yang menyakitkan, terkadang melakukan ini untuk menjaga harga diri pasangannya tetap rendah. Dengan begitu, pasangannya itu akan merasa tidak ada orang lain yang bisa mencintainya. Jadi, ia akan tetap bersama pasangannya yang kasar karena merasa itu satu-satunya pilihannya," jelasnya.
Nah, jika pasangan terus-menerus merendahkanmu dengan dalih berkata jujur, membuat perasaanmu tidak cukup baik untuk bersama orang lain, dan membuatmu merasa harus tetap bersamanya, itu artinya ia sudah melakukan manipulasi kepadamu.
Lakukan ini jika pasangan sering berkata jujur yang menyakitkan
Ada banyak alasan mengapa seseorang mungkin sangat jujur dalam berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya saja, itu berasal dari masa kecil dan tumbuh dari orang tua yang juga sangat jujur. Jadi, ia tidak sadar kalau itu adalah hal yang menyakitkan. Kemungkinan lainnya adalah mekanisme pertahanan diri untuk tampil lebih tegas.
Jadi, menurut Dr. Saman kejujuran yang menyakitkan mungkin tidak selalu disengaja. Orang tersebut bahkan mungkin tidak menyadari hal itu mempengaruhi dirimu. Dengan alasan itu, tindakan pertama menghadapi pasangan yang sering berkata jujur yang menyakitkan adalah dengan jujur kepada mereka tentang bagaimana perasaanmu.
"Beritahu bagaimana kata-kata itu menyakitkan dirimu. Dari situ, pasangan bisa merespons secara positif dan bersedia mengubah tindakannya berdasarkan perkataanmu. Namun, jika pola kejujuran brutal terus berlanjut, yang dapat menyebabkan pelecehan emosional, mungkin sudah waktunya untuk meninggalkan hubungan,” sarannya.
Jadi, jika pasangan termasuk orang yang sering mengatakan kejujuran yang menyakitkan, cobalah berkata jujur kepadanya. Namun, jika hal itu sudah membuat harga dirimu rusak, jangan takut untuk mengakhiri hubungan tersebut.