Apa alasan untuk putus yang paling banyak dimiliki orang? Mungkin jawabannya adalah karena sudah nggak sayang lagi dengan pasangan. Tapi, bagaimana jika kamu masih sayang dengan pasangan dan tetap ingin putus? Apakah itu salah?
Well, hubungan percintaan bukanlah sesuatu yang sederhana. Cinta bukan hanya tentang si A dan si B saling menyukai dan jatuh cinta. Ada juga cinta bertepuk sebelah tangan, cinta segitiga, dan bahkan cinta, tapi nggak ingin melanjutkan hubungan yang sudah dijalani.
Jika kamu masih belum yakin apakah harus terus melanjutkan hubungan atau diakhiri saja, berikut ini Popbela berikan tujuh keadaan yang mengharuskan kamu untuk putus, meski masih sayang dengan pasangan.
1. Hubungan nggak berjalan dengan seimbang
Jika kamu merasa sudah beberapa waktu hubungan yang dijalani terasa nggak seimbang, maka itu tanda untuk mengakhirinya.
Contoh nggak seimbangnya seperti apa? Misalnya, pasangan merasa senang melakukan beberapa hal bersamamu, tapi kamu nggak. Atau kamu secara nggak sadar menghindari pasangan, padahal dia selalu mencarimu, itu juga bisa disebut nggak seimbang.
Hubungan pasti akan mengalami pasang surut dan kedua belah pihak harus sama-sama berjuang untuk membuatnya berhasil. Jika kamu nggak mau melakukannya lagi, itu sudah menjadi alasan kuat untuk putus.
2. Merasa sekarang bukan waktu yang tepat
Kamu nggak bisa memaksakan hubungan untuk berjalan dengan lancar, jika kamu sendiri merasa waktunya nggak tepat. Waktu yang tepat di sini maksudnya adalah jika kamu justru memiliki hal-hal lain yang menjadi prioritas, selain pasangan dan hubungan yang dijalani.
Misalnya, kamu masih ingin fokus dengan karier sedangkan pasangan sudah ingin menikah. Ini artinya kamu merasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjalani hubungan tersebut, meskipun kamu sangat menyayangi pasangan.
Jangan memaksakannya dan milikilah keberanian untuk mengakui ini dengan pasangan, agar nggak ada yang merasa terluka.
3. Kamu menginginkan hal yang berbeda dengan pasangan
Kamu dan pasangan bisa saja saling mencintai, tapi bukan berarti kamu juga harus memiliki keinginan yang sama dengannya. Setiap orang memiliki kesempatan untuk memilih cara hidup yang diinginkan, termasuk kamu.
Don Miquel Ruiz dalam bukunya, Mastery of Love, mengatakan, "Dalam setiap hubungan, terdiri dari dua bagian. Setengahnya milik kamu dan setengahnya lagi pasangan. Kamu hanya bertanggung jawab atas separuh milikmu dan nggak bertanggung jawab atas separuh lainnya.”
Jadi, kamu hanya bertanggung jawab untuk melakukan apa yang kamu inginkan, bukan pasangan. Begitu juga sebaliknya.
4. Kamu nggak bisa menjadi pasangan yang serasi
Hubungan pasti akan memiliki konflik, karena dijalani oleh dua orang yang bisa sangat berbeda. Menyayangi pasangan bukan berarti hubungan akan bebas konflik.
Menjadi pasangan yang serasi bukan hanya tentang menyukai hal yang sama, tetapi juga memastikan kalau kamu dan pasangan memiliki nilai yang sama, dapat mengatasi konflik, dan terus berkembang secara mandiri bersama-sama.
Jika kamu nggak merasakan hal tersebut, itu artinya kamu nggak bisa menjadi pasangan yang serasi. Ini bisa menjadi alasan kuat untuk putus, meskipun kamu sangat menyayangi pasangan.
5. Merasa memiliki kewajiban untuk melanjutkan hubungan
Pertanyaan pentingnya: Apakah kamu ingin melakukan kewajiban tersebut? Jika tidak, itu artinya kamu harus mengakhiri hubungan yang sedang dijalani.
Memang, sudah menjadi kewajiban bagi kamu dan pasangan untuk mempertahankan hubungan. Tapi, jika salah satu sudah mulai nggak berkomitmen untuk membuat hubungan menjadi lebih baik, itu artinya hubungan harus segera dihentikan.
6. Merasa nggak jadi diri sendiri lagi
Ketika kamu sangat menyayangi pasangan sehingga mengorbankan diri sendiri, inilah saatnya untuk move on dari hubungan tersebut. Ini tanda hubungan sudah nggak sehat lagi.
Jika kamu mulai berkompromi dengan diri sendiri—bukan dengan pasangan—dan mulai mengubah sifat-sifat aslimu, ini merupakan tanda untuk segera memutuskan hubungan. Apalagi jika orang-orang di sekitar sudah mulai mengeluh dengan perubahan dirimu menjadi lebih negatif, ini sudah termasuk tanda bahaya, ya.
Hubungan yang sehat dirancang untuk membuat kamu berusaha menjadi orang yang lebih baik, bukan lebih buruk.
7. Kamu nggak lagi menyukai pasangan secara romantis
Bukan berarti selama ini kamu nggak benar-benar menyukainya. Namun, jauh di lubuk hati paling dalam, kamu tahu kalau dirimu saat ini masih menyukainya bukan lagi sebagai seorang pasangan romantis.
Ketika kamu sampai pada tahap ini, bukankah lebih baik bilang langsung ke pasangan daripada bertahan dalam hubungan yang “palsu”? Hal ini bisa menjadi alasan kuat untuk putus, meskipun kamu masih menyukainya.
Jangan merasa bersalah, ya, Bela. Karena bisa jadi kamu justru “menyelamatkan” dirimu sendiri dan pasangan dari hubungan nggak nyata yang bisa menyakiti kedua belah pihak.