Pernah mendengar istilah "Emotional Manipulator"? Berdasarkan kata para ahli, emotional manipulator mengacu pada seseorang yang memiliki rasa insecure tinggi dan berusaha untuk mengancam atau membahayakan kesehatan jiwa orang-orang di sekitarnya. Mereka yang dapat memanipulasi perasaan orang lain, melakukan berbagai cara untuk membuat orang di sekitarnya bersikap sesuai keinginannya. Biasanya, ini terjadi dalam hubungan yang nggak sehat atau abusive relationship, di mana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainnya.
Ada banyak cara yang dilakukan emotional manipulator untuk dapat mengendalikan orang terdekatnya, dan salah satunya adalah mengeluarkan kata-kata manis penuh perhatian dan cinta agar pasangannya dapat percaya padanya dan menyerahkan dirinya sepenuhnya dalam hubungan. Kata-kata seperti apa yang biasanya digunakan emotional manipulator untuk dapat mengendalikan perasaan pasangannya? Melansir dari Bustle, ini contoh kalimatnya.
1. "Aku mengungkapkan rahasiaku padamu, adil rasanya jika kamu juga mengungkapkan rahasiamu."
Keintiman dalam hubungan berawal dari keterbukaan, menjadi rentan pada satu sama lain, dan terhubung. Namun ketika berhadapan dengan seseorang yang mau mengelabui perasaanmu, rasa keintiman itu hanya bualan semata. Sebagai salah satu proses untuk mengendalikanmu, hal yang akan mereka lakukan adalah berbagai sesuatu yang seakan rahasia padamu sehingga terlihat mau terbuka dalam hubungan. Misalnya, pengalaman buruk yang dialami masa kecil, atau cerita penuh trauma pada hubungan sebelumnya. Sayangnya meski cerita ini bohong belaka, kamu sulit mendeteksinya.
Dari menceritakan pengalaman pahitnya itu, kemudian ia akan mengatakan kalau kamu menjadi bagian dari inner circle-nya. Lalu, dia akan memintamu untuk turut bercerita tentang rahasia dirimu hanya karena itu terasa adil. Namun setelah mendapatkan informasi terdalam dari dirimu, mereka akan menggunakannya untuk mengendalikanmu atau balik menyerangmu.
2. "Ini selalu terjadi padaku."
Para ahli mengatakan jika setiap cerita yang dituturkan emotional manipulator umumnya berfokus tentang kemalangan dirinya. Setiap kisah yang ia bagikan denganmu biasanya tentang hal-hal buruk yang orang lain lakukan padanya. Padahal jika mau mendengarkan dengan saksama, kamu akan menyadari kalau kesalahan dalam cerita itu bukan sepenuhnya karena orang-orang itu.
Biasanya, cara ini digunakan untuk membangun keintiman dengan calon korbannya. Ia menceritakan pengalamannya yang dapat mengundang rasa iba sehingga kamu merasa kalau dirinya adalah korban. Perlu kamu ingat, orang dengan kondisi kejiwaan yang sehat melihat perannya dalam masalahnya, bukan menekankan kalau dirinya adalah korban.
3. "Kupikir dari sekian banyak orang, kamu dapat mengerti aku."
Emotional manipulator sangat lihai dalam membuat orang merasa bersalah. Jika kamu orang yang mudah berempati, wajar bagimu untuk merasa kasihan dengan pengalaman buruk orang lain dan ingin membantunya. Namun sayangnya, penipu perasaan ini sering bermain sebagai 'korban' dan mencari orang yang mudah berempati untuk menjadi korbannya.
Jika ia telah mengeluarkan jurus 'playing victim' namun kamu nggak berempati seperti yang diharapkannya, ia akan membuatmu merasa bersalah dengan mengatakan hal seperti, "Aku pikir kamu bisa mengerti aku lebih daripadan mereka?" atau, "Katanya kamu akan selalu ada untukku, tapi kamu malah seperti mereka yang meninggalkanku sebelumnya." Kalimat-kalimat itu adalah cara ia untuk membuatmu merasa ragu dengan dirimu sendiri, dan ingin mengendalikan dirimu.
4. "Aku nggak pernah melakukannya."
Faktanya, orang yang mudah mengelabui perasaan nggak pernah sadar dengan bahaya yang dapat ia sebabkan pada orang lain. Karena itu, ia nggak akan mengaku jika berbuat salah atau membuatnya seakan adil untuknya melakukan hal itu. Kalaupun pada akhirnya meminta maaf, ia akan mengubah permintaan maaf itu menjadi menyalahkanmu hingga keadaan menjadi terbalik. Kamu yang bersalah, kamu yang menyebabkanya berbuat hal itu sehingga perlu meminta maaf padanya.
Sesekali mungkin wajar terjadi. Namun jika sudah menjadi pola berulang dalam hubungan dan ia terus-menerus menyalahkanmu, ini sudah menjadi tanda hubungan yang nggak sehat, Bela. Semakin kamu kebingungan, semakin mudah bagi ia untuk mengendalikanmu.
5. "Kamu bersikap aneh, nggak ada apa-apa, kok."
Pasangan yang berusaha menguasai dan mengendalikanmu akan berusaha membuatmu merasa kalau dirimu mengada-ada, serta memicu masalah. Padahal sebenarnya, kamu bersikap wajar. Menurut para ahli, emotional manipulators akan berusaha meyakinkan pikiranmu kalau kamu bersikap aneh, bersalah, dan menjadi satu-satunya akar masalah yang harus diperbaiki dalam hubungan. Ketika kebingungan, kamu hanya mempermudah jalan pasangan untuk menguasaimu.
6. "Yakin mau melakukan hal itu?"
Orang yang ingin mengendalikanmu, bisa mengelabui perasaanmu dengan cara yang sangat halus, seperti menanyakan, "Kamu suka itu?", "Kamu mau itu?" dengan nada bicara yang mengesankan kalau ada yang salah dengan pilihanmu. Kamu pun menyadari nada judgmental dari pertanyaannya tersebut. Ketika bertanya balik pada dirinya, ia akan berusaha mengatakan kamu kamu hanya terlalu terbawa perasaan atau membesarkan sesuatu yang sepele. Di sisi lain, ia nggak mau mengakui atau menerima perasaanmu.
Saat kamu merasa ragu dengan pilihanmu sendiri, emotional manipulator menggunakan kesempatan ini untuk mengatakan hal yang seharusnya kamu pilih atau lakukan. Secara nggak langsung, ia telah berhasil menguasaimu.
7. "Aku percaya kamu peduli padaku jika melakukan hal ini."
Kalimat seperti itu biasanya digunakan emotional manipulator untuk membuatmu merasa bersalah sehingga mau melakukan seperti yang ia inginkan. Juga, kalimat itu akan mereka ucapkan ketika kamu menolak keinginannya. Jadi saat kamu berusaha menuruti keinginannya, saat itu pula ia berhasil menguasaimu dalam hubungan.
Memang nggak mudah menyadari jika pasanganmu adalah seorang emotional manipulator yang berusaha menguasai dirimu dan hubungan. Karena itu, selalu jaga dirimu dan jangan memutuskan hubungan dengan orang-orang di sekitarmu. Ceritakan pada keluarga atau teman mengenai situasimu dan pertimbangkan pendapat mereka mengenai hubunganmu dengan pasanganmu sehingga kamu selalu memiliki perspektif objektif terhadap kisah asmaramu.