Berbicara tentang hubungan romantis, pasti semua orang mendambakan hubungan sehat dan harmonis. Indikator mutlak keharmonisan suatu hubungan romantis tentu saja berasal dari sikap baik yang ditunjukkan oleh setiap pasangan. Contoh sikap yang dianggap baik itu seperti halnya, nggak egois, mampu mendengarkan pasangannya dengan baik, serta memiliki tingkat self-awareness atau kesadaran diri yang tinggi.
Namun, tentu saja nggak semua orang punya sikap seperti itu, masih banyak orang memiliki perilaku yang dianggap toxic, salah satu contohnya adalah perilaku pasif-agresif.
Kamu mungkin sering mendengar istilah ini, tapi apa, sih, sebenarnya sikap pasif-agresif itu dan apa saja contohnya? Simak di bawah ini, ya.
Arti pasif-agresif
Menurut Neuropsikolog dan Direktur Praktik Terapi “Comprehend the Mind” yang berbasis di Kota New York, Dr. Sanam Hafeez, PsyD, perilaku pasif-agresif digambarkan sebagai pola mengekspresikan perasaan negatif secara tidak langsung. Alih-alih memberitahu pasangannya tentang bagaimana perasaannya, dia malah memberikan petunjuk yang nggak jelas.
Perilaku yang dianggap toxic tersebut pun memungkinkan pasangannya merasa tertekan, tapi di lain sisi juga merasa kebingungan. Hal ini dikarenakan seorang yang pasif-agresif sangat suka menyembunyikan perasaannya dan nggak akan menunjukkan ketidaksukaan secara terbuka.
Di bawah ini, adalah 6 contoh sikap yang ditunjukkan seorang yang pasif-agresif.
1. Sering mengkritik dan menginvalidasi perasaan pasangan.
Contoh pertama adalah punya kebiasaan mengkritik ide, kondisi, dan harapan seseorang. Selain itu, mereka juga sering menginvalidasi perasaan dan mengabaikan pengalaman orang lain. Ketika seseorang terbiasa menginvalidasi perasaan orang lain, sebenarnya dia kesulitan untuk memproses emosi dan perasaannya sendiri.
Mereka mungkin tumbuh besar dalam lingkungan yang nggak terbiasa memvalidasi perasaan, sehingga di usia dewasa, dia merefleksikan hal tersebut kepada orang lain. Kalau pasanganmu seorang yang pasif-agresif, kamu juga akan merasa bahwa kamu sedang menghadapi anak kecil, bukan seorang yang dewasa.
2. Sarkastik.
Melontarkan lelucon terselubung atau sarkasme juga menjadi contoh lainnya. Mereka akan melontarkan lelucon yang sebenarnya nggak lucu, dan diikuti dengan ucapan "hanya bercanda" untuk melindungi dirinya.
Selain itu, menurut Dr. Sanam, sikap lain yang ditunjukkan adalah memberi backhanded compliment atau memberi pujian palsu, seperti halnya, “Kamu kelihatan cantik sekali, ya, kalau pakai makeup”.
Menurut seorang terapis perilaku berlisensi, Sherese Ezelle, L.M.H.C, pujian palsu bisa sangat merusak. Hal tersebut biasanya berasal dari ketidakamanan seseorang tentang diri mereka sendiri.
Pujian palsu menurut Sherese juga dapat dikategorikan dari bentuk yang dianggap kasar, hingga mikro-agresi. Sherese menambahkan, ketika seseorang memberi pujian palsu, ada baiknya untuk memperdebatkan hal tersebut, jika memungkinkan. Hal itu bertujuan untuk meminta kejelasan niat dari pujian tersebut.
3. Silent treatment.
Silent treatment juga menjadi contoh sikap lainnya. Melansir Usatoday, silent treatment merupakan suatu bentuk penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, termasuk dengan pasangan. Biasanya hal ini terjadi setelah pasangan bertengkar, salah seorang akan menolak untuk berbicara atau melakukan kontak mata.
Menurut para ahli, silent treatment menjadi bagian dari pola perilaku untuk mengendalikan atau menghukum seseorang. Seorang yang pasif-agresif melakukan hal ini dengan maksud menyakiti pasangannya, tapi dengan cara yang nggak langsung. Silent treatment dianggap berbahaya dan dianggap toxic dalam sebuah hubungan.
4. Berbohong.
Seorang yang pasif-agresif gemar berbohong kepada pasangannya. Melansir American Counselling Association, sebenarnya ada banyak alasan rumit yang menyebabkan seseorang berbohong.
Namun sering kali, kebohongan dibuat untuk melindungi diri dari hukuman, atau untuk melindungi orang lain dari hukuman. Selain itu, kebohongan juga dapat menghindari rasa malu, menyembunyikan situasi yang canggung, atau sekadar membuat orang lain berpikir lebih baik tentang orang yang berbohong tersebut.
5. Sering menyalahkan pasangan.
Menyalahkan pasangan atas banyak hal nggak masuk akal juga merupakan contoh lainnya. Sikap ini sebenarnya salah satu bentuk manipulasi emosi dengan cara menargetkan titik lemah pasangan, terlebih kalau pasangannya seorang people-pleaser, atau seseorang yang fokus untuk menyenangkan hati orang lain.
Seseorang dengan perilaku pasif-agresif pun merasa kalau pasangannya bertanggung jawab atas kebahagiaan dan kesuksesan hidupnya. Perlu diingat bahwa kebahagiaan dan kesuksesan diri sendiri, merupakan tanggung jawab mutlak diri sendiri, bukan orang lain, apalagi pasangan.
6. Suka membesar-besarkan masalah pribadinya.
Sikap ini ditunjukkan untuk menarik simpati dan bantuan dari pasangan. Mereka akan begitu vokal tentang masalah kesehatan yang dialami, juga dengan menunjukkan bahwa dirinya lemah dan tidak berdaya.Kemungkinan, sikap ini mereka tunjukkan untuk mengeksploitasi niat baik pasangannya. Perlu untuk diketahui, bahwa sikap seperti ini dianggap toxic dan berpotensi merusak hubungan.
Walaupun kesan sikap yang ditunjukkan begitu buruk, Dr. Sanam berpendapat, bahwa ada beberapa kemungkinan pemicu seseorang punya sikap pasif-agresif, salah satunya adalah tentang bagaimana orang tersebut dibesarkan.
“Seseorang mungkin tumbuh dalam keluarga dengan tidak mengandalkan komunikasi langsung untuk memecahkan masalah, sehingga dapat memicu respons yang lebih pasif-agresif terhadap situasi sepanjang hidup mereka,” katanya.
Memiliki pasangan dengan sikap seperti itu, tentunya menjadi sebuah tantangan besar dan pastinya nggak mudah untuk dihadapi. Semoga dengan membaca artikel ini bisa memberikan banyak informasi bermanfaat untukmu, ya, Bela!