Rebound relationship merupakan hubungan yang dibangun berdasarkan reaksi terhadap hubungan sebelumnya. Bila diartikan secara sederhana, rebound relationship merupakan hubungan pelampiasan atau pelarian.
Faktanya, banyak sekali orang yang terlibat dalam hubungan rebound. Alasan utamanya nggak jauh-jauh dari 'melarikan diri' dari luka putus cinta di hubungan terdahulu.
Menurut Micaela Stein, LCSW, seorang profesional di bidang kesehatan mental, rebound relationship biasanya berlangsung singkat dan dapat membingungkan secara emosional, karena tiap pasangan nggak yakin dengan apa yang mereka inginkan dan masih sangat terlibat secara emosional dengan hubungan romantisnya di masa lalu.
Lantas, apa saja tanda dari rebound relationship? Simak ulasan selengkapnya berikut ini yuk, Bela!
1. Selalu membahas tentang mantan di hubungan yang baru
Jika kamu terjebak dalam rebound relationship, kamu ataupun pasangan kerap kali membicarakan seputar mantan secara berlebihan. Meski dalam beberapa kasus ini dianggap wajar, tapi kalau segala hal selalu dikaitkan dengan mantan, seperti tiba-tiba membahas makanan favorit atau kebiasaannya, sudah jelas bahwa kamu berada dalam rebound relationship.
Ini menandakan bahwa kamu maupun pasanganmu masih begitu terikat secara emosional dengan sosok mantan dan hanya menggunakan hubungan di masa sekarang sebagai pelarian semata, Bela.
2. Jeda antara hubungan sebelumnya dan hubungan saat ini begitu singkat
Mengutip laman InStyle, ada banyak perdebatan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berdamai dari hubungan masa lalu. Ada yang menyebutkan tiga minggu, enam minggu, tiga bulan, hingga setengah umur hubungan romantis terdahulu.
Meskipun cukup bervariasi, tetapi apabila seseorang terjebak dalam rebound relationship, jeda waktu untuk masuk ke hubungan percintaannya yang baru amatlah singkat. Kalau kamu baru putus satu minggu yang lalu dan saat ini telah menjalin hubungan dengan orang lain, sangat jelas kalau kamu berada dalam hubungan pelarian.
3. Tidak adanya ketertarikan untuk melakukan percakapan mendalam
Tanda lainnya dari rebound relationship adalah keengganan untuk membicarakan hal yang mendalam atau deep talk. Salah satu di antara kalian mungkin nggak tertarik untuk mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi, bahkan nggak menunjukkan empati atau kepedulian sama sekali. Fokus percakapan utama dalam rebound relationship pun biasa hanya sebatas musik atau film favorit.
4. Tidak adanya ketersediaan secara emosional
Tanda selanjutnya dari rebound relationship adalah tidak adanya ketersediaan emosional di dalam hubungan. Pelaku pelampiasan biasanya akan menarik pasangannya mendekat sebelum akhirnya mendorongnya. Ia pun kesulitan menjadi rentan secara emosional dan pada akhirnya nggak mampu untuk memenuhi kebutuhan emosional pasangannya.
5. Pelaku rebound kerap mempermainkan perasaan
Pelaku dari rebound relationship biasa membuat pasangannya merasa sangat diakui. Hal ini bisa ditunjukkan lewat mengunggah foto kebersamaan di media sosial. Kamu mungkin akan sangat senang dengan sikapnya ini, akan tetapi kalau dia selalu kesulitan untuk menjadwalkan kencan, sangat jelas kalau kamu hanya ada di dalam hubungan rebound.
Selain itu, dia juga mungkin menutupi hubungannya denganmu dari keluarga hingga teman-teman terdekatnya.
6. Sosoknya begitu ketus
Seseorang yang menjadi pelaku rebound biasa menunjukkan perilaku yang buruk. Sikapnya bisa jadi sangat ketus dan penuh dengan kemarahan. Ini karena mereka masih belum bisa melupakan dan move on dari hubungan romantis mereka di masa lalu dan menggunakan pasangannya saat ini sebagai pelampiasan semata.
Mengapa seseorang mencari rebound relationship?
Seseorang yang mengalami putus cinta dan sulit untuk memenuhi kebutuhan sosial, fisik, dan emosionalnya kerap kali terjebak dalam rebound relationship. Biasanya, ini dimaksudkan agar ia bisa kembali terhubung dengan orang lain. Faktanya, terkadang hubungan semacam ini bisa saja menyembuhkan.
Meskipun ada kemungkinan untuk membantu memulihkan patah hati, tapi seseorang yang baru saja putus cinta meski paham soal kebutuhan dan keterbatasan emosionalnya. Ini bertujuan agar kesehatan mentalnya dapat terjaga dengan baik, serta membantunya dalam mencegah perilaku nggak sehat untuk menutupi atau menghindari emosi negatif.
Apa dampak dari rebound relationship?
Mengutip laman Very Well Mind, salah satu dampak terbesar dari rebound relationship adalah terganggunya kesehatan mental. Jika kedua belah pihak nggak memiliki pemahaman yang sama tentang kondisi emosional mereka, di mana satu pasangan hadir sepenuhnya dalam hubungan, sementara yang lain bereaksi terhadap hubungannya di masa lalu, ini bisa menjadi tantangan bagi keduanya.
Untuk itulah, kalau kamu saat ini berada dalam hubungan rebound setelah putus cinta, sangat penting untuk mengecek kondisi emosionalmu dan memastikan bahwa kamu memproses lukamu dari hubungan terdahulu, Bela.
Sebenarnya, seseorang bisa saja berada di dalam hubungan rebound yang sehat, asalkan memiliki kemauan untuk menyembuhkan luka perpisahan di masa lalu dan berkomitmen untuk menjadikannya kesempatan bertumbuh.
Nah, jadi itulah ulasan lengkap mengenai rebound relationship. Semoga artikel ini bermanfaat untukmu ya, Bela!