Saat ini, begitu banyak hubungan romantis yang terbentuk akibat ikatan trauma, dibandingkan karena cinta. Mengutip laman Medical News Today, hal ini bisa terjadi ketika seseorang mengandalkan pasangan yang melakukan kekerasan untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya.
Dalam hubungan romantis, ini digambarkan saat pelaku kekerasan menyakiti sang korban dan kemudian berjanji untuk berubah dengan menunjukkan perilaku yang sangat baik atau romantis. Di sinilah sang korban berpikir jika suatu saat nanti ia akan merasakan cinta dari sang pelaku. Namun pada kenyataannya, ia terjebak dalam ikatan trauma.
Semua orang tentunya berhak untuk memiliki hubungan percintaan yang sehat dan nggak didasarkan oleh trauma. Untuk itulah, Popbela sudah merangkum 8 perbedaan mendasar hubungan akibat ikatan trauma dan cinta, yang dikutip dari laman Psych Mechanics khusus untukmu. Check this out!
1. Kecepatan perkembangan hubungan
Perbedaan pertama ialah, hubungan yang terbentuk atas ikatan trauma biasa berkembang dengan sangat cepat. Di fase awal, biasanya pelaku melakukan love bombing, alias menghujani pasangannya dengan cinta yang begitu berlimpah. Beberapa di antaranya ialah memberikan pujian, hadiah dengan nilai fantastis, hingga tindakan pelayanan yang mampu meluluhkan hati.
Pada tahapan ini, sering kali seseorang agak kesulitan untuk melihat love bombing sebagai red flag, sehingga ia kerap kali melanjutkan hubungan, meski telah terindikasi toxic.
Di lain sisi, jika hubungan terbentuk atas dasar cinta sejati, koneksi akan terjalin secara bertahap. Nggak akan ada tuh yang namanya fase love bombing, Bela. Biasanya, kedua pasangan akan secara perlahan terbuka satu sama lain dan menunjukkan minat yang semakin besar dari waktu ke waktu.
Jadi dapat disimpulkan, kalau hubungan percintaanmu mengalir dengan waktu yang lama tapi konsisten menunjukkan peningkatan, bisa dikatakan kalau hubunganmu itu terbentuk atas dasar cinta.
2. Pasang surut
Dalam hubungan percintaan yang terbentuk atas dasar trauma, kerap terdapat fase pasang surut hubungan yang ekstrem. Biasanya, ini ditandai adanya ketakutan yang besar yang dirasakan tiap pasangan dan kemudian diikuti oleh momen-momen yang intens.
Namun, hubungan yang terbentuk karena cinta akan ada lebih banyak koneksi daripada ketakutan, dan terasa jauh lebih stabil.
3. Komunikasi
Kalau pasanganmu selalu menghindar ketika membahas percakapan mendalam alias deep talk, ini bisa jadi indikasi bahwa hubungan romantis yang kamu bangun terikat oleh trauma, Bela.
Komunikasi dalam hubungan atas dasar trauma terasa sangat terbatas. Korban di dalam hubungan pun hampir nggak punya kesempatan untuk menyampaikan kebutuhan dan keinginan mereka.
Jika dibandingkan dengan hubungan karena cinta, selalu ada komunikasi terbuka dan kedua pasangan mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyampaikan kebutuhan dan keinginan masing-masing.
4. Perasaan
Dalam hubungan atas dasar trauma, korban tidak tahu kapan mereka akan mendapatkan hadiah (koneksi) berikutnya dari pasangan mereka. Maka dari itu, mereka pun bertahan dalam hubungan beracun.
Sebaliknya, hubungan karena cinta terasa seperti privilese karena ada limpahan koneksi dan keintiman. Kedua pasangan pun merasa beruntung memiliki satu sama lain. Oleh karenanya, mereka memiliki rasa terima kasih yang tulus dan mendalam untuk hubungan tersebut.
5. Kekuatan
Hubungan atas dasar trauma selalu terdapat ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku memiliki kekuatan lebih dari korbannya, dan dengan demikian, pelaku memanfaatkan kekuatannya untuk mengeksploitasi sang korban.
Sedangkan dalam hubungan atas dasar cinta, tidak ada yang merasa dikendalikan atau dieksploitasi.
6. Ketergantungan
Selalu ada ketergantungan yang nggak sehat dalam hubungan karena ikatan trauma. Korban 'dipaksa' bergantung pada pelaku melalui manipulasi, pemerasan, penyiksaan, gaslighting, dan lain sebagainya. Seiring waktu, identitas dan harga diri korban pun perlahan terkikis.
Dalam hubungan karena cinta, kedua pasangan bergantung satu sama lain dengan cara yang sehat. Mereka saling mengisi tangki cinta satu sama lain, sekaligus mengisi tangki cinta mereka sendiri. Ini merupakan keseimbangan yang sehat antara kemandirian dan ketergantungan.
7. Gaya keterikatan
Gaya keterikatan yang nggak aman atau insecure attachment dari kedua pasangan membuat mereka lebih mungkin membentuk ikatan trauma. Orang dengan gaya keterikatan cemas atau anxious attachment cenderung terikat dengan sosok yang memiliki keterikatan penghindar atau avoidant attachment.
Namun dalam cinta sejati, kedua pasangan cenderung memiliki keterikatan yang aman sebagai gaya keterikatan utama mereka.
8. Batasan
Terdapat batasan yang lemah atau tidak adanya batasan sama sekali dalam hubungan karena ikatan trauma. Akibatnya, korban mungkin terjerat dengan pelaku, serta mengadopsi pandangan terhadap dunia dan perasaan pelaku. Lambat laun, mereka pun akan kehilangan diri mereka sendiri.
Sedangkan dalam hubungan yang terbentuk karena cinta, kedua pasangan mempertahankan batasan yang sehat melalui komunikasi terbuka dan dipenuhi empati.
Untuk memiliki hubungan percintaan yang sehat, tentu kamu perlu membentuk hubunganmu itu atas dasar cinta. Belajarlah untuk memulihkan luka atas traumamu di masa lalu, agar kamu bisa melihat dengan jernih apa yang kamu pantas dapatkan dan meninggalkan apa yang patut kamu tinggalkan. Semoga artikel ini bermanfaat untukmu ya, Bela!