Bela, pernahkah kamu mendengar istilah wokefishing? Wokefishing merupakan sebuah tren kencan baru, yaitu ketika seseorang berpura-pura memiliki pandangan yang sama dengan seseorang yang menarik perhatiannya. Biasanya, itu adalah pandangan terhadap isu-isu sosial atau politik yang marak diperbincangkan, seperti kesetaraan gender, diskriminasi warna kulit, dan lain sebagainya. Hal ini semata-mata mereka lakukan hanya untuk membuat korbannya tertarik berkencan dengan mereka.
Istilah wokefishing diambil paduan kata woke dan catfishing dalam kosakata slang, atau kosakata informal. Woke berarti sebuah perhatian yang ditunjukkan seseorang terhadap isu yang sedang hangat diperbincangkan, terutama isu ras dan diskriminasi. Sedangkan catfishing berarti orang yang membuat karakter palsu di media sosial untuk menarik atau menggoda korbannya. Istilah ini baru muncul di tahun 2020 lalu lewat sebuah artikel di laman Vice yang ditulis oleh Serena Smith.
Wokefishing jelas-jelas sebuah tren kencan yang manipulatif, karena para pelakunya nggak benar-benar memegang nilai-nilai atau pandangan yang mereka klaim. Lalu, bagaimana cara untuk mengetahui seseorang yang melakukan wokefishing? Berikut Popbela sudah rangkum 11 tandanya untukmu, melansir dari BOLDE. Simak artikelnya sampai selesai, ya!
1. Mereka nggak konsisten
Para pelaku wokefishing nggak konsisten dengan kata-kata dan tindakan mereka, karena mereka kesulitan untuk memakai “topeng” sepanjang waktu. Bisa juga karena mereka kebingungan untuk bertindak, sebab mereka nggak benar-benar berinvestasi pada suatu tujuan. Contohnya, mungkin mereka mengaku sebagai pencinta lingkungan, tetapi kamu memergoki mereka membuang sampah sembarangan.
2. Mereka sangat munafik
Sebenarnya, semua orang punya sedikit sifat munafik dalam keadaan tertentu. Namun, ketika kamu menjadi korban dari wokefishing, kamu akan melihat betapa munafiknya para pelaku tersebut. Misalkan, mereka terlihat mendukung penuh sebuah gerakan menentang diskriminasi ras tertentu dengan melakukan protes besar-besaran, namun kenyataannya, mereka masih sering menggunakan kata-kata bernada rasis.
3. Mereka akan berusaha terlihat baik
Hal lainnya yaitu mereka sering kali menunjukkan diri mereka sebagai orang yang baik. Seperti halnya mengklaim diri sebagai pendukung sebuah komunitas yang sering kali mendapat diskriminasi. Namun, dalam berbagai kesempatan, si pelaku bukannya fokus kepada hal yang perlu komunitas tertentu suarakan, mereka malah berusaha agar orang-orang memusatkan perhatian padanya dan berharap mendapat pujian bak seorang pahlawan.
4. Mereka mengatakan apa pun yang ingin kamu dengar
Saat kamu bertemu dengan pelaku wokefishing, sangat mungkin kamu kesulitan untuk melakukan percakapan yang bermakna, karena mereka hanya akan mengatakan apa yang menurut mereka ingin kamu dengar. Mereka juga akan berusaha untuk terlihat menyenangkan dan terbuka untuk semua pendapat yang berbeda.
5. Mereka bukan sosok yang baik pada orang lain
Pelaku wokefishing akan berlaku baik padamu, karena mereka pikir kamu menarik dan mungkin menginginkan sesuatu. Namun, mereka mungkin bersikap kasar pada orang lain yang mereka anggap berada “di bawah” mereka, dan kepada orang-orang yang nggak membuat mereka tertarik. Pada akhirnya, bukan nggak mungkin kamu akan diperlakukan seperti itu juga.
6. Mereka nggak bisa mempertahankan pandangan pribadi mereka
Pelaku wokefishing biasanya hanya akan mengikuti apa pun yang korbannya katakan, sehingga mereka nggak punya sudut pandang pribadi yang kukuh. Saat kamu bertemu dengan mereka dan menanyai pandangannya, kamu akan melihat mereka kesulitan untuk menemukan jawaban. Itu karena mereka sebenarnya nggak memiliki pendapat atau perasaan yang kuat untuk mendukung nilai-nilai yang mereka klaim.
7. Mereka tidak ingin menjawab pertanyaan terlebih dahulu
Jika kamu mengajukan pertanyaan tentang keyakinan mereka, jawaban mereka malah menyimpang dan nggak jelas sampai kamu mengatakan apa yang kamu pikirkan, kemudian barulah mereka menyetujuinya dengan antusias. Apalagi saat kamu berbicara tentang isu kontroversial yang kebanyakan orang punya pendapat kuat tentangnya.
8. Dengan pasangan yang berbeda, mereka pun jadi sosok yang berbeda
Jika kamu meneliti lebih dalam, kamu akan menyadari bahwa para pelaku wokefishing nggak memiliki identitas mereka sendiri. Misalnya, jika mantan mereka adalah seorang vegan, mereka juga akan menjadi seorang vegan. Namun, ketika telah bersamamu, mereka malah makan daging lagi tanpa ragu-ragu.
9. Pada akhirnya, mereka akan menunjukkan diri mereka yang sebenarnya
Pelaku wokefishing pada awalnya memiliki rencana jangka panjang untuk perlahan-lahan mencoba mengubah korbannya dengan cara berpikir mereka. Namun, pada akhirnya mereka akan menunjukkan diri mereka yang sebenarnya. Sebab, pelaku wokefishing nggak bisa membuat “pertunjukkan” selamanya.
10. Mereka memanipulasi orang lain
Jika para pelaku wokefishing berbicara buruk dan memanipulasi orang lain dalam hidup mereka, pada akhirnya mereka pun akan mulai melakukannya padamu. Jadi, kalau mereka tampak bangga telah menipu orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, atau terlihat sebagai orang yang paling baik di hadapan seseorang, namun berbicara buruk di belakangnya, sangat jelas bahwa mereka merupakan pelaku wokefishing.
11. Punya nilai konflik dengan orang-orang di sekitar mereka
Pelaku wokefishing biasanya punya nilai konflik dengan orang-orang di sekitar mereka. Misalkan mereka mengaku padamu sebagai pendukung feminisme, namun memberikan pembelaan atas temannya yang misoginis, atau orang-orang yang membenci perempuan. Kemungkinan besar sebenarnya mereka punya pandangan yang sama dengan teman-temannya.
Jadi itulah 11 tanda wokefishing. Apakah kamu punya pengalaman kencan dengan sosok manipulatif ini, Bela?