Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

8 Tanda Trauma Masa Kecil Memengaruhi Hubungan Romantis

Apa kamu mengalaminya juga?

Astri Amalia

Bela, kamu tahu nggak, sih, kalau ternyata trauma bisa memengaruhi hubungan romantismu dengan pasanganmu saat dewasa?

Menurut Melanie Greenberg, seorang psikolog klinis dan seorang penulis buku The Stress Proof Brain, trauma memang bisa menyebabkan pola negatif dalam hubungan romantis, lho.

Seperti halnya saat seseorang tumbuh dewasa dengan kekerasan di masa anak-anak, tumbuh kembang di tengah kondisi perang, atau pun kejadian traumatis lainnya, bisa mempengaruhi hubungan romantisnya dengan pasangan di usia dewasa.

Dr. Nicole LePera, seorang psikolog yang aktif lewat media sosialnya untuk mengedukasi tentang permasalahan psikologis pun punya pandangan yang sama.

Lewat salah satu unggahan di instagram pribadinya, Dr. Nicole berbagi tentang bagaimana trauma bisa muncul dan mempengaruhi hubungan romantis seseorang. 

Berikut ini adalah 8 tanda trauma masa kecil memengaruhi hubungan romantis seseorang.

1. "Kecanduan" dengan konflik.

holisticwellnesspractice.com

Ketika seseorang tumbuh besar dengan lingkungan yang penuh dengan kekerasan emosional dari figur orangtuanya, ia akan merasa kalau konflik adalah salah satu cara untuk terhubung dengan orang lain.

Hal ini menyebabkan ia "kecanduan" dengan konflik, termasuk ketika ia dewasa.

Dalam alam bawah sadarnya, seseorang yang terbiasa dengan konflik di masa kecilnya, akan merasa bahwa hubungan romantis yang sehat itu membosankan.

2. Menyabotase hubungan dengan pasangan.

powerofpositivity.com

Pengkhianatan adalah salah satu bentuk sabotase pada hubungan romantis. 

Saat seseorang berkhianat dengan pasangannya, sebenarnya ia merasa takut dan tidak aman dalam hubungannya tersebut.

3. Butuh validasi secara terus-menerus agar merasa dicintai.

unsplash.com/@cannedstreet

Ketika seseorang tumbuh dewasa dan merasa perlu validasi demi merasa dicintai, berarti ia pernah mengalami kekerasan secara emosional dari orangtuanya di masa kecil.

Kekerasan itu bisa juga berupa pengabaian, lho, seperti perasaan yang ia rasakan saat masih kecil, kemungkinan sering tidak tervalidasi.

Pengabaian yang dilakukan oleh orangtua sebenarnya siklus trauma yang mereka rasakan juga sebelumnya dan ketidaksadaran akan hal tersebut yang akhirnya ‘diwariskan’ kepada anak-anaknya.

4. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara sehat.

freepik.com/ oneinchpunch

Kita belajar berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar dengan berpedoman dari bagaimana kita berkomunikasi dengan orangtua atau sosok yang membesarkan kita.

Saat seseorang belajar komunikasi yang nggak sehat, ia juga akan mencerminkannya lewat hubungan romantis dengan pasangannya.

Ia bisa menjadi seseorang yang defensif, tipe orang yang sering kali menyangkal dan tidak mampu memvalidasi apa yang pasangannya rasakan atau alami.

5. Mengulangi pola toxic dalam hubungan romantis.

pexels.com/Rodnae Productions

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, seseorang yang mengalami trauma masa kecil, secara alam bawah sadar akan mengulangi lagi pola toxic yang orang tuanya “wariskan”.

Misalnya, ketika dia punya hubungan romantis dengan seseorang, ia bisa merasa selalu “terjebak” dengan seseorang yang punya pola toxic yang sama di dalam sebuah hubungan romantis, karena hal tersebut dianggap “lazim”.

Tapi, hal ini tentunya bisa diatasi, kok, dengan menyembuhkan luka trauma dengan datang kepada orang-orang yang ahli di bidangnya.

6. Ketakutan akan ditinggalkan pasangan.

Pexels.com/Jonathan Borba

Selalu berpikir skenario terburuk, terlalu berlebihan menganalisa ucapan serta tingkah laku pasangan, bisa jadi tanda trauma kalau seseorang punya rasa takut akan ditinggalkan. Hal ini bisa terjadi jika di masa kecilnya, dia sering ditinggalkan oleh orangtua atau ada salah satu orangtua yang pergi meninggalkan tanpa kembali lagi. 

7. Menjadi sosok orangtua bagi pasangan.

Pexels.com/Alex Green

Secara nggak sadar, kemungkinan seseorang menjadi figur orangtua bagi pasangannya bisa saja terjadi, lho.

Seperti halnya, ketika ia merasa harus mengatur segala pilihan pasangannya, memberi hukuman kalau pasangannya berbuat kesalahan, hingga mengatur secara berlebihan keuangan pasangannya.

8. Tidak percaya pada diri sendiri.

Pexels.com/Liza Summer

Menebak-nebak hal yang ada dalam pikiran yang berhubungan dengan pasangan serta menyangkal segala kejadian tidak menyenangkan, juga menjadi bentuk trauma yang muncul karena rasa ketidakpercayaan pada diri sendiri.

Saat seseorang merasakan ketidakpercayaan ke dirinya sendiri, ia bisa merefleksikan hal itu juga dengan tidak mempercayai pasangannya.

Itulah 8 tanda trauma masa kecil yang muncul dalam sebuah hubungan romantis. Semoga bermanfaat, ya, Bela!

IDN Channels

Latest from Dating