Banyak cara yang dilakukan pasangan agar pernikahan mereka berlangsung lancar dan dipenuhi dengan berkah. Hampir sama seperti di Indonesia, Korea Selatan memiliki tradisi untuk memprediksi kira-kira jika kedua pribadi itu bersatu, akan bagaimana ke depannya.
Ramalan untuk memprediksi tersebut dikenal dengan istilah gunghap. Istilah ini mengacu pada keharmonisan pasangan suami istri, di mana jalannya kehidupan rumah tangga yang ditentukan oleh saju, yakni data kelahiran untuk memprediksi kompatibilitas pasangan.
Menurut teori, seseorang memiliki karakteristik air, api, kayu, tanah atau logam. Masyarakat Korea percaya, keharmonisan antara karakteristik pasangan itu penting. Di masa lalu dan bahkan sekarang, ketika pasangan Korea berencana untuk menikah, mereka atau orangtua mereka akan pergi ke peramal untuk memastikan gunghap pasangan. Selanjutnya, peramal akan merekomendasikan tanggal pernikahan.
Pasangan, bahkan mereka yang baru aja berkencan, banyak juga yang memeriksa gunghap hanya untuk bersenang-senang. Keharmonisan pasangan nggak bisa dipisahkan dari saju mereka, empat komponen dari takdir seseorang ditentukan oleh tahun, bulan, tanggal dan jam kelahiran seseorang.
Seorang peramal menafsirkan sifat, karakter, dan nasib seseorang menggunakan data saju dan menganalisisnya menurut teori yin dan yang, yang secara harfiah berarti bayangan dan cahaya, dan bahwa Wu Xing (O-hang dalam bahasa Korea) yang mengacu pada kayu, api, tanah, logam dan air.
Tapi mesti diingat ya Bela, gunghap bukan tentang memberi tahu pasangan untuk 'menikah atau nggak menikah.' Gunghap ini lebih seperti saran berdasarkan studi statistik bahwa pasanganmu adalah tipe orang seperti ini dan kamu tipe ini, jadi kamu harus melakukan upaya ekstra untuk hidup harmonis bersama. Jadi lebih ke membaca karakter. Namun masih ada juga yang percaya lantas menentang pernikahan atas dasar gunghap ini.
