Tulisan ini bersifat subjektif karena berdasarkan pengalaman pribadi. Tulisan ini juga saya buat berdasarkan pertanyaan “Di mana, sih, Krui?” yang kerap datang ke saya. Ternyata, masih banyak orang Indonesia yang tidak tahu apa atau di mana keberadaan Krui.
Krui terletak di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Jika dulu saya bercita-cita mencari rezeki dan hidup di Bali karena eksotisme, keindahan dan keramahannya, namun setelah kunjungan ke Krui, Saya berubah pikiran. Krui ternyata juga bisa jadi opsi. Ini alasannya.
1. Pesona alam
Dari pantai hingga perbukitan, dari air terjun hingga hutan, Krui tidak kalah dari Bali. Bahkan sebenarnya saya rasa Indonesia memang kaya akan pesona alam bak surga dunia. Oke, tapi karena kali ini kita berbicara mengenai Krui, saya akan sedikit elaborasi mengenai kawasan ini.
Awalnya Krui terkenal berkat ombaknya yang menjadi incaran para peselancar dalam dan luar negeri sejak tahun 70-an. Kala itu peselancar luar negeri melirik Krui sebagai surf spot yang sempurna, maka kawasan ini pun semakin sering dikunjungi para peselancar. Hingga, beberapa dari mereka memilih menetap dan membuka bisnis di Krui. Eksotisme Krui pun semakin terdengar di dunia surfing internasional, hingga pernah terpilih menjadi tempat berlangsungnya kompetisi World Surf League (WSL) Krui Pro 2019. Bahkan, jika tidak ada pandemi, tahun ini Krui kembali menjadi tuan rumah kompetisi bergengsi tersebut.
2. Mudah dicapai
Perjalanan ke Krui bisa ditempuh dengan dua cara; jalan udara dan darat. Jika lewat udara, kamu perlu menggunakan pesawat menuju Lampung, lalu melanjutkannya dengan pesawat menuju ke Krui. Karena lagi pandemi, maka pesawat khusus ke Krui sedang dihentikan, sehingga kamu perlu menyewa kendaraan untuk menjemput dari Bandara International Radin Inten II, lalu menempuh sekitar enam jam perjalanan darat menuju Krui.
Jika di masa normal, maka kamu hanya perlu menempuh 30 menit perjalanan udara dari Lampung ke Krui, serta kurang dari 15 menit dari bandara Muhammad Taufiq Kiemas, Krui, menuju ke penginapan pilihan kamu.
Jika kamu dari pulau Jawa, maka perjalan darat kamu mengarah ke Pelabuhan Merak, menyeberang ke Lampung, lalu lanjutkan sekitar enam jam perjalanan ke Krui. Bakal jadi road trip menyenangkan bagi kamu yang suka berpetualang. Jangan khawatir, jalanan darat menuju Krui sudah rapi, kok.
Nah, karena saya berasal dari Jakarta, hal ini yang membuat saya merasa lebih mudah menjangkau eksotisme Krui ketimbang Bali.
3. Masyarakat yang bersahabat
Jika Bali memikat saya dengan keramahannya, maka hal serupa saya temukan di Krui. Saya tidak menemukan turis mengendarai motor secara ugal-ugalan, karena warga yang tinggal di Krui akan dengan tegas mengingatkan pengendara tersebut untuk menghargai lingkungan sekitar—termasuk berpakaian sopan jika akan keluar dari lingkungan penginapan.
Penduduk lokal juga akan dengan senang hati membantumu jika kamu tersesat, butuh pemandu untuk berpetualang, atau mengakomodir kebutuhanmu saat berlibur di sana. Satu lagi, tidak ada tuh, kafe-kafe pinggir pantai dengan cover charge harga mahal yang tidak membolehkanmu masuk jika hanya pakai celana pendek. Mau ke pantai dan bersantai, kok, ribet.
4. Bersih dan terawat
Mungkin karena rasa saling menghargai dan saling memiliki itu, jarang sekali saya menemukan kawasan yang penuh sampah, atau dipadati pedagang dan pengunjung yang membuat pantai kotor. Aneka perdagangan ada peraturannya dan pengunjung pun menghargai kebersihan tersebut.
5. Ragam pilihan menginap yang sesuai kantong
Mau persis di pinggir pantai maupun tidak, dilengkapi dengan kolam renang hingga penginapan tanpa pendingin ruangan, Krui memiliki ragam penginapan yang sesuai dengan kantong kamu. Mulai dari Rp250 ribu hingga Rp2 juta per malam lengkap dengan sarapan pagi, atau paket 10 hari dengan fasilitas berkelas, tersedia di sini. Tapi yang jelas, kamu akan sangat dilayani seperti layaknya teman.
6. Kesunyian yang memikat
Bukan maksudnya sepi, namun Krui cukup menghargai privasimu. Para pengelola penginapan tahu benar kapan harus menghiburmu dengan pesta kecil atau kapan akan membiarkan kamu menyendiri menikmati Krui dengan caramu sendiri. Setidaknya itu yang saya rasakan setelah dua kali mengunjungi Krui.
7. Kekeluargaan
Saya rasa pada akhirnya hal ini yang saya dapatkan. Waktu terasa berjalan tak terburu-buru di sini. Hidup saya menjadi lebih teratur dan terasa sehat dengan kegiatan yang tidak terlalu berkutat pada media sosial maupun siaran televisi. Sehingga hampir setiap hari saya membayangkan kelak akan menghabiskan masa tua saya di pesisir ini. Sebuah kesederhanaan memikat.