Di seluruh dunia, kamu akan menemukan banyak sekali bentuk perayaan, mulai dari festival keagamaan, budaya, atau sekadar festival yang penuh dengan risiko yang bahaya. Festival-festival ini memiliki daya tariknya tersendiri, tetapi sayangnya nggak sedikit yang dapat mengakibatkan cedera dan bahkan kematian bagi peserta maupun penonton yang menyaksikan.
Festival berbahaya ini dilakukan secara turun temurun, diwariskan satu generasi ke generasi lainnya, seperti festival melompati bayi di Spanyol misalnya. Perayaan ini juga biasanya diikuti dengan tujuan tertentu. Untuk mengetahui apa saja, sih festival-festival berbahaya di dunia dan seberapa bahayanya festival tersebut, kali ini Popbela akan menyajikannya untukmu. Simak terus artikelnya, ya!
1. Takanakuy (Festival Pertarungan Natal) di Peru
Kamu mungkin mengartikan perayaan Natal sebagai sebuah hari yang dipenuhi dengan perdamaian di Bumi, tetapi berbeda di beberapa daerah di Peru. Sebut saja festival Takanakuy, yang berlangsung setiap tanggal 25 Desember. Takanakuy sendiri berarti “saling memukul” dalam bahasa Quechua.
Dalam festival ini orang-orang yang sedang mengalami perselisihan dan keluhan akan menyelesaikan masalah mereka dengan menantang satu sama lain untuk berkelahi. Orang-orang yang memiliki masalah ini akan ditantang untuk berkelahi di dalam sebuah ring dan ditonton oleh pengunjung yang hadir, lho.
Biasa para petarung dan penonton yang menghadiri festival akan mengenakan kostum berdasarkan cerita rakyat setempat. Untuk menjaga agar jalannya pertandingan tidak lepas kendali, wasit membawa cambuk. Pesertanya pun bukan hanya terbatas pada pria saja, banyak pula petarung-petarung perempuan. Selain pertarungan, di dalam festival ini kamu juga bisa menemukan berbagai macam makanan, dan musik tradisional Peru, Bela.
2. Rouketopolemos (Perang Roket) di Yunani
Ada yang nggak biasa di perayaan Paskah, desa Yunani Vrontados setiap tahunnya. Pasalnya, dua gereja saingan, Agios Markos dan Panagia Erithiani, menggelar perang tiruan, yakni mereka biasanya akan menembakkan sebanyak 60.000 roket kecil ke menara lonceng masing-masing gereja. Wah, kenapa ya?
Di banyak Gereja Ortodoks Yunani, setelah Kebaktian Anastasi tengah malam, kembang api sering dinyalakan bersamaan dengan membunyikan lonceng gereja untuk merayakan Kebangkitan Kristus. Kedua gereja Agios Markos dan Panagia Erithiani berhadapan satu sama lain, mereka akan menembakan roket-roket kecil dengan menyasar lonceng menara gereja lawan, sehingga lonceng-lonceng tersebut akan berbunyi bersamaan dengan letusan kembang api.
Namun, sayangnya kebanyakan roket yang tidak mengenai sasaran, berbelok ke segala arah dan mengenai beberapa properti di sekitar atau bahkan mencederai penduduk setempat. Selain itu, roket nyasar yang meleset dari gereja menyebabkan kebakaran semak kecil. Walaupun demikian, festival ini masih menjadi tontonan yang menarik bagi penduduk setempat.
3. El Colacho (melompati bayi) di Spanyol
Desa Castrillo de Murcia di Spanyol memiliki sebuah festival yang unik namun cukup berbahaya, yang sering kita kenal sebagai melompati bayi atau El Colacho Sejak abad ke-17, desa ini telah mengadakan upacara tahunan yakni bayi-bayi yang baru lahir akan dibaringkan di atas kasur di jalanan setempat, lalu seseorang yang berpakaian seperti setan kemudian akan melompati bayi-bayi tersebut.
Penduduk setempat mempercayai tradisi ini diadakan untuk menghilangkan dosa-dosa terdahulu bayi-bayi tersebut. Meskipun belum tercatat adanya kecelakaan terkait festival ini, Gereja Katolik di sana tidak menyetujui ritual tersebut dan meminta agar orang-orang tetap melakukan pembaptisan dengan air untuk menghindari kemungkinan buruk yang terjadi. Cukup mengerikan, ya?
4. Cheese-Rolling di Inggris
Ada sebuah kompetisi aneh bin berbahaya yang selalu diadakan di salah satu festival di Gloucestershire, Inggris. Kompetisi itu ialah Cheese-Rolling, yakni sebuah keju jenis Double Gloucester yang memiliki berat 3-4 kg akan digulung menuruni lereng bukit sepanjang kurang lebih 200 meter. Lalu, sekelompok pelari berkompetisi untuk mengejarnya, berusaha menangkapnya.
Masalahnya adalah bukit itu terlalu curam bagi manusia, sehingga sebagian besar pelari jatuh. Sehingga nggak jarang, banyak peserta yang mengalami berbagai macam cedera, seperti benjolan, memar, patah tulang bahkan juga cedera-cedera serius lainnya.
Pihak berwenang setempat telah mencoba untuk mencegah festival, dan pernah secara resmi ditutup pada tahun 2010, tetapi para peserta setia tetap mempertahankannya hingga saat ini.
5. The Carnival of Ivrea (Perang Buah) di Italia
Setiap tahun di bulan Februari, kota Ivrea di Italia akan merayakan sebuah festival perang buah, The Carnival of Ivrea. Kamu pasti akan mengira bahwa jeruk tidak akan membuat seseorang terluka, tetapi itu sebelum kamu merasakannya sendiri. Kota Ivrea sekejap akan berubah menjadi lautan jus jeruk.
Untuk menghidupkan kembali pemberontakan abad pertengahan semi legendaris ketika masyarakat kota itu menggulingkan seorang tiran, diadakan lah sebuah pertempuran yang menggunakan jeruk sebagai senjata utama. Sebuah kereta kuda yang membawa jeruk dan pemain yang mewakili antek jahat tiran ditarik ke alun-alun, lalu mereka akan dikerumuni oleh gerombolan warga kota pelempar jeruk.
Para pemain di kereta tentu memakai perlengkapan pelindung layaknya pemain hoki. Orang-orang yang berjalan kaki memiliki seragam khusus yang membagi mereka menjadi sembilan regu tradisional. Peserta boleh melempar jeruk ke mana saja dan kepada siapa saja, kecuali kuda-kuda yang menarik gerobak jeruk. Mereka yang ikut pertempuran nggak sedikit yang mengalami luka-luka akibat lemparan jeruk dengan kecepatan tinggi. Luka-luka tersebut semakin menyakitkan ketika menyentuh jus-jus jeruk. Terbayang perihnya kan Bela?
6. Onbashira (Festival Pilar Terhormat) di Jepang
Festival ini nggak diadakan setiap tahun , melainkan setiap enam tahun sekali. Ribuan orang berkumpul di wilayah Suwa untuk memotong, menunggangi, dan mengumpulkan kayu gelondongan setinggi 50 kaki selama Festival Onbashira Jepang sebuah tradisi Shinto kuno yang telah berlangsung selama lebih dari 1.200 tahun.
Salah satu rangkaian upacara yang cukup membahayakan disebut Satbiki. Ratusan orang mengangkut kayu gelondongan ke atas bukit yang curam menggunakan tali, lalu turun ke kuil sambil berusaha sekuat tenaga untuk tetap di atas kayu gelondongan itu. Wah, mengerikan ya?
Konon, mengendarai kayu gelondongan itu merupakan suatu kehormatan yang luar biasa, tetapi tetap bertahan adalah hal yang paling sulit dan sangat berbahaya. Kayu gelondongan seberat sepuluh ton sering kali meninggalkan luka dan bahkan dapat membunuh orang. Siapa pun yang jatuh dari batang kayu akan mencoba yang terbaik untuk melompat kembali ke atas kayu, tetapi sering ditolak oleh batang pohon yang miring.
Dalam 50 tahun terakhir, banyak terjadi insiden fatal di festival, seringkali melibatkan banyak orang. Orang-orang terhimpit di bawah balok kayu, tertimpa balok kayu yang jatuh, dan bahkan jatuh dari atas. Terlepas dari risiko yang ditimbulkan oleh Onbashira, para peserta menganggap kematian mereka adalah cara yang terhormat.
7. Lari dari Banteng di Spanyol
Dijuluki negeri Matador, rasanya nggak afdal jika tidak ada perayaan yang berhubungan dengan pertarungan melawan banteng. Yap, di Spanyol ada sebuah festival berbahaya bernama Fiesta de San Fermín yang diadakan pada bulan Juli di Pamplona, Spanyol.
Ini adalah festival yang melibatkan banyak orang dan juga banteng-banteng yang mengamuk di sepanjang jalan desa. Sebelum fajar menyapa, ratusan orang berkumpul dan berbaris di awal jalur lari sepanjang 875 meter yang melintasi jalan-jalan di pusat kota. Tepat pukul 8:00 pagi, enam ekor banteng akan dilepas liarkan dan bebas menyeruduk apa saja yang mereka temukan nggak terkecuali para peserta.
Peserta berseragam putih tradisional dengan syal dan ikat pinggang merah, berlari menyelamatkan diri dari amukan banteng. Tentunya banyak peserta yang mengalami cedera, kebanyakan karena terjatuh dan terinjak-injak oleh peserta lainnya. Sejak diadakan pada tahun 1910, sudah ada 16 korban jiwa akibat festival ini, lho. Cara teraman untuk menikmati festival ini ialah menonton dari balik pagar atau berada di tempat yang lebih tinggi.
8. Festival Roket Sarang Lebah di Taiwan
Di selatan Taiwan selama Festival Lentera, yang berlangsung pada hari ke-15 bulan lunar pertama dalam kalender, ada sebuah festival yang dinamakan Festival Roket Sarang Lebah Yanshui. Tradisi berbahaya berusia 130 tahun ini adalah salah satu acara keagamaan tertua di Taiwan dan salah satu festival rakyat terbesar di dunia.
Festival ini menarik bagi orang-orang dari seluruh Taiwan yang ingin membombardir kota dengan petasan yang dikatakan dapat menyingkirkan nasib buruk. Menara peluncuran roket besar yang dipenuhi dengan ribuan kembang api yang dinyalakan, dan akan menembak ke segala arah dan menerangi langit malam, tampilan yang memekakkan telinga terdengar seperti lebah yang marah berkerumun dari sarangnya.
Percikan kembang api biasanya akan mengenai orang-orang yang berada di dekat menara, sehingga banyak penonton menderita luka bakar parah serta tuli sementara dan luka-luka yang disebabkan oleh rentetan roket dan pecahan kembang api yang beterbangan. Untuk itu pihak keamanan setempat menyarankan pengunjung untuk menggunakan alat-alat perlindungan seperti helm pelindung, jaket tebal, syal, dan sarung tangan.
9. Calgary Stampede di Kanada
Calgary Stampede adalah perayaan tahunan yang berlangsung selama sepuluh hari, dan merupakan warisan, budaya, dan komunitas Barat yang berlangsung setiap bulan Juli di Calgary.
Rodeo terbesar di dunia berusia lebih dari seratus tahun dan menarik lebih dari satu juta pengunjung untuk menonton balap banteng, balap barel, dan balap gerobak chuckwagon, yang terbukti mematikan. Ini agak kontroversial karena meskipun kematian manusia jarang terjadi, lebih dari 100 kuda telah mati akibat perayaan ini dan menimbulkan banyak kecaman.
10. Thimithi (Festival Jalan Api) di India
Selanjutnya ada festival upacara berjalan di atas api Thimithi. Ini adalah ritual Hindu yang berlangsung pada bulan Oktober atau November setiap tahun yang dirayakan di Tamil Nadu India Selatan serta di negara-negara lain dengan komunitas Tamil. Para penyembah pria dan perempuan berjalan (atau berlari) tanpa alas kaki di atas api unggun setinggi 9 kaki yang berisi bara panas untuk menerima berkah dari dewi Drupadi.
Sementara kebanyakan orang berhasil melewatinya tanpa cedera, beberapa, termasuk beberapa anak-anak, berakhir dengan luka bakar yang biasanya disebabkan oleh tersandung atau jatuh.
Demikianlah 10 festival yang paling berbahaya yang ada di dunia, beberapa di antaranya bahkan masih dipertahankan oleh penduduk setempat. Apa pendapatmu tentang 10 festival di atas?