Bagi para umat Buddha, Waisaka atau yang umum disebut Waisak merupakan hari suci untuk memperingati Trisuci Waisak, yaitu hari kelahiran, pencerahan, dan kematian sang Buddha Gautama, yang dikenang sebagai guru spiritual dan pendiri agama Buddha.
Di Indonesia sendiri, Hari Raya Waisak diakui oleh negara sehingga para pemeluk agama Buddha mendapat hak untuk merayakannya. Hal serupa juga berlaku di beberapa negara lain yang menghormati kebebasan beragama dan menjunjung tinggi toleransi.
Ingin melihat bagaimana para umat Buddha di berbagai negara merayakan Hari Raya Waisak? Dan, apakah terdapat perbedaan tradisi lokal antarnegara, termasuk Indonesia?
1. Indonesia
Banyak peninggalan sejarah yang membuktikan penyebaran agama Buddha di Indonesia, termasuk candi-candi kuno bercorak Buddha. Salah satunya adalah Candi Borobudur, tempat di mana rangkaian perayaan Waisak diselenggarakan secara nasional.
Melansir dari Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan dikutip dari IDNtimes.com, rangkaian perayaan Waisak meliputi pengambilan air berkat dari mata air Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor dari sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.
Para umat Buddha juga tidak lupa melakukan dua tradisi penting, yaitu tradisi pindapatta untuk memberikan dana makanan kepada para bhikkhu atau biksu dan tradisi samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama berdasarkan perhitungan falak.
Kemudian, pada malam perayaan puncak Waisak di Candi Borobudur, umat Buddha akan menyalakan lilin, memasukkannya ke dalam lentera, dan menerbangkan lentera tersebut ke udara secara bersamaan sehingga menciptakan pemandangan langit yang indah.
2. Singapura
Perkembangan agama Buddha di negara tetangga, Singapura, juga terbilang pesat dan didukung oleh kebebasan beragama yang dilindungi. Para umat Buddha pun dapat melaksanakan ibadah keagamaan, termasuk merayakan Hari Raya Waisak.
Umumnya, para pemeluk agama Buddha di Singapura akan mengunjungi kuil untuk prosesi liturgis keagamaan. Dalam kegiatan tersebut, mereka akan turut membawa bunga, lilin, dan dupa ke kuil, serta mengibarkan bendera-bendera Buddha.
Berdasarkan ulasan pada situs Badan Pariwisata Singapura, perayaan Waisak di Singapura akhirnya akan ditutup dengan prosesi menyalakan lilin di jalan-jalan tertentu. Sebagai tambahan, perayaan juga kerap diiringi tradisi melepaskan burung dari sangkar ke udara.
Tradisi ini diyakini melambangkan kedatangan hari yang baru dan telah menjadi perayaan nilai-nilai yang ditinggalkan oleh sang Buddha kepada umatnya di Singapura.
3. Thailand
Di Asia Tenggara, Thailand dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penganut agama Buddha yang cukup besar. Tidak heran, para umat Buddha dan masyarakat setempat menyambut Hari Raya Waisak dengan sangat meriah setiap tahunnya.
Bagi para pemeluk agama Buddha di Thailand, perayaan hari lahir sang Buddha juga dikenal sebagai Visakha Puja. Dalam perayaannya, mereka mengunjungi kuil Wat Phra Kaew atau kuil-kuil lainnya untuk berdoa dan mendengarkan khotbah dari bhikkhu secara khusyuk.
Dari situ, para umat Buddha akan melanjutkan perayaan dengan tradisi mengelilingi kuil sebanyak 3 kali sembari membawa lilin atau qian tian, dan mempersembahkan makanan serta bunga sebagai simbol keterbatasan dari kehidupan material di dunia.
4. Korea Selatan
Melansir dari situs resmi Kedutaan Besar Republik Korea Selatan untuk Republik Indonesia, jumlah pemeluk agama Buddha di Korea Selatan mencapai sekitar 43%. Hal ini membuat penyambutan Hari Raya Waisak di Korea Selatan kerap meriah dan hangat.
Biasanya, para umat Buddha di korea Selatan akan menghias kuil-kuil Buddha dengan dekorasi lampion berbentuk teratai warna-warni. Mereka juga akan mengadakan pawai lentera atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan Festival Lentera Teratai.
Menurut catatan sejarah, pawai tersebut telah berkembang sejak 1.200 tahun lalu, tepatnya dilaksanakan pada masa Dinasti Goryeo dan Joseon. Sejak itulah, pawai lentera terus dilestarikan hingga menjadi tradisi lokal pada Hari Raya Waisak di Korea Selatan.
5. Jepang
Semarak Hari Raya Waisak di Jepang terasa semakin istimewa karena umumnya berlangsung bersamaan dengan musim semi. Dengan begitu, perayaan Waisak terjadi saat tumbuh-tumbuhan bermekaran kembali, menciptakan suasana yang sangat indah.
Para umat Buddha di Jepang memanfaatkan kondisi itu dengan membuat replika kuil yang dihiasi dengan bunga musim semi, sambil meletakkan patung Buddha di atasnya. Patung Buddha ini akan dimandikan dengan ama-cha, minuman sejenis teh dari bunga hortensia.
Tidak ketinggalan, perayaan Waisak dilengkapi juga dengan tradisi mengelilingi bunga teratai. Diyakini bunga teratai memiliki makna khusus dalam agama Buddha, yaitu sebagai simbol pencerahan karena bunga teratai mampu tumbuh meskipun hidup di lumpur.
6. Tiongkok
Berdasarkan Pew Research World Population Review (2020), Tiongkok merupakan salah satu negara dengan jumlah penganut agama Buddha terbanyak, yakni sekitar 254,7 juta. Dengan demikian, perayaan Waisak juga berlangsung meriah dibandingkan negara-negara lain.
Umumnya, para umat Buddha melaksanakan tradisi Waisak di sejumlah kuil Buddha dengan menyalakan dupa dan memberikan persembahan kepada bhikkhu.
Setelah itu, perayaan Waisak dilanjutkan dengan melakukan tradisi upacara yufojie atau tradisi memandikan patung Buddha. Caranya adalah dengan menuangkan air wangi yang sebelumnya telah diberkati dalam prosesi keagamaan di atas patung Buddha.
7. Sri Lanka
Menurut catatan sejarah, Sri Lanka turut berperan dalam penyebaran agama Buddha ke Indonesia. Hal ini terbukti dari kedatangan seorang bhikkhu bernama Narada Maha Thera dari Ceylon (sekarang Sri Lanka) ke Hindia Belanda pada sekitar 1934.
Tidak heran, penyebaran agama Buddha di Sri Lanka juga berkembang secara pesat, melahirkan perayaan Waisak yang meriah dan khusyuk hingga kini. Selain mengunjungi kuil-kuil untuk kegiatan keagamaan, para umat Buddha juga suka menghias rumah mereka.
Selain itu, perayaan Waisak di Sri Lanka juga diiringi dengan tradisi menempatkan lilin dan lentera di sepanjang jalan serta memasang lampu warna-warni di berbagai sudut kota.
8. India
Penyebaran agama Buddha berawal dari India sehingga, negara ini pun kental dengan nilai-nilai Buddhaisme. Hingga kini, perayaan Waisak pun tetap melestarikan budaya tradisional di Kota Dharamsala, yang berfungsi sebagai pusat ajaran Buddha Tibet.
Salah satunya adalah mengenakan pakaian putih saat mengunjungi kuil untuk melakukan kegiatan keagamaan, termasuk mendengarkan sutra atau khotbah dari para bhikkhu.
Tidak hanya itu, perayaan Waisak juga disertai dengan melakukan diet vegetarian atau menahan nafsu makan untuk cukup mengonsumsi makanan khas, seperti kheer, yang merupakan puding beras manis. Diet ini memiliki tujuan spiritual yang diyakini.
Dengan demikian, itulah 8 rangkuman mengenai beberapa tradisi lokal berkaitan Hari Raya Waisak di berbagai negara, termasuk indonesia. Kami pun berharap perayaan Waisak dapat terjadi dengan penuh khidmat, aman, dan mendatangkan kebaikan yang diharapkan.