Virus corona yang sudah menyebar ke seluruh dunia di awal tahun 2020 ini ternyata memberikan dampak buruk bagi ekonomi global. International Monetary Fund (IMF) sudah memperkirakan bahwa tahun ini ekonomi dunia memasuki masa resesi. Resesi sendiri adalah masa di mana seluruh kegiatan industri dan perdagangan mengalami kelesuan.
Menanggapi hal ini, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa kita harus bersiap dan selalu berikhtiar dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
"Hitung-hitungan terakhir yang saya terima ekonomi global bisa tumbuh negatif 2,8 persen. Kita harus menyiapkan diri dengan berbagai skenario kita tidak boleh pesimis tetap harus berikhtiar, bekerja keras untuk pemulihan-pemulihan baik pemulihan kesehatan, pemulihan ekonomi dan Insha Allah kita bisa," ujar Presiden Joko Widodo, seperti dikutip dari IDNTimes.com.
Sebenarnya, apa saja dampak resesi bagi Indonesia dan apa yang akan Indonesia lakukan demi menghadapi masalah ini? Simak rangkuman faktanya berikut ini, ya.
1. Resesi Global Merupakan Dampak Lanjutan dari Pandemi Corona
Banyak negara yang memutuskan untuk lockdown tentu menghambat pertumbuhan ekonomi. Bukan hanya di negaranya saja, dampak ekonomi dari berhentinya segala kegiatan di negara yang melakukan lockdown akan dirasakan pula bagi negara yang memiliki kerja sama dengan negara tersebut.
Bisa dikatakan, resesi menjadi dampak lanjutan dari pandemi corona yang kian meluas ke berbagai negara. Presiden Joko Widodo meminta semuanya waspada akan dampak lanjutan dari virus corona yang menghantam ekonomi di 2021. Oleh karena itu, ia meminta jajarannya untuk betul-betul menghitung dan mencermati potensi serta peluang yang bisa dioptimalkan dalam menjaga perekonomian.
"Saya ingatkan kita harus tetap fokus pada misi besar kita reformasi struktural yang harus tetap berjalan, reformasi untuk percepatan dan pemerataan pembangunan baik itu reformasi regulasi, reformasi birokrasi, reformasi dalam peningkatan produktivitas dan transformasi ekonomi, Itu misi besar kita," tegasnya seperti dikutip dari IDNTimes.com.
2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Nol
Meski mungkin pada akhirnya kondisi ini nantinya akan membaik, kita juga masih belum tahu kapan kondisi ini akan pulih. Atau setidaknya bisa perlahan-lahan bangkit. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kalau keadaan ini masih akan berlangsung hingga enam bulan ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa nol.
"Apabila masalahnya menjadi lebih berat, wabah COVID-19 bisa lebih dari 6 bulan dan juga perdagangan internasional di bawah 30 persen, sampai dengan penerbangan shock 75 persen, maka skenario bisa jadi lebih dalam. Pertumbuhan ekonominya bisa mencapai 2,5 persen bahkan sampai ke 0 persen," ujarnya dalam video conference di Jakarta, Jumat (20/3).
3. Konsumsi Swasta akan Mengalami Penurunan
Berdasarkan riset resmi CORE Indonesia yang diterima, transmisi resesi global terhadap ekonomi domestik akan berdampak pada konsumsi swasta yang menyumbang hampir 60 persen pergerakan ekonomi nasional mengalami penurunan.
Penjualan retail, baik di pasar tradisional dan pasar modern akan mengalami penurunan. Bahkan, sebelum kasus COVID-19 teridentifikasi di Indonesia, data Indeks Penjualan Riil yang dikeluarkan Bank Indonesia sudah menunjukkan kontraksi 0,3 persen pada bulan Januari 2020. Penjualan mobil pun selama Januari dan Februari turun 2,4 persen secara year on year.
Indikasi turunnya konsumsi swasta juga diperlihatkan oleh anjloknya perjalanan wisata baik domestik ataupun asing. BPS mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara turun 7,62 persen pada Januari 2020 dibandingkan Desember 2019. Sementara, wisatawan nusantara turun 3,1 persen pada periode yang sama.
4. Turunnya Ekspor dari Indonesia yang Membuat Ekonomi Nasional Semakin Mengalami Penurunan
Kemudian penurunan pertumbuhan ekonomi global, khususnya negara-negara tujuan ekspor dan pelemahan harga-harga komoditas akan memberikan tekanan pada ekspor Indonesia.
"Hal Itu juga akan terjadi pada ekspor jasa khususnya jasa perjalanan atau pariwisata. Apalagi, negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah menjadi pusat pandemi yang telah melampaui kasus yang terjadi di Tiongkok," bunyi riset itu, seperti dikutip dari IDNTimes.com.
Di sisi lain, sebagai akibat turunnya kegiatan ekonomi domestik, impor khususnya bahan baku dan modal juga mengalami kontraksi dibandingkan tahun lalu. Dengan demikian, penurunan ekspor juga akan dibarengi dengan penurunan impor, sehingga pengaruh net-ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini relatif kecil, sebagaimana tahun lalu yang memberikan kontribusi -0,5 persen terhadap PDB.
Memasuki masa resesi ini, ada baiknya kita mulai mengubah gaya hidup ya Bela. Sedikit lebih hemat akan sangat membantu. Semoga saja masa ini segera berakhir dan keadaan ekonomi dunia bisa pulih kembali.