Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan skenario terburuk yang dapat terjadi di daerah Jawa Timur, berkaitan dengan gempa bumi dan tsunami. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan hal tersebut saat menghadiri webinar kajian dan mitigasi gempabumi dan tsunami di Jawa Timur, di tahun 2021.
Dalam webinar itu, ia menyarankan kepada pemerintah daerah terkhusus wilayah Jawa Timur untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Berdasarkan penelitian dan pemodelan yang dilakukan oleh BMKG, wilayah Jawa Timur menyimpan potensi bencana gempa bumi yang cukup besar. Meski demikian, belum ada alat yang dapat memprediksi secara tepat kapan bencana tersebut akan terjadi.
Berikut ini penjelasan selengkapnya tentang skenario terburuk gempa dan tsunami 30 meter di Jawa Timur.
Frekuensi gempa kian meningkat
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan BMKG, beberapa klaster di wilayah Indonesia mengalami peningkatan kegempaan. Wilayah tersebut khususnya, lepas pantai selatan Jawa Timur, selatan selat Sunda, selatan Jawa Barat, selatan Jawa Tengah, dan sebelah barat kepulauan Mentawai.
"Jadi memang sejak awal tahun kami melakukan, sebelum ada kejadian gempa di Jawa Timur yang sudah dua kali ini, tepatnya akhir tahun kami melakukan evaluasi di wilayah Indonesia ini mengalami peningkatan kejadian gempa bumi di beberapa daerah," ujar Dwikorita.
“Jadi kami melakukan evaluasi di beberapa klaster di wilayah Indonesia ini mengalami peningkatan kegempaan, terutama klaster antara lain yang ada di Jawa Timur atau tepatnya lepas pantai selatan Jawa Timur dan juga klaster di selatan Selat Sunda, selatan Jawa Barat, kemudian juga selatan Jawa Tengah serta sebelah barat kepulauan Mentawai yang dapat berdampak ke Sumatra Barat, terutama klaster-klaster tersebut," tambahnya.
Khusus di wilayah Jawa Timur, Dwikorita menyebut selama ini rata-rata kejadian gempabumi mencapai 300-400 kali sebulan. Namun, angka tersebut kian naik sejak Januari 2021, jumlahnya sudah rata-rata 600 kali sebulan.
Gempa bumi M 8,7 dan tsunami 30 meter
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa skenario terburuk berkaitan dengan gempa tersebut adalah gempa bumi M 8,7 hingga genangan akibat tsunami setinggi 30 meter di sejumlah wilayah di Jawa Timur.
"Nah sehingga kami menyusuri pantai mulai Jatim sampai Selat Sunda mencek yang kami khawatirkan dari catatan sejarah gempa-gempa yang kekuatannya di atas M 7,0 diprediksi skenario terburuk kekuatannya M 8,7. Kekuatan M 8,7 ini bisa membangkit tsunami," ungkap Dwikorita.
Dwikorita juga menjelaskan di Jawa Timur, dari sekian ratus kali gempabumi, ada zona yang kosong alias seismic gap. Zona-zona kosong itu dikhawatirkan lantaran belum melepaskan energi sebagai gempa. Itulah yang mereka ambil untuk dijadikan skenario terburuk.
"Inilah yang kami jadikan skenario kita ambil kemungkinan magnitudo tertinggi ini juga berdasarkan kajian dari Pusat Studi Gempa Nasional kemungkinan M 8,7, dan itu yang menjadi dasar skenario untuk memprediksi kemungkinan terjadinya tsunami, berapa ketinggian gelombang, kapan waktu datangnya, dan jarak masuknya berapa. Sehingga kami melakukan pemetaan bahaya tsunami juga," tambahnya.
Pemetaan wilayah yang berpotensi tergenang tsunami
Dalam sejarah, tercatat ada sembilan kejadian gempabumi merusak sejak 1936 hingga 1972. Kekuatan gempa bumi itu merusak lantaran intensitas guncangan mencapai VII. Bahkan di Jawa Timur terdapat beberapa zona patahan aktif yang perlu diwaspadai.
"Itu sangat kuat. Artinya kalau masa lalu sudah pernah terjadi ini kemungkinan masih bisa terjadi dalam waktu-waktu ke depan. Inilah yang kita sedang bersiap-siap karena di Jatim itu juga ada zona-zona patahan aktif yang ada di situ patahan aktif Kendeng, Pasuruan, nah zona-zona ini mohon pemerintah daerahnya perlu mewaspadai Probolinggo, ini juga RMKS di sekitar Rembang sampai ke Madura ini," ujar Dwikorita.
Lanjutnya, tsunami juga pernah terjadi sebanyak enam kali di Jawa Timur. Kali terakhir terjadi pada 2 Juni 1994 di pesisir pantai selatan Jawa Timur, termasuk Banyuwangi. Dari data yang terekam, Dwikorita menjelaskan BMKG menyusun simulasi dan pemodelan secara sistematis perihal potensi tsunami Jawa Timur.
Hasilnya adalah potensi tinggi maksimum berada di Kabupaten Trenggalek mencapai 26-29 meter. Sementara waktu tiba tercepat di Kabupaten Blitar selama 20-24 menit. BMKG, menurut Dwikorita, juga melakukan pemetaan terhadap kabupaten yang berpotensi mengalami genangan tinggi akibat tsunami. Berikut adalah daftarnya:
- Pantai Teluk Sumbreng Trenggalek: 22 Meter (maksimal)
- Pantai Popoh Tulung Agung: 30 Meter (maksimal)
- Pantai Muncar Banyuwangi: 18 Meter (maksimal)
- Pantai Pancer Banyuwangi: 12 Meter (maksimal)
- Pantai Teluk Pacitan: 22 Meter (maksimal)
- Pantai Pasirian Lumajang: 18 meter (maksimal)
- Pantai Tempursari Lumajang: 18 meter (maksimal)
Kesiapan pemerintah daerah
BMKG sangat mengharapkan kesiagaan dan kesiapan dari pemerintah daerah. Baik kesiapan pencegahan, saat bencana, hingga penanggulangannya. Mereka juga sudah melakukan verifikasi ke lapangan dan menemukan bahwa pemerintah daerah Jatim telah siap untuk menghadapi kemungkinan datangnya bencana.
"Sehingga yang kami cek adalah kesiapan aparat setempat dan juga pemerintah daerah setempat serta kesiapan sarana prasarana untuk evakuasi apabila terjadi tsunami. Itulah yang perlu kami sampaikan dari apa kajian dan survei yang kami lakukan," katanya.
"Kami juga melakukan verifikasi ke lapangan, jadi terima kasih sekali ibu gubernur, aparat pemerintah daerah sangat siap juga sigap, dan smart. Nah ini kami selalu bersama di lapangan, bahkan didampingi tokoh ulama," ujar Dwikorita.
"Apa yang kita lihat bersama, dari kesiapan aparat, memang sudah siap ibu. Terus terang kami bangga. Tidak banyak BPBD yang sesiap di Jatim dan juga bupatinya atau walikotanya itu sangat peduli, sangat peduli, kami berterima kasih," tambahnya.
Itulah skenario terburuk gempa dan tsunami 30 meter di Jawa Timur yang diungkap BMKG. Tetap waspada, ya, Bela.