Selain bencana alam, keadaan bumi yang bergejolak juga ditandai dengan meningkatnya suhu bumi yang terasa semakin panas. Khusus di kawasan Asia Tenggara, suhu yang meningkat ini disebabkan oleh gelombang panas atau heat wave yang sedang melanda.
Dampaknya, jutaan orang di negara-negara Asia Selatan hingga Asia Tenggara merasakan cuaca panas ekstrim. Beberapa negara bahkan harus menutup sekolah, membatasi aktivitas di luar ruangan, dan mengambil langkah-langkah antisipatif terhadap sektor pertanian.
Selain itu, masih ada dampak signifikan lainnya yang perlu dipahami, termasuk bagi daerah-daerah di Indonesia. Maka dari itu, mari kita pelajari ulasan mengenai penyebab, dampak, dan tips menghadapi gelombang panas di Asia Tenggara berikut.
Apa itu gelombang panas?
Melansir dari CNBC Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa fenomena gelombang panas atau heat wave dapat dijelaskan melalui penjelasan secara karakteristik fenomena dan secara indikator statistik suhu kejadian.
“Secara karakteristik fenomena, gelombang panas terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan bumi bagian utara maupun di belahan bumi bagian selatan,” kata BMKG dikutip dari keterangan resminya pada 6 Mei 2024.
Sebaliknya, gelombang panas berdasarkan penjelasan secara indikator statistik suhu kejadian didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa dan berlangsung selama 5 hari atau lebih sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia (WMO).
Namun, suatu lokasi dapat dikatakan masuk dalam kategori gelombang panas apabila mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik. Sebagai contoh, suhu maksimum adalah 5 derajat Celcius lebih panas dari rata-rata klimatologis suhu maksimum.
Namun, pernyataannya, faktor apa yang menyebabkan terjadi gelombang panas?
Penyebab gelombang panas
Dalam sebuah kesempatan, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjak menjelaskan tiga penyebab dari fenomena gelombang panas yang melanda Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Filipina.
Pertama adalah gerakan semu matahari pada akhir April dan awal Mei di atas lintang 10 derajat Lintang Utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah daratan di Asia Tenggara.
Kedua adalah anomali iklim yang terjadi di wilayah Asia Tenggara daratan saat terjadi fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Fenomena ini biasa disebut dengan istilah El Nino.
Ketiga adalah pengaruh pemanasan global yang menyebabkan peningkatan suhu secara terus-menerus dari tahun ke tahun. Seperti yang kita ketahui, pemicu kondisi ini adalah aktivitas manusia, terutama dalam menggunakan bahan bakar fosil secara berlebihan.
Dari situlah, gelombang panas terjadi dan melanda beberapa wilayah di Asia Tenggara, membuat para penduduk merasakan peningkatan suhu menjadi semakin panas.
Dampak di Asia Tenggara
Gelombang panas yang melanda wilayah-wilayah di Asia Tenggara menyebabkan peningkatan suhu yang tidak normal atau cuaca panas ekstrim yang berdampak negatif. Beberapa negara yang paling terkena dampak adalah Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Di Filipina, laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa separuh dari 82 provinsi mengalami kekeringan, dan 31 provinsi lainnya menghadapi musim kemarau. Pemerintah pun menangguhkan sekolah tatap muka di seluruh negara, termasuk Manila.
Berbeda dengan Vietnam, negara ini mencapai kenaikan suhu hingga 40 derajat Celcius pada April 2024 lalu. Diketahui angka tersebut memecahkan rekor suhu tertinggi yang pernah tercatat pada 1998, mengindikasikan cuaca panas ekstrim yang pernah terjadi.
Dampaknya, sektor perikanan di Vietnam menghadapi keadaan ratusan ribu ikan mati di Waduk Song May, Provinsi Dong Nai. Selain gelombang panas, beberapa faktor yang memicu adalah tidak turunnya hujan selama berminggu-minggu dan kondisi waduk yang kurang memadai.
Di Indonesia sendiri, BMKG menjelaskan bahwa cuaca panas di Indonesia tidak berkaitan dengan gelombang panas yang terjadi. Sebaliknya, kondisi ini disebabkan oleh keadaan maritin sekitar laut Indonesia yang hangat dan topografi pegunungan.
Dengan demikian, Indonesia hanya sedang berada di periode peralihan musim hujan ke musim kemarau. Hal ini dicirikan dengan keadaan pagi hari yang cerah, siang hari yang terik, dan terjadi hujan pada siang menjelang sore atau sore menjelang malam.
Tips menghadapi cuaca panas
Dalam menghadapi cuaca panas ekstrim, kamu tentu harus mengonsumi air mineral secukupnya untuk menghindari dehidrasi. Dalam waktu bersamaan, kamu tetap dapat menjaga kebugaran dengan asupan makan yang sehat dan berolahraga secara rutin.
Selain itu, perlu diketahui bahwa faktor cuaca dapat menyebabkan bencana yang disebut dengan istilah bencana hidrometeorgologi, seperti banjir, angin keras, dan lainnya. Dalam hal ini, kamu harus waspada dan mengantisipasi segala kemungkinan terburuk.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah menghindari tempat-tempat rawan bencana, seperti sungai, waduk, dan pohon yang rentan roboh akibat tiupan kencang. Dengan kata lain, jangan berteduh di bawah pohon saat terjadi hujan disertai angin kencang.
Sekarang kamu sudah memahami fenomena gelombang panas yang melanda Asia Tenggara, termasuk cuaca panas di Indonesia. Sudah sepatutnya untuk kamu membagikan juga kepada orang-orang terkasih agar mereka mengerti dan bisa mengantisipasinya, oke?