Belakangan ini, warganet tengah ramai membicarakan sebuah cerita penganiayaan yang viral di media sosial. Pasalnya, beredar video amatir yang memperlihatkan seseorang yang melakukan kekerasan fisik terhadap korban hingga lemah tak berdaya. Namun, hal yang mengejutkannya adalah seorang remaja yang menjadi korban bernama David, mendapat penganiayaan dari anak pejabat pajak, Mario Dandy Satriyo.
Usut punya usut, kejadian ini menyebabkan anak pengurus GP Ansor itu jatuh koma akibat kekerasan fisik yang ia terima, dari pria yang merupakan pacar baru dari mantan kekasihnya sendiri. Kini, polisi telah menahan pelaku sejak 22 Februari 2023 dengan dakwaan Pasal 351 KUHP.
"Tersangka MDS telah ditahan. Korban masih blm dapat dimintai keterangan karena masih dirawat di RS," ujar Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Kombes Ade Ary Syam Indradi kepada wartawan, Rabu (21/2/2023)—mengutip dari IDN Times.
Lantas, bagaimana kronologi kejadiannya dan apa fakta lain yang turut mengikuti perkembangan peristiwa ini? Melansir dari thread buatan akun @LenteraBangsaa_ dan beragam sumber lain, berikut Popbela ulaskan sederet informasinya di bawah ini.
Kronologi kejadian
Pada 20 Februari 2023, korban D sedang bermain di rumah temannya, R. Kemudian, ia mendapatkan pesan WhatsApp dari mantan pacarnya, A, dengan alasan ingin mengembalikkan kartu pelajar. D pun membagikan lokasi rumah R, namun setelahnya ia mendapati mobil Jeep Rubicon hitam yang sudah menunggu di depan dengan empat orang di dalamnya.
Alhasil, D kemudian dibawa ke sebuah gang kosong, lalu dianiaya oleh dua orang pelaku, termasuk MDS hingga mengalami luka serius pada bagian muka sebelah kanan. Mengetahui hal tersebut, ayah R membawanya ke RS Medika Permata, Jalan Permata Hijau Raya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. D pun mengalami kondisi tidak sadarkan diri setelah kejadian tersebut.
Rupanya, saat pertemuan MDS dan D yang terjadi di Komplek Grand Permata Ulujami Pesanggrahan, Jakarta Selatan, menimbulkan keributan sebelumnya. MDS langsung meminta klarifikasi perihal A mendapati perbuatan tidak baik hingga terjadi perdebatan yang berujung tindak penganiayaan terhadap D.
Setelah D dirawat di RS Medika Permata, pihak kepolisian menyatakan, "Selanjutnya pelaku diamankan oleh pihak keamanan komplek dan petugas dari Polsek Pesanggrahan. Selanjutnya pelaku dibawa ke Polsek Pesanggrahan."
Adanya tersangka baru yang ditetapkan
Sempat diisukan bahwa A, pacar dari MDS, yang merekam kejadian penganiayaan buruk itu. Namun rupanya, isu itu terbantahkan dengan rilis resmi dari Polres Metro Jakarta Selatan dengan menyatakan Sean Lukas menjadi tersangka dalam merekam aksi kejam tersebut. Tidak hanya bertugas merekam proses penganiayaan, ia juga memberikan pendapat kepada MDS untuk melakukan aksi kekerasan tersebut dan tidak mencegahnya.
"S juga mencontohkan 'sikap tobat' (sujud dengan lutut, kepala sebagai tumpuan, dan tangan kaki seperti istirahat di pinggang) atas permintaan tersangka MDS agar ditirukan oleh korban," kata Kombes Ade Ary.
Barang bukti yang sempat hilang
Mengutip dari tweet akun @GunRomli, ia mengungkapkan mobil MDS ketika melakukan penganiayaan terhadap D menggunakan pelat nomor palsu. Akan tetapi, mobil yang sudah disita di Polsek Pesanggrahan itu sempat hilang. Setelah cerita penganiayaan ini menjadi viral oleh warganet, mobil Jeep Rubicon hitam itu kembali lagi ke tempat sebelumnya dengan pelat yang asli. Menurutmu, adakah alasan di balik hilangnya mobil tersebut?
MDS yang merupakan anak pejabat Ditjen Pajak
Pemilik akun Twitter, @ruhulmaani, menyebutkan MDS merupakan anak pejabat eselon II Kantor Pajak. Ayahnya memiliki nilai kekayaan mencapai Rp56 miliar! Tak heran jika sosok MDS dan orang tuanya turut menjadi bahasan warganet.
"Bapaknya, pejabat eselon II Kantor Pajak. Anaknya, pamer motor dan mobil mewah. Bapaknya, berusaha ngumpet dari sorotan media, biar publik gak penasaran duitnya dari mana. Anaknya, malah pamer di media kasih kabar kepada dunia bahwa bapaknya orang kaya," tuturnya.
Sudah berkelakuan buruk sejak SMA, MDS bukan alumni Taruna Nusantara
Tidak hanya nama instansi pemerintah, tapi juga almamater sekolah terkena dampaknya. Akun @LenteraBangsaa_ menuliskan bahwa MDS bukanlah alumni dari Taruna Nusantara. Meskipun pernah bersekolah di sana, MDS dikeluarkan atau DO lantaran tidak pernah ikut kegiatan belajar mengajar sampai kenaikan kelas.
Permintaan maaf dari ayah MDS
Melalui sebuah video, ayah dari MDS, Rafael Alun Trisambodo meminta maaf atas perilaku kejam anaknya.
"Saya Rafael Alun Trisambodo selaku orang tua dari Mario Dandy Satriyo dengan ini menyampaikan permintaan maaf kepada Mas David dan keluarga besar Bapak Jonatan, keluarga besar PBNU dan keluarga besar GP Ansor dikarenakan perbuatan putra anak saya sehingga membuat luka serius dan taruma yang mendalam. Saya selalu mendoakan kesembuahan Mas David," ujar Rafael Alun.
Ia juga meminta kepada publik untuk tidak membuat spekulasi apapun yang dapat memperkeruh situasi. Ia beranggapan bahwa kasus ini masalah pribadi keluarganya dan siap bertanggung jawab menerima segala risiko dari perbuatan anaknya.
LBH Ansor akan polisikan penyebar video penganiayaan
Melansir dari IDN Times, Abdul Qodir selaku Ketua LBH GP Ansor, meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan video penganiayaan tersebut, meskipun sudah viral di media sosial. Pihaknya akan segera melaporkan perekam dan penyebar agar kepolisian dapat melakukan proses hukum. Tak hanya itu, hal ini juga sebagai bentuk menghormati korban yang masih menjalani perawatan.
“LBH Ansor menilai perbuatan merekam dan menyebarkan video peristiwa kekerasan, apalagi yang korbannya adalah anak di bawah umur adalah perbuatan keji yang bertentangan dengan norma yang hidup dalam masyarakat dan merupakan kejahatan yang diancam pidana,” ucapnya.
Doa dan harapan baik selalu menyertai David, semoga ia pulih dengan cepat. Pihak kepolisian juga segera memproses hukum terhadap tersangka dan orang-orang yang berkaitan dalam kejadian penganiayaan ini. Bagaimana menurutmu, Bela?