Sebagai raksasa sosial media cukup tersohor di semua kalangan, TikTok berusaha membawa perubahan digital dan membawa manfaat bagi penggunanya. Seperti fitur monetisasi untuk meraup pundi uang bagi kreator konten, TikTok Shop bagi pelaku bisnis untuk memasarkan produknya, bahkan menjadi wadah bagi pelaku seni dan influencer untuk berunjuk gigi dalam menampilkan karyanya.
Namun, semakin bersinar sesuatu, maka semakin gelap pula bayangan yang diciptakannya. Rasanya quotes ini cocok untuk menggambarkan perhelatan antara CEO TikTok Shou Zi Chrew dengan Parlemen Amerika Serikat dalam kongres yang digelar di Capitol Hill baru-baru ini.
Memang, kita sudah mengetahui bahwa TikTok berhasil menghibur, memotivasi, bahkan menciptakan inspirasi bagi kita lewat konten kreatifnya. Namun, pernahkah kamu terpikir akan dampak negatif yang dihasilkan dari platform daring besutan ByteDance ini? Itulah yang menjadi concern parlemen Amerika Serikat yang menganggap TikTok adalah aplikasi yang memberikan dampak buruk bagi penggunanya, terutama anak-anak.
Dalam kongres tersebut, parlemen Amerika Serikat mempertanyakan keamanan privasi data serta bagaimana cara TikTok memfilter konten yang dapat diakses oleh anak-anak. Mengingat, lautan konten yang disajikan di TikTok cukup deras.
Menurut data yang dibeberkan parlemen dalam kongres tersebut, beberapa pengguna Tiktok di Amerika Serikat turut "hanyut" ke dalamnya. Apalagi, saat ini ada sekitar kurang lebih 150 juta pengguna TikTok di Amerika Serikat. Bahkan, sejumlah anak meninggal dunia akibat mengikuti challenge yang mereka tonton di TikTok.
CEO TikTok dihantam kritik dan pertanyaan politis dari anggota Kongres Amerika Serikat
Pada Kamis (23/3/2023) CEO TikTok Shou Zi Chew menghadap kepada komisi Kongres Amerika Serikat (AS), menjelaskan mengapa TikTok yang populer ini seharusnya tidak dilarang.
Dalam sidang yang berlangsung selama kurang lebih 5 jam, para legislator kongres AS turut menghujani kritik dan menekan Chew. Bagaimana mereka mengkhawatirkan dampak platform ini terhadap kesehatan mental para penggunanya.
Semakin sengit, para anggota parlemen menerkam Chew dengan pertanyaan politis yang berkaitan antara hubungan diplomatik AS dengan Tiongkok. Termasuk mempertanyakan isu adanya kontrol pemerintah Tiongkok terhadap TikTok. Ini pun berkaitan apakah TikTok berencana memberi perlindungan untuk mengamankan data Amerika Serikat dari Beijing.
Chew menjawab, "Izinkan saya menyatakan dengan tegas, "ByteDance bukan agen dari China atau negara lain."
Amerika Serikat desak pemilik TikTok menjual sahamnya jika tak mau diblokir
Tidak berhenti sampai sana, para anggota Kongres pun mempertanyakan lagi hubungan Chew dengan eksekutif perusahaan induk TikTok, ByteDance. Apalagi menurut rumor, parlemen eksekutif ByteDance menjalin hubungan dengan Partai Komunis China.
Sayangnya, klaim Chew bahwa TikTok tak terlibat dengan pemerintah Tiongkok pun dilumpuhkan oleh laporan dalam media Wall Street Journal. Bahwa Tiongkok menolak keras penjualan paksa perusahaan, menurut berita yang diterbitkan hanya beberapa jam sebelum sidang tersebut.
Hal ini merujuk pada ancaman Presiden Amerika Serikat Joe Biden tentang pelarangan akses TikTok berskala nasional, kecuali ByteDance menjual sahamnya. Menanggapi ancaman tersebut, Kementerian Perdagangan Tiongkok pun buka suara bahwa tindakan tersebut akan tentu melibatkan ekspor teknologi dari Tiongkok.
Tindakan ini sangatlah vital, lantaran diperlukan persetujuan pemerintah Tiongkok untuk menjawab apakah ByteDance harus menjual sahamnya ke Amerika Serikat atau tidak. Lantas itu, ByteDance mengonfirmasi kembali bahwa 60% sahamnya dimiliki oleh investor global, 20% oleh karyawan, dan 20% oleh pendirinya.
CEO TikTok mengutarakan 4 komitmen perihal Kongres yang dihadapinya
Selang sehari kemudian, tepatnya Jumat (24/3/2023) CEO TikTok Shou Zi Chew pun mengeluarkan pendapatnya mengenai beberapa isu yang diutarakan parlemen Amerika Serikat setelah menghadap kongres. Pendapatnya itu ia sampaikan melalui unggahan di akun resmi @Tiktok di Tiktok dengan durasi 1 menit 21 detik.
Dalam video tersebut, ia menyampaikan bahwa TikTok akan berkomitmen penuh atas tanggung jawabnya dalam melindungi keamanan 150 juta pengguna TikTok di Amerika Serikat. Setidaknya, ada empat poin komitmen yang ia sampaikan berkaitan dengan keamanan para penggunanya..
Pada poin pertama, ia menyampaikan bahwa TikTok akan terus melindungi secara penuh para penggunanya, terutama para remaja yang menjadi prioritas utama. Poin ini mengacu pada perlindungan kesehatan mental dan pemilihan konten yang tepat bagi audiens TikTok.
Lanjut, Tiktok juga akan bertanggung jawab dalam melindungi data para pengguna TikTok di Amerika Serikat dari akses luar yang tidak sah. Yang berarti, seluruh data privasi tersebut tersimpan dengan baik dalam sebuah database regional Amerika Serikat, di bawah naungan dan akan dijaga ketat oleh TikTok Amerika Serikat. Bukan seperti kekhawatiran kebocoran privasi oleh pemerintah Tiongkok yang diisukan sebelumnya.
Pada poin ketiga, Chew juga menjelaskan bahwa TikTok sebagai platform daring yang memberi kebebasan berekspresi pada penggunanya dan tak bisa dimanipulasi oleh pemerintahan mana pun. Dengan ini, TikTok berusaha merajut kepercayaan penuh para penggunanya dengan komitmen dalam mengusung free speech yang sudah ditetapkannya.
Terakhir, Tiktok juga akan bertransparasi dengan memberikan akses miliknya kepada pihak ketiga sebagai pemantau independen. Ini menjadi langkah terbaik bagi TikTok untuk bertanggung jawab penuh atas komitmen yang sudah ditetapkannya.
Dalam kata penutupnya, Chew dengan bangga ia berupaya menciptakan terobosan inovatif dalam membuat TikTok menjadi platform paling tepercaya di dunia.
Kamu ikuti kisahnya? Bagaimana menurutmu, Bela?