Kota Bandung tengah dihebohkan dengan kemunculan gerombolan monyet ekor panjang di area pemukiman pada Kamis (29/2). Hewan dengan total enam hingga tujuh ekor tersebut mendatangi ruko dan kediaman warga. Sejumlah aksi yang mereka lakukan antara lain menyusuri atap rumah hingga menyantap makanan.
Meski belum ada konfirmasi lebih lanjut, kawanan monyet ekor panjang ini diduga berasal dari Hutan Tahura Djuanda. Perilaku aneh hewan ini kemudian menimbulkan berbagai spekulasi, di antaranya peringatan awal terjadinya bencana. Hingga dua hari sebelumnya, Kabupaten Subang yang terletak tak jauh dari area tersebut mengalami gempa berskala 2.8 dan 2.9 Magnitudo.
Namun, benarkah tingkah laku aneh hewan ada hubungannya dengan tanda datangnya bencana alam? Simak pembahasannya di bawah ini, yuk!
Penjelasan ilmiah dari peneliti
Dugaan bahwa perilaku aneh hewan adalah tanda bencana mulanya belum menjadi perhatian para peneliti. Namun, cerita serupa terus berdatangan. Sejarawan Yunani Thucydides pada 373 SM melaporkan tikus, anjing, ular, dan musang meninggalkan kota Helice pada hari-hari sebelum gempa bumi terjadi.
Peneliti asal Max Planck Institute of Animal Behavior, Martin Wikelski, akhirnya membuktikan hal tersebut dalam studi yang dipublikasikan 2020 lalu. Penelitian ini melibatkan pencatatan pola pergerakan berbagai hewan (sapi, domba, dan anjing) di sebuah peternakan di Marches, Italia yang rawan gempa.
Dengan bantuan chip yang dipasang pada setiap hewan, pengamatan ini berlangsung pada Oktober 2016 hingga April 2017. Setidaknya ada 18.000 gempa yang terjadi dalam berbagai skala, termasuk gempa 6.6 Magnitudo di Norcia, Italia.
Para peneliti menemukan bukti bahwa hewan ternak mulai mengubah perilakunya hingga 20 jam sebelum gempa bumi. Setiap kali hewan tersebut yang dipantau secara kolektif, 50% lebih aktif selama lebih dari 45 menit berturut-turut. Para peneliti memperkirakan akan terjadi gempa bumi dengan kekuatan di atas 4.0 Magnitudo. Tujuh dari delapan gempa kuat diprediksi dengan tepat dengan cara ini
“Makin dekat hewan-hewan tersebut dengan episentrum guncangan yang akan terjadi, makin dini pula mereka mengubah perilakunya,” kata Wikelski di dalam penelitian tersebut.
Ada beberapa faktor yang membuat mereka mengubah perilaku. Dalam penelitian Rachel Grant dari London South Bank University pada, gangguan kuat pada muatan listrik atmosfer lokal setiap dua hingga empat menit. Hal ini dimulai dua minggu sebelum gempa bumi.
Matthew Blackett, profesor geografi fisik dan bahaya alam di Universitas Coventry juga punya teori serupa. Peneliti lain pun menduga bahwa hewan mengembangkan mekanisme pelepasan seismik.
"Mungkin mereka mendeteksi gelombang tekanan sebelum gempa bumi terjadi, mungkin mereka mendeteksi perubahan medan listrik sebagai garis patahan ketika batuan mulai terkompresi. Hewan juga mengandung banyak zat besi, yang sensitif terhadap magnet dan medan listrik,” ungkap Matthew, dikutip dari BBC.
Contoh perilaku aneh hewan dan bencana yang menyertainya
Sejarah mencatat bahwa sejumlah hewan menunjukkan perilaku tak biasa sebelum bencana terjadi. Berikut daftarnya:
- Gempa San Francisco 1906: kuda berlarian dengan panik.
- Gempa Haicheng, Tiongkok 1975: perilaku ular di peternakan menunjukkan perubahan.
- Tsunami Samudra Hindia (Aceh & Sri Lanka) 2004: gajah berlari ke tempat yang lebih tinggi, flamingo meninggalkan daerah bersarang di dataran rendah, dan anjing menolak keluar rumah.
- Tornado di Amerika Selatan akhir April 2014: burung pengicau sayap emas kembali meninggalkan Pegunungan Cumberland di Tennessee sejauh 700 km (435 mil), meskipun baru saja terbang 5.000 km (3.100 mil).
Langkah antisipasi
Sebetulnya para ilmuwan tidak sepenuhnya menjadikan perilaku hewan ini sebagai acuan terjadinya bencana. Namun, hal tersebut bisa membantu sistem bencana yang dilakukan dengan lebih terukur.
Metode tersebut terbukti berhasil di Tiongkok. Mereka menciptakan sistem Peringatan Gempa yang berbasis di biro gempa di Nanning. Mereka juga memantau perilaku hewan yang berada di dekat permukaan tanah, khususnya ular di peternakan di wilayah rawan gempa.
Ular diklaim memiliki serangkaian mekanisme sensorik yang kuat untuk mendeteksi perubahan kecil dalam aspek lingkungan mereka. Sebelum gempa Haicheng 1975 terjadi, benar saja perilaku hewan tersebut mendadak berubah. Pemerintah sekitar lalu berinisiatif mengevakuasi warga sehingga banyak nyawa selamat dari bencana besar tersebut.
“Dari semua makhluk di bumi, ular mungkin yang paling sensitif terhadap gempa bumi. ... Ketika gempa bumi akan terjadi, ular akan keluar dari sarangnya, bahkan di musim dingin,” tutur Jiang Weisong, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Biro Nanning, kepada China Daily pada tahun 2006.
Jika demikian adanya, jangan lupa untuk tetap waspada apabila hewan di sekitar kamu menunjukkan perubahan perilaku yang tak lazim, ya, Bela. Stay safe!