Bisa dibilang, radio merupakan pionir dari konten audio yang kita dengar hingga saat ini. Memasuki era digitalisasi, maraknya konten audio membuat radio terdorong untuk ikut bertransformasi dan menyesuaikan diri. Menyadari hal tersebut, sebagai platform audio lokal, NOICE ingin turut membantu dan memfasilitasi radio di Indonesia dalam menghadapi tantangan ini.
Bayangkan, saat lebih dari 500 radio swasta di Indonesia bergabung dalam satu aplikasi, sehingga orang-orang dari luar Pulau Jawa dapat mendengarkan radio dari Jakarta lewat smartphone. Ide yang menarik, bukan? Yup, NOICE bersama PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) resmi berkolaborasi untuk membuka akses layanan streaming bagi radio swasta di seluruh Indonesia agar dapat menjangkau pendengar lebih luas lagi.
1. Menurut data, pendengar radio adalah pendengar yang loyal
Telah lama tercetus, beruntungnya ide ini dapat direalisasikan di tahun ini, Chief Business Officer (CBO) NOICE, Niken Sasmaya mengungkapkan, “Ketika kita melihat behavior usernya kita, kita melihat ternyata pendengar radio adalah salah satu yang paling loyal. Setiap harinya mereka bisa mendengarkan lebih dari 1.5 jam untuk para pendengar yang memang datang secara rutin untuk mendengarkan radio di NOICE.”
Lanjutnya, “Maka dari itu, kami ingin bekerja sama dengan PRSSNI, karena saat ini di NOICE sendiri telah ada 40 local radio station, tapi hopefully dengan kerja sama ini kita bisa empower local radio di Indonesia untuk mereka bisa merealisasikan potensi-potensi bisnis. Jadi saya sangat berharap ke depannya kita bisa sama-sama membangun industri ini dan digital.”
2. Popularitas radio masuk kategori terancam
Menurut Nielsen, di sebelas kota besar, pendengar radio mencapai angka 32 juta dan di sekitar Jakarta masih 11 juta. Tentu ini bukan angka yang sedikit, namun pertanyaannya, sampai kapan angka ini masih dapat bertahan? Meski terhitung masih banyak, bukan berarti radio dapat bersantai-santai saja, sebab untuk tetap relevan radio perlu beradaptasi. Salah satunya tidak lagi mengandalkan frekuensi untuk menyebarkan audio, namun memanfaatkan internet.
“Saya khawatir bisnis kita makin redup, sehingga untuk tetap relevan kita harus pindah. Pindah kemana? Pindah ke handphone. Kita tidak lagi mengandalkan frekuensi radio untuk mendistribusikan audio kita, tapi kita mengandalkan bandwidth. Dengan demikian nggak ada lagi tuh, ‘waduh dengerin radio di sini kresek kresek’, sepanjang ada sinyal lu bisa dengerin radio dengan baik. Radio Jakarta bisa didengar di Papua, radio di Bandung bisa didengar di Jakarta, radio di Makassar bisa didengar di Palembang,” ungkap M. Rafiq selaku sekretaris umum PRSSNI.
3. Diresmikan oleh penandatanganan MoU
Resmi berkolaborasi, kerja sama antara NOICE dengan PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) disahkan pada Rabu, (18/10/2022) dengan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) di Kembang Goela Restaurant di kawasan Jakarta Selatan.
Sekretaris Umum PRSSNI, M.Rafiq, sedikit membagikan kisah saat Ketua Umum PRSSNI—saat itu dijabat oleh Erick Thohir—memberi pesan agar radio di bawah naungan PRSSNI membuat satu aplikasi agar para pendengar dapat dengan mudah mendengarkan radio melalui handphone mereka, sehingga tidak perlu ruwet mengunduh aplikasi lainnya.
Namun, keadaan di lapangan berkata lain, M. Rariq mengakui bahwa hal ini ternyata tidak mudah. Pada akhirnya PRSSNI ‘banting setir’, dari yang awalnya ingin membuat menjadi mencari partner untuk kolaborasi, salah satunya dengan NOICE yang kini telah menandatangani MoU.
“Dengan kolaborasi ini, radio-radio di berbagai daerah akan lebih mudah menjangkau pendengar yang lebih luas. NOICE juga akan membantu memberikan insight data performa radio yang dapat digunakan sebagai bahan analisa dan evaluasi dari tiap radio dalam mengembangkan konten yang lebih berkualitas, relevan, dan disukai pendengar,” jelas Niken Sasmaya.
4. Apa langkah dan tantangan selanjutnya?
Memasuki kuartal keempat tahun ini, radio-radio yang berada di bawah naungan PRSSNI secara bertahap akan difasilitasi untuk hadir di aplikasi NOICE dan dapat dinikmati secara streaming. NOICE juga akan memberikan dukungan kepada radio-radio anggota PRSSNI untuk bisa mulai melakukan transformasi bisnisnya ke ranah digital. Masih menjadi langkah awal dari sebuah perjalan panjang, tentunya akan ada banyak tantangan yang dihadapi PRSSNI juga NOICE.
“Jadi gini, setelah kita berjalan lancar, kemudian jumlah pendengar radio lewat streaming jadi semakin besar, tantangan berikutnya adalah bagaimana memanfaatkan datanya, sehingga akhirnya itu bisa jadi sesuatu yang bagus untuk bisnis radionya. Kenapa? Karena, Nielsen masih bilang 32 juta, di Jakarta masih 17 juta yang dengerin. Problemnya adalah, kita—radio, media analog—nggak bisa kasih KPI ke teman-teman kita di advertising agency,” tutur M.Rafiq.
Lanjutnya, “Kita berharap dapat menjawab tantangan itu pada saat data streamingnya sudah besar, data streamingnya sudah gede. Jadi kita bisa kasih tahu ke orang-orang bahwa sekarang yang dengerin radio lewat streaming totalnya sudah 50 juta. Laki-lakinya sekian persen, perempuannya sekian persen. Dan kemudian semua radio yang berada di NOICE, someday kita berharap dia bisa kasih nilai ke orang yang pasang iklan di radionya.”
5. Harapan untuk radio ke depannya
Kini, cara orang menikmati konten media telah berubah akibat digitalisasi. Namun, data membuktikan jika eksistensi radio masih ramai peminat, salah satu faktor yang paling berpengaruh yakni "human touch" yang masih dimiliki radio. Contohnya, meski radio dan platform lainnya sama-sama memiliki playlist lagu, namun playlist yang diputar di radio disusun oleh manusia (penyiar) dan bukan algoritma.
Ke depannya, Niken Sasmaya berharap agar seluruh radio—bukan hanya yang berada di Ibu Kota—bisa mendapatkan kesempatan yang sama, "Harapannya adalah kita bisa bersama-sama mengempower radio-radio lokal ini agar mereka nggak sekadar mengupload konten-konten ini, tapi nanti mereka eventually bisa creating new bisnis dan memodifikasi konten-konten mereka yang ada di NOICE, dan kita akan bisa bantu mereka. Kemudian yang tadi, memberikan opportunity yang sama, antara pelaku industri lainnya di luar Jakarta, bahkan di seluruh Indonesia," ungkap Niken.
Mengamini apa yang diharapkan Niken, penyiar radio Kemal Mochtar, yang hari itu juga hadir di acara penandatangan MoU antara NOICE dan PRSSNI pun turut memberikan harapannya, "Kalau harapannya sih, dari yang tadi gua bilang, first of all thank you very much, karena dari teman-teman penyiar gua yakin di seluruh Indonesia dengan tahu ini (radio) sekarang bisa ditaruh di NOICE, artinya semua penyiar radio di Indonesia akan dapat oppurtunity yang sama. Kedua yang gua harapkan dari pihak NOICE adalah in term of display. Display di apps-nya, kalau misal cuma di Jakarta apa, apa sama apa list, bentuknya list, itu it can be more, it has be more than that, it has be more interactive," ungkapnya.
Berdasarkan data internal NOICE, waktu paling favorit yang dihabiskan pengguna untuk mendengarkan radio di NOICE berkisar di antara jam 12 siang hingga jam 8 malam dengan kategori segmentasi pendengar radio anak muda dan dewasa. Sebagai platform konten audio lokal, NOICE tidak hanya menghadirkan vertikal radio, tetapi juga podcast atau siniar, audiobook, live audio, hingga yang terbaru, audio series.