Indonesia dan Korea memiliki keragaman budaya yang kaya. Bukan hanya sejarah, kekayaan kuliner Indonesia dan Korea sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit dan Dinasti Joseon.
Setelah dipahami lebih lanjut, ternyata ada beberapa makanan yang memiliki bahan dan rasa yang mirip satu sama lain. Apa saja persamaan makanan Indonesia dan Korea yang sudah ada sejak masa kerajaan? Simak penjelasannya berikut ini.
1. Ikan Asin - Jeotgal
Pertama ada ikan asin yang cara membuatnya dan rasanya mirip dengan jeotgal. Kedua makanan ini pun sudah ada sejak masa kerajaan. Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang ikan asin dan jeotgal.
Ikan Asin
Melansir dari blog Museum Ullen Sentalu, ikan asin sudah ada sejak 1000 tahun lalu atau pada masa Kerajaan Kediri. Keberadaan ikan asin tercatat dalam Kitab Bomakawya dari zaman Kediri sekitar tahun 1042-1222.
Ikan asin dibuat dengan cara dikeringkan kemudian diberi garam. Sehingga, makanan tersebut dapat awet dan disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Jeotgal
Di masa Dinasti Joseon Korea, terdapat makanan yang mirip dengan ikan asin, yakni jeotgal. Makanan ini populer pada tahun 1392-1910 dan kerap disajikan untuk keluarga kerajaan.
Jeotgal adalah ikan laut yang dibuat dengan cara difermentasikan. Ikan ini memiliki rasa asin sebagai hasil dari fermentasi tersebut. Sampai saat ini, jeotgal masih dapat kita cicipi.
2. Dendeng - Deoungui
Selain makanan berbahan dasar ikan, makanan dengan komposisi daging juga sudah ada sejak masa kerajaan di Indonesia dan Dinasti Joseon, yakni dendeng dan deoungui. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang dendeng dan deoungui.
Dendeng
Dendeng merupakan makanan yang terbuat dari lembaran-lembaran tipis daging. Makanan ini dibuat dengan cara dikeringkan dan diberi rempah-rempah sebagai bumbunya.
Dendeng sudah ada sejak 1200 tahun yang lalu. Makanan ini ditemukan tercatat dalam Prasasti Taji pada tahun 901 Masehi dari era Kerajaan Medang.
Deoungui
Di masa Dinasti Joseon Korea, ada satu makanan yang mirip dengan dendeng, yaitu deoungui. Meski sama-sama terbuat dari lembaran daging sapi, ada sedikit perbedaan dari cara membuatnya.
Jika dendeng dibuat dengan cara dikeringkan dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, deoungui dibuat dengan cara dipanggang sampai agak kering saat akan dimakan. Kemudian, jika sudah matang, deoungui dapat dimakan dengan tambahan bumbu gurih, kecap asin, bawang bombai dan wijen.
3. Urap - Saengchae
Makanan tradisional urap menjadi salah satu makanan yang sudah ada sejak masa kerajaan ratusan tahun yang lalu. Di Korea, makanan serupa juga sudah ada sejak masa Dinasti Joseon dan dikenal dengan nama sangchae. Seperti apa kedua makanan ini? Berikut penjelasannya.
Urap
Di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, urap mudah sekali ditemukan. Makanan ini terbuat dari sayur-sayuran yang direbus sebentar, kemudian disajikan dengan parutan kelapa yang sudah diberi bumbu.
Dalam sejarah, urap sudah ada sejak awal tahun 1000 masehi. Makanan ini bahkan tertulis di dalam Prasasti Linggasuntan pada tahun 929 Masehi dari era Kerajaan Medang.
Sangchae
Jika dilihat sekilas, sangchae agak sedikit berbeda dengan urap. Namun, pada dasarnya, dua makanan ini hampir serupa. Sangchae terbuat dari sayuran (biasanya lobak putih) yang direbus. Kemudian, sayuran tersebut disiram dengan bumbu berbahan dasar bawang merah, bawang putih, cuka, gula, garam, cabai dan biji wijen panggang.
Sangchae sudah ada sejak masa Dinasti Joseon. Makanan ini juga sering disajikan untuk keluarga kerajaan.
4. Pecel - Namul
Indonesia dan Korea juga memiliki resep salad tradisional masing-masing, lho. Namanya makanan ini yakni pecel dan namul. Makanan tradisional yang masih dapat kita nikmati sampai sekarang ini, ternyata sudah ada sejak lama. Berikut penjelasannya.
Pecel
Melihat komposisi dari pecel sayur ini, terlihat begitu sehat, ya, Bela. Sayuran seperti kacang panjang, wortel, timun, kol, kemangi dan bayam ini hanya direbus sebentar, kemudian dinikmati dengan cara dicampur bersama sambal kacang.
Pecel ternyata sudah ada sejak masa kerajaan dulu, lho. Dalam kitab saduran Ramayana dalam bahasa Jawa disebutkan bahwa pecel menjadi menu yang banyak ditemukan pada masa itu.
Namul
Kalau dilihat dari komposisinya, namul memang mirip dengan pecel. Bedanya, namul tidak disajikan dengan bumbu kacang, melainkan dengan bumbu campuran cabai, bawang putih, bawang bombai, minyak perilla dan minyak wijen (chamgireum). Cara makannya pun mirip, yakni dengan mengaduk semua bahan dan bumbu menjadi satu sebelum dimakan.
5. Rawon - Gukbap
Terakhir ada rawon yang secara komposisi mirip dengan makanan khas Korea, gukbap. Makanan berkuah ini sama-sama berbahan dasar daging sapi yang sangat lezat jika dinikmati dalam kondisi hangat.
Rawon
Rawon identik dengan Kota Surabaya karena di Kota Pahlawan itulah makanan tradisional ini banyak ditemukan. Rawon merupakan kuliner berbahan dasar daging sapi dengan kuah berwarna cokelat kehitaman. Warna cokelat kehitaman ini berasal dari biji kluwek yang membuat rasa kuah rawon menjadi lebih lezat.
Rawon sudah ada sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Makanan ini tercatat di dalam Kitab Bomakawya yang berasal dari zaman Kerajaan Kediri, yakni pada tahun 1042-1222.
Gukbap
Memang secara tampilan, gukbap sedikit berbeda dari rawon. Gukbap memiliki kuah bening, sementara rawon memiliki kuah berwarna cokelat kehitaman. Gukbap terbuat dari daging sapi dengan kuah kaldu yang gurih.
Menurut catatan, gukbap sudah ada sejak masa Dinasti Joseon dan wajib tersaji di dalam acara penting kerajaan. Namun, menurut catatan lainnya, gukbap berasal dari masa perang Korea di tahun 1950. Saat itu, orang-orang yang melarikan diri ke Busan untuk menghindari perang memanfaatkan tulang sapi dan babi untuk membuat kuah kaldu. Kuah tersebut kemudian diberi irisan daging sapi sebagai pelengkapnya.
Itulah tadi persamaan makanan Indonesia dan Korea di masa kerajaan. Menu mana yang bikin penasaran untuk dicicipi? Tulis di kolom komentar, ya!