Teh celup sariwangi seringkali menjadi teman akrab camilan di rumah. Disajikan secara hangat sangat cocok bersanding dengan biskuit kaleng ataupun roti. Sayang, bisnis teh celup legendaris Teh Sariwangi meredup dan dikabarkan pailit Untuk mengenang rasa hangat dan manis teh yang pernah tersaji dalam cangkir-cangkir kita, yuk nostalgia dulu kumpulan video iklan Sariwangi dari dulu hingga kini, Bela!
1. Ini ni ni Itu tu tu (2003-2004)
“Begini ni ni ni~ begitu tu tu tu~
Begini ni ni ni~ begitu tu tu tu~
Begini, begitu, cuma Ibu yang tau semua punya mau.”
Terlihat empat boneka
puppet
yang melambangkan empat anggota keluarga, mulai dari sosok ibu, ayah, nenek, dan anak. Mereka berdansa sambil menyanyi dengan ceria. Di tengah video terbongkar bahwa ternyata tali boneka
puppet
itu adalah teh celup Sariwangi. Keluarga kecil itu pun berdebat di meja makan tentang jenis teh favorit mereka. Iklan ini berakhir dengan semua tokoh tersenyum setelah meminum hasil racikan teh dari Ibu.
2. Ukulele (2006)
Pada acara pertemuan keluarga, seorang anak kecil tiba-tiba masuk ke ruangan dan duduk sambil bermain ukulele. Melihat reaksi keluarganya yang tidak mendukung nyanyiannya ia terlihat sedih. Datanglah pahlawan Sariwangi menyelamatkannya. Pujian yang sang nenek lemparkan untuk kenikmatan tehnya disalah artikan oleh tokoh bapak sebagai pujian untuk anak laki-lakinya.
“Siapa dulu dong bapaknya!”
Kebersamaan keluarga itu pun semakin menghangat diiringi petikan ukulele dan satu teko teh Sariwangi.
3. The New Room (2016)
Dua tahun lalu, Sariwangi mengeluarkan film pendek berdurasi hampir 2 menit di kanal YouTubenya. Masih membahas tentang hubungan keluarga dan kehadiran Sariwangi di antara mereka. Pengaruh teknologi memuat hubungan keluarga ini mendingin, di awal video terlihat semua orang sibuk memainkan ponselnya masing-masing. Tiba-tiba, mereka keluar dari ruangan dan menemukan sebuah gua aneh. Di dalam gua, terlihat sosok Ibu menyiapkan perapian kayu dari ponsel, mereka pun akhirnya bermain tebak bayangan bermodalkan senter ponsel. Hubungan keluarga ini berhasil semakin menghangat seiring sesapan demi sesapan teh manis Sariwangi.
4. 15 menit (2013)
Video singkat ini dinarasikan oleh sosok Ibu yang bercerita tentang keinginannya untuk selalu menciptakan kesempatan berkumpul dengan keluarga. Minimal 15 menit setiap harinya, ditemani secangkir teh sariwangi, dan video chatting bersama Bapak yang sedang LDR.
“Biar jauh kan bisa internetan.”
5. Seriosa (2015)
Video dibuka dengan curhat Dimas tentang kecerewetan ibunya. “Pas kita lagi ngeteh bareng, Ibu tiba-tiba nunjukin foto ke kita..” Dimas dan Ayah kaget ternyata sang Ibu punya bakat terpendam yaitu jago nyanyi seriosa. Dimas dan Ayah pun menyiapkan kejutan kepada Ibunya untuk melihatnya tampil nyanyi lagi. Cerita baru tentang keluarga itu mereka temukan setelah ngeteh dengan Sariwangi.
6. Lebih Segar, Lebih Dekat (2014)
Ayah mengeluh karena Dimas sibuk bermain dengan gadgetnya. Ibu hanya tersenyum sambil meracik teh sariwangi baru, yang katanya menggunakan lebih banyak daun teh berkualitas. Setelah menyeruput teh sariwangi yang konon lebih segar itu, Dimas pun membuka rahasianya. Ternyata Dimas sedang membuat video ucapan anniversarry untuk Ayah dan Ibunya. Hangat dan manis sekali ya, khas Sariwangi!
7. Mari Bicara (2007)
“Aku tunggu di tempat favorit kita,” begitu isi pesannya.
Ibu pun menunggu di restoran. Tapi, Ayah nggak datang, dia malah sibuk menaburkan bunga mawar di tempat tidur mereka. Setelah saling tunggu-tungguan dan bersitegang di sofa. Ibu pun berinsiatif ke dapur, menyeduh teh Sariwangi untuk mereka berdua. Lalu, mulai berbicara tentang kesalahpahaman mereka.
8. Yoga (2005)
Format iklan ini berbeda dengan biasanya yang akrab dengan keluarga. Mulai dari latar musik hingga pemandangan, ditambah dengan suara halus narator. Iklan Sariwangi edisi ini terlihat menenangkan.
“Pakar Yoga minum teh empat cangkir sehari untuk melancarkan peredaran darahnya. Agar tubuh dan pikirannya lebih relax.” Lewat iklan ini, selain menawarkan kehangatan keluarga, Sariwangi juga menjanjikan unsur kesehatan pada secangkir tehnya.
Penulis: Tyas Hanina