A simple style is a beautiful style. Kalimat tersebut bisa menggambarkan koleksi terbaru Hian Tjen Couture 2017 2018. Baru dihelat kemarin di Raffles Hotel Jakarta, Hian Tjen meninggalkan sejenak drama yang kerap ia tampilkan dan lebih menonjolkan kesederhanaan dari karyanya kali ini. Tidak ada pesan atau filosofi penting dari peragaan tunggal keduanya ini. Hian di sini hanya membagikan indahnya pengalaman dirinya saat sedang berlibur ke Moroko dan untuk pertama kalinya melihat hamparan milky way. Koleksinya memang bisa dikatakan sederhana, tapi bukan berarti Hian Tjen tidak kritis. Justru di sinilah eksplorasi kreatifnya bisa saya tangkap lebih personal. Lebih teliti. Lebih menyentuh.
Konsep panggungnya yang menggambarkan hamparan bintang tampil menghidupkan romansa dari permainan harpa yang mengiringi. Dibuka dengan gaya tailoring klasik, dari blazer jumpsuit hingga outer panjang tampil tidak biasa dengan detail fringe dan bordir bintang yang cantik. Biar cantik namun sematan detail kecil dan tersembunyi ini muncul sangat tegas. Atensi juga harus diberikan pada Hian Tjen soal olah material. Ia menampilkan banyak pilihan material, dari bahan tebal yang ia pakai untuk koleksi outer, scuba, hingga bahan tipis tulle yang mendominasi koleksi yang diberi nama Magellani. Kemampuannya menaklukkan bahan semakin terasah. Apalagi sejak ia banjir pujian saat menaklukkan bahan plastik pada koleksi Osmosis.
Semakin sederhana, semakin sulit. Tanpa dekorasi berlebihan pada busananya, Hian Tjen masih tetap memiliki aura cemerlang. Kuncinya ada pada kolaborasinya bersama desainer aksesori couture Rinaldy Yunardi, ilustrator Ian Permana, dan desainer sepatu Rina Thang. Bersama, mereka menciptakan sinergi yang melengkapi. "Untuk koleksi kali ini, aku tampil simpel lewat aksesori anting saja," jelas Rinaldy Yunardi saat ditemui di belakang panggung. "Aku hanya memakai material kawat dan pada presentasinya nanti antingnya hanya dipakai satu saja." Sementara itu, Rina Thang hadir dalam rancangan thigh-high boots dan Ian Permana bertanggung jawab dalam menghadirkan karakter dewi angkasa yang gemerlap sebagai motif printing bertabur hiasan kristal Swarovski, payet dan bebatuan pada berbagai dress bersiluet klasik kekinian.
Hasil akhir dan eksekusinya menempatkan Hian Tjen pada kelas yang mumpuni. Teliti, perfeksionis, dan mewah. Hian Tjen is a rising star. Tapi buat saya personal, terlepas dari keindahan yang malam ini saya saksikan, koleksi Osmosis jauh di atas Magellani yang dikemas sebagai wearable couture ini. Memang poin utama yang didahulukan adalah daya pakai bukan daya pikat - walau Magellani tetap memikat kok. Tapi referensi a la Dior, Marchesa, atau pun Balmain, terasa menonjol. Pada Osmosis, kita melihat sesuatu yang segar dan jarang. Sedangkan pada Magellani, rasanya kita sudah pernah melihat itu sebelumnya lewat tangan desainer lain. Karena secara pribadi saya ingin Hian Tjen dikenal sebagai Hian Tjen, bukan Hian a la Dior yang saya dengar dari percakapan bisik bisik di barisan depan. I know you can do it Hian Tjen!