Belakangan Mel Ahyar tampak memakai karya seni sebagai bahan inspirasi koleksinya. Masih teringat jelas betapa suksesnya kolaborasi Mel Ahyar dengan seniman Indonesia, Jeihan, dengan lukisan mata hitam yang disapu pada dress panjang yang 'menghantui' itu. Tapi untuk yang terbaru ini, Mel mengusung konsep seni distorsi yang dipakai oleh seniman asal Austria Erwin Wurm. Dari karya Wurm yang berjudul One Minute Sculpture, maka lahirlah sebuah koleksi Mel Ahyar First yang disebut Fractal Fradina untuk musim Pre-Fall 2017 yang dipresentasikan di Plaza Indonesia Fashion Week 2017.
Adaptasi Mel Ahyar terhadap seni terbilang selalu apik. Campur aduk warna dan motif yang tampak terlihat ramai, nyatanya dibuat berdasarkan algoritma matematika yang ditampilkan berulang dan skala yang berbeda-beda membentuk pola simetris... yang mana ini disebut fractal. Diluar dari teori yang rumit - dan siapa yang peduli akan ini? - hasil akhir dari perpaduan garis geometris, motif kupu-kupu, capung dan dedaunan ini begitu segar ditengah koleksi desainer lain yang tampil dalam dominasi warna hitam.
Semua model berjalan cepat dalam balutan pink bodysuit costume, mirror sunglasses, dengan dress-dress panjang bersiluet loose khas Mel Ahyar. Detail bebatuan dan manik-manik pun kembali memiliki peranan sebagai penghiasnya. Walau tampak berat dalam padu-padan yang dipresentasikan di atas runway, namun jika dipilah piece per piece, Mel Ahyar banyak menampilkan pilihan statement pieces yang juara untuk koleksi ini. Kita bisa melihat kalau coat yang penuh motif, celana yang semarak, dapat menghidupkan mix n match kasual untuk gaya busana sehari-hari.
Tak ketinggalan, aksesori seperti scarf, sling bag, loafer, menjadi must-have item yang dipastikan akan ramai di kalangan street style lokal. Bidikan yang bagus, Mel Ahyar!
