Alur yang oke. Benang merah yang masih nyambung. Klimaks yang menggelora. Inilah perasaan yang terbayarkan setelah menunggu kurang lebih sebulan, setelah koleksi kolaborasi MORAL dengan Generation-G, New History, sebelumnya menjadi teaser yang cukup memancing penasaran akan seperti apa koleksi utamanya. Memang tidak banyak yang tahu kalau koleksi yang sebelumnya hadir dalam bentuk presentasi ini adalah "umpan" yang dipersiapkan untuk dikonsumsi para millennial di perhelatan festival musik paling seru se-Asia, We The Fest!
Diadakan ditengah lalu-lalang kerumunan pengunjung yang rata-rata generasi millennial dan gen-z, MORAL mengadakan fashion show kejutan pada hari kedua WTF 2017.
Memang tidak se-drama seperti Danjyo Hiyoji (desainer sebelumnya yang berkolaborasi dengan Generation-G di WTF 2016) yang memecah crowd dengan marching band dan cuaca hujan deras yang mendukung. Tahun ini, sengatan matahari di belahan utara Jakarta (trust me, lebih panas daripada area Jakarta yang lain) membakar antusias muda-mudi yang menyaksikannya.
Dibuka dengan aksi demonstrasi yang membawa pesan akan semangat hidup muda, dan dilanjutkan dengan modern dance, pasukan MORAL pun akhirnya tampil penuh attitude. Tough. Dimana tampak dibagi dalam empat squad: black, white, red, and blue - warna-warna yang sudah ketebak karena berhubungan dengan sang sponsor utama. Tapi mari tidak membahas perihal "sponsorships" lagi. Karena ada sisi lain yang ditampilkan MORAL begitu keren dari sebelumnya.
Saya memuji taste dan kepekaan Andandika Surasetja, sang creative director, akan koleksinya kali ini - yang bertajuk Historia-Hysteria. Sangat praktis, effortless, dan yang paling penting tidak menghasilkan look yang "terlalu berlebihan" - meaning super wearable. Apalagi mengingat kalau kolaborasi seperti ini harus tetap mengutamakan jualan, betul?! Nah, itulah mengapa tiap look (dengan styling-an yang best) tampak membawa vibe yang bergelora pada kesempatannya kali ini. Walau ada sesuatu yang "missing": tidak ada statement pieces yang terlalu menonjol banget. Yang terlihat hanya beberapa busana staple yang dipermak a la kekinian. Kemeja berlengan kepanjangan, cutout hoodie, hingga siluet longgar yang sekarang sedang trending. Sebagai koleksi komersial ini terbilang oke. Jaket dan vest kulit, jaket bomber, dan koleksi tailored-nya (love the red blazer!) dibuat bagus. Secara kualitas, jempol!
Tampaknya ini menjadi pencapaian yang terbaik bagi Andandika Surasetja. Pelan-pelan ia mulai memperkenalkan brand-nya dengan cukup tertata. Dari awal diperkenalkan kepada rekan media, kemudian mulai memasuki market Goods Dept, dan kini disaksikan oleh ratusan pasang mata di WTF. Semua disosialisasikan dengan baik. Rasanya MORAL kini siap mewarnai industri fashion tanah air.
Menutup show-nya, Andandika keluar berlari, bak menggambarkan karirnya sebagai desainer yang sedang dalam mode berlari. Mengejar apa yang ia cita-citakan. Now, kita sudah melihat sisi komersial seorang Andandika. Next, saya bertanya-tanya: seberapa idealiskah Andandika bisa berlari?