Semenjak debut HARRY HALIM di Jakarta Fashion Week tahun lalu, saya seperti sudah bisa merasakan kalau desainer berbasis Paris ini akan kembali menghebohkan industri fashion tanah air. Perkenalan karyanya ternyata sangat diterima oleh beberapa kalangan di sini, seperti selebritas (yang sudah langganan: Tara Basro dan Asmara Abigail, hingga Ivan Gunawan yang memboyong "crowd"-nya), beberapa influencer, generasi Z, dan tentu para laki-laki ekspresif yang selalu dress the part dan menghidupkan suasana di acara fashion show HARRY HALIM.
Fairgrounds SCBD menjadi saksi akan akhir dari narasi kesedihan sang desainer. Dua koleksi sebelumnya, "Devotion" dan "The Impossible Love", sudah ditutup indah dengan koleksi bertajuk "Pagan Poetry" yang tetap mempertahankan estetika romantis dalam desain HARRY HALIM yang eksperimental.
Alih-alih repetisi, koleksi ini diperlakukan seperti trilogi yang berkelanjutan. Jadi secara ekspektasi mood tidak ada yang terlalu berubah di "Pagan Poetry" ini. Di mana nuansanya masih kental dengan gaya punk couture dengan pengaruh subkultur gothic khas sang desainer. Gelap dan depresi di awal, namun ada titik cahaya di penghujung ceritanya.
Pada presscon, Harry Halim menjelaskan tajuk "Pagan Poetry" yang terinspirasi dari kisah-kisah penyihir dalam sebuah kultus (coven). "Saya membayangkan membuat coven saya sendiri," jelas Harry Halim. "Saya ingin sesuatu yang terlihat kelam, tetapi pada saat yang sama, meriah. Selalu ada romantisme dalam kegelapan. Setelah musim kemarin, saya butuh kebaruan."
Sang desainer melanjutkan siluet-siluet unik yang khas di karyanya. Tailoring pieces yang epik dengan model pundak struktur dan lebar, detail potongan circular di jaket hingga dress asimetris, celana oversize, hingga korset laki-laki dan celana gaun yang menyita perhatian. Tentu adanya brand aksesori MAHIJA pun juga memegang peranan. Mahkota duri yang pertama kali muncul di Paris Fashion Week 2022 silam kembali muncul sebagai perhiasan signature. Dari model pertama hingga akhir, semua lalu-lalang seperti hidup di atas karpet merah.
Soal palet warna, selain warna dasar hitam dan merah serta cokelat dan chestnut dari bahan kulit, ada juga sisipan warna-warna menyala seperti hijau, ungu, dan turquoise. Tapi warna jadi nomor dua dalam menyempurnakan look HARRY HALIM. Adalah KITANA boots yang selalu jadi andalan! Musim ini "killer boots" KITANA divariasikan dengan aksen bulu dan hak tumit berbentuk tabung.
"Pagan Poetry" menjadi perayaan Harry Halim dalam mengakhiri kesedihan dan menuju babak baru yang pasti ditunggu penggemar setianya. Semarak koleksinya nggak hanya karena salah satu modelnya yang memamerkan bokong, namun energi yang terkumpul di atas runway dan mereka yang hadir di show ini. It was a beautiful situation for people, di mana menurut saya semua mengapresiasi, mencintai dan menghormati karyanya. Nobody really acts a fool because they know this is a one-time thing.