Dikenal sebagai aktris sinetron dan layar lebar, Ariel Tatum sudah berkarir sejak awal tahun 2000-an. Masih eksis hingga kini, Ariel Tatum semakin aktif dengan kepeduliaannya seputar isu kesehatan mental. Membagikan pengalamannya sendiri, Ariel Tatum memiliki harapan kepada masyarakat Indonesia untuk membuat percakapan kesehatan mental bukan sebagai hal tabu untuk dibicarakan.
Campaign Future Is Female dari Popbela memilih Ariel Tatum sebagai salah satu perempuan yang berpengaruh terhadap isu kesehatan mental di Indonesia. Bersama Popbela, Ariel Tatum menceritakan tentang kisahnya, peran keluarga hingga rencana terhadap kesehatan mental.
Borderline Personality Disorder hingga mencoba bunuh diri di umur 13 tahun.
”Borderline Personality Disorder (BPD) itu kepribadian ambang. Ya itu gangguan personaliti dimana aku mengalami ketidakstabilan emosional yang sangat drastis. Terkadang biasanya orang moody memang ada kelompoknya sendiri, kalau BPD ini sangat drastis banget emosionalnya,”
Merasa depresi di usia muda, Ariel Tatum mulai research apa yang dirasakannya melalui internet hingga datang ke psikiater. "Aku pertama kali tahu ada sesuatu yang salah pada diriku itu waktu aku umur 13 tahun, yaitu ketika aku pertama kali melakukan percobaan bunuh diri. Beberapa tahun sebelumnya aku memang suka self harm, sering merasa depresi, merasa ada kekosongan yang nggak tau penyebabnya apa. Aku merasa hidup berkecukupan, aku dekat dengan keluarga. I was raised in such a loving home. Jadi aku ngerasa kaya nggak ada alasan untuk merasa seperti ini. Sampai suatu hari aku cari psikolog dari hasil tabunganku, coba cari lebih lanjut tentang semua mental illness,”
Pentingnya self aware dan self love untuk kesehatan mental
"Pentingnya untuk kita jauh lebih sadar sama diri kita sendiri, karena kadang banyak orang yang masih tidak aware terhadap kesehatan mental masing-masing. Harus cari tahu penyebabnya, lebih self aware dan punya self love yang tinggi, ya jadi kita sadar dan kita tahu apa yang harus dilakukan untuk membuat diri kita menjadi lebih baik dibanding cuek dan menganggap remeh."
Hobi sebagai cara kurangi rasa depresi
"Dari awal, psikiater tidak menyarankan untuk aku ambil medication karena pada saat itu aku masih terlalu kecil (15 tahun). Coba meditasi dan breath technique, ternyata banyak banget teknik bernapas yang bisa membantu kita mengurangi stres dan depresi tersebut. Lalu aku suka melukis dan buat puisi, jadi apa yang aku rasakan bisa dikeluarkan melalui hobi aku tersebut."
Menyimpannya selama 5 tahun
"Orangtuaku sedih karena aku terlambat memberi tahu mereka. Aku baru memberi tahu
mereka waktu umurku 18 tahun karena sebelum-sebelumnya aku mikir bahwa orangtuaku akan malu dan aku belum nyaman membicarakan hal apa yang aku alami. Waktu itu aku merasa keluargaku dan terutama orangtuaku masih stuck di stigma dimana kalau ngomongin kesehatan jiwa itu adalah hal yang tabu dan buat nggak nyaman untuk dibicarakan. Sampai ternyata pas aku membahasnya, mamaku nangis, dia nggak pernah tahu karena aku pribadi anaknya ceria banget di keluarga dan sekitarku."
Peran keluarga untuk kesehatan mental
"Orang tua ternyata sangat amat berpengaruh ke kesehatan mental aku, karena ketika gejala-gajala itu terjadi aku sudah tidak lagi try to fake it dan ngumpet-ngumpet. Jadi sejak aku ngomong tentang kesehatan mental, alhamdulilah semua keluarga aku aware dan sadar sama sekitar juga, fokus bukan hanya pada aku."
Mau buat sebuah perubahan
"Aku nggak pernah terpikir sih sebelumnya untuk benar-benar ngomong ke publik tentang kesehatan mental aku, sampai dititik dimana aku mencoba untuk bunuh diri tahun 2017, setelah aku membatalkan rencana tersebut aku bersumpah pada diriku sendir bahwa aku mau membuat sebuah perubahan, setidaknya untuk orang-orang terdekatku. Aku mau mencoba membantu orang yang merasa apa yang aku rasakan sehingga mereka nggak jadi separah aku. Sampai ternyata aku dapat support dari keluarga, jadi aku baru open up Oktober lalu."
Membantu masyarakat untuk teredukasi soal kesehatan mental
"Rencana kedepan aku akan terus berbagi cerita aku, berjuang di kesehatan mental aku pribadi. Aku mau buat seminar-seminar dan workshop-workshop yang temanya lebih mengerucut untuk kita sharing-sharing, lebih small classes. Tidak menutup kemungkinan juga untuk aku bekerja sama dengan pihak manapun yang punya tujuan yang sama, yaitu membantu lebih mengedukasi masyarakat Indonesia seputar kesehatan mental."
Kepada Popbela, Ariel Tatum menceritakan kepedulian dan pengalamannya mengenai kesehatan mental. Selengkapnya bisa kamu dengarkan Podcast Popbela di Spotify. Masih penasaran dengan cerita Ariel Tatum tentang kesehatan mental? Yuk datang ke Indonesia Millennial Summit 2020 tanggal 17-18 Januari di The Tribrata, Darmawangsa.
Photo credits:
Photographer: Nurulita
Fashion Editor: Michael Richards
Stylist: Tbmyudi
Assistant Stylist: Yemima
Makeup Artist: Andy Chun
Hair Stylist: Eka Sari
Wardrobe: dress sekuin milik stylist, atasan polka dot & jaket bulu FRUTH BOUTIQUE