Yogyakarta memang punya warisan leluhur dan adat istiadat yang masih kental sampai sekarang. Masyarakatnya pun masih terus melestarikan budayanya, termasuk pakaian adat yang cukup beragam seperti surjan dan janggan. Kedua baju adat ini sama-sama punya model kancing dan kerah tinggi hingga menutupi leher. Meski potongannya sekilas mirip, tapi surjan dan janggan sebenarnya berbeda, lho.
Supaya nggak tertukar, yuk kenali perbedaan pakaian adat Yogyakarta surjan dan janggan! Simak selengkapnya di bawah ini.
1. Kebaya janggan dikenakan oleh abdi dalem perempuan yang ada di Keraton Yogyakarta. Pakaian adat ini nggak melambangkan pangkat khusus, sehingga semua abdi dalem bisa memakai janggan.
2. Sementara itu, baju surjan lebih umum dikenakan oleh laki-laki dan banyak dipakai untuk upacara adat tradisional. Pemakaian surjan biasanya dikombinasikan dengan blangkon.
3. Bahan brokat sebenarnya nggak boleh dipakai untuk kebaya janggan. Umumnya, kebaya janggan dibuat dengan bahan dasar kain hitam dengan motif kembang batu. Warna hitam sendiri melambangkan ketegasan dan kesederhanaan.
4. Kalau untuk baju surjan, motif yang paling sering dipakai ialah kain lurik garis-garis. Meskipun begitu, kini surjan juga banyak ditemui dengan beragam warna dan motif.
5. Desain kebaya janggan banyak dipengaruhi oleh pakaian militer bangsa Eropa. Dulunya, istri Pangeran Diponegoro, RA Ratna Ningsih kerap menggunakan janggan untuk menyembunyikan patrem atau keris.