Teknologi ternyata jadi salah satu solusi ampuh dari berbagai brand kelas dunia untuk menghindari pembajakan. Tindakan yang bisa merugikan industri fashion hingga 10 persen penjualan membuat mereka mencari cara untuk menjaga keaslian produknya. Hal ini juga dilakukan untuk mendidik konsumen agar lebih cerdas dan cermat memilih barang.
Cara itu diwujudkan dalam bentuk microchips yang mengandung radio frequency identification (RFID). Benda ini juga dilengkapi kode unik yang bisa di-scan untuk mendaftarkan barang yang dibeli melalui smartphone. Salah satu merek yang sudah mengaplikasikan teknologi ini adalah Moncler di koleksi Spring Summer 2016. Kalau kode ini tidak terdeteksi, ada kemungkinan benda yang dibeli adalah barang palsu.
frumpytofunky.blospot.com
Tak hanya Moncler, dua tahun lalu, Salvatore Ferragamo juga sudah menanamkan chips RFID di koleksi pre-fall miliknya, tepatnya di sol sepatu sebelah kiri. Selain itu, berbagai fashion item lain juga diberi chips seperti tas tangan wanita dan koper, juga sepatu pria dan berbagai aksesoris kulit.
fashionhouseglobal.com
Sebenarnya, teknologi ini tidak benar-benar baru. Walmart dan Marks & Spencer juga membubuhkan RFID di tag untuk membantu mereka mendata barang dan manajemennya. Jadi, semua barang masuk dan keluar bisa dilacak agar data yang dimiliki tepat.
Dampak penggunaan teknologi ini ternyata sangat bagus untuk penjualan. Merek pakaian perempuan asal Jerman Gerry Webber yang membubuhkan RFID mulai 2011 mengalami kenaikan penjualan karena pendataan yang akurat. Selain itu, berbagai merek lain juga bisa mengukur stok barang dan mencegah para supplier memproduksi stok bajakan yang dijual bebas.
coutureusa.com
Industri barang mewah tentunya tak mau ketinggalan dalam hal ini. Mereka sudah sadar betul bahwa teknologi bisa memerangi pembajakan, isu serius yang selalu jadi masalah mereka. Beberapa negara di Eropa juga sudah memberlakukan ketentuan penggunaan RFID agar barang yang dijual bebas benar-benar asli dan bisa melindungi konsumen.
Wah, keren banget, ya! Bagaimana pendapatmu, Bela?