Ada beberapa poin yang menjadikan show Sebastian Gunawan begitu patut untuk dihadiri. Pertama, crowd yang selalu diisi oleh para sosialita berkelas - talking about fancy relaxing and mingling. Kedua, set megah yang selalu niat - pilar tinggi, chandeliers, dll. Ketiga... well... ini sudah menjelang akhir tahun. Tidak ada cara yang tepat untuk menutup tahun 2016 dengan menghadari sebuah show yang selalu menjanjikan unsur spekta.
Malam ini sesuai dengan dress code yang sudah tercantum pada undangannya, elegant black, semua tamu hadir mengenakan busana hitam yang membuat ballroom Hotel Mulia terlihat seperti pesta ala para bangsawan dan kaum elite (kecuali untuk beberapa tamu yang salah kostum, memakai warna pastel, dan beberapa 'blogger' yang memadukan busana hitam dengan leather straps, not elegant, read your invitation please!)
Warna hitam yang mendominasi ruangan menjadi 'faktor pendukung' dari alur show malam ini. Nyatanya, koleksi yang diperagakan menjadi begitu menonjol di tengah kerumunan. Berpendar dalam kegelapan. Semuanya akan dijelaskan di bawah ini.
Bertajuk La Divina Marchesa, Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese kembali mengulik ikon mode klasik sebagai inspirasinya. Jika kemarin Marie Antoinette, lalu para Gibson Girl, sekarang giliran Luisa Casati - seorang bangsawan (Marchesa) yang selama tiga dekade diawal abad 20 dianggap sebagai wanita paling artistik nan eksentrik - cobalah Google tentang Luisa Casati maka kamu bisa melihat keunikkannya, macan tutul sebagai peliharaan hingga ular boa yang melingkar sebagai scarf.
Antara Casati dan rumah mode Sebastian Gunawan memiliki benang merah yang menarik, sama sama berasal dari Italia (tanah kelahiran Cristina Panarese) dan kesamaan visi akan arti glamoritas. Jika dipikir, Cristina banyak bertanggung jawab dalam memasukkan budaya Eropa ke gaun-gaun megah khas Sebastian Gunawan. Thumbs up!
Tirai pun terbuka, semua model tampak menari gemulai bak pebalet. Note: balet Rusia, perpaduan budaya Turki, Jepang, China dengan Eropa, semua terpampang pada tata panggung. Dan seketika musik berubah menjadi upbeat, model pertama langsung berjalan tangguh dalam balutan busana color blocking lace berdetail payet dengan bulu hitam yang sarat akan glamoritas.
Dilanjutkan dengan parade gaun koktail dan gaun malam yang siluetnya sudah begitu familiar. Ramping, jumpsuit, cape panjang hingga gaun bervolume. Ya, musim ini Seba dan Cristina lebih bermain pada tabrak warna yang dibuat begitu elegan. Unsur tersebut menjadi penyegar dan mengkesampingkan kesan siluet yang kebanyakan mengulang.
Bahan lace berwarna merah, hijau, biru - yang tampak mewakili nuansa Natal - menyatu dalam guratan payet emas yang menyulur pada beberapa gaun. Tapi detail payet fringe yang gemericik pada coat hingga gaun yang dikenakan oleh Laura Muljadi menjadi poin yang mencuri perhatian. Disamping itu gaun bernuansa metalik menjadi gaun ready-to-party yang cocok untuk dikenakan pada pesta Tahun Baru mendatang!
Koleksi yang dikemas dalam nuansa festive ini tepat dengan datangnya holiday season yang sudah di depan mata. Bisa dipastikan customer Sebastian Gunawan senang dengan koleksi yang tampak muda, seksi, elegan, adanya eksplorasi baru (mungkin dress code berikutnya: elegant color-block) hingga efek bling bling ramai yang siap menghidupkan penampilan pesta mereka. Rasanya Syahrini, Rossa, dan Marsha Timothy, yang malam itu hadir dan duduk di barisan depan, ikut terpuaskan. It was a merry happy couture collection.
