Potret lukisan Lili Elbe karya sang istri, Gerda Wegener, yang kisahnya kita ketahui dari film biografi The Danish Girl, menjadi referensi untuk karya terbaru Peggy Hartanto. Karakter seorang "wanita" lemah lembut yang kontroversi ini, memiliki benang merah dengan karakter desain Peggy yang ikonik. Dan sebagai desainer modern berkarakter lembut (dan tahu siapa market-nya), Peggy Hartanto dengan cepat mengadopsi berbagai high-tech materials dan mencari cara bagaimana aksen-aksen era 1920an bisa masuk ke dalam standard feminin yang sudah mendarah daging. Dan untuk season kali ini, ia menghadirkan sentuhan fresh untuk koleksinya.
Seperti yang sudah dikira-kira, cutout ikonik seorang Peggy Hartanto tetap menghiasi koleksinya, tapi dalam nuansa yang baru. Kesan cutout yang seksi dikombinasikan dengan kerah tinggi ala Victorian era. Efeknya pun masih terlihat sama dengan koleksi terdahulunya, seksi tapi tetap terlihat sopan. Hasil akhir yang elegan sudah menjadi ekspektasi bagi para penggemar busana-busana bersiluet feminin yang modern - apalagi proporsi yang selalu jatuhnya terlihat pas di tubuh wanita. Sementara pada pieces yang lain, terlihat lebih kasual, menciptakan kesan ready-to-wear yang lebih kekinian. Dimana celana berpotongan longgar muncul sebagai antidote dari dress-dress cantik yang "cewek banget". Motif stripes dan earthy pastel colors pun berhasil menghadirkan nuansa baru untuk sebuah gaun malam. Tapi jika mengingat apa yang membuat seorang Peggy Hartanto cukup "kontroversi", rasanya dress cutout ikonik itu akan tetap menjadi must-have piece yang juara.
