BeautyFest Asia 2024 Jakarta berkesempatan mengundang Nagita Slavina sebagai pembicara sesi talkshow Beauty For All: Promoting Diversity and Inclusivity in Indonesian Beauty Standards, Jumat (3/5). Selebriti dan pengusaha yang satu ini memiliki puluhan juta pengikut di media sosial. Tak heran bangku penonton penuh dengan para beauty enthusiast ingin bertemu langsung dengannya.
Akan tetapi, limpahan jumlah pengikut tersebut rupanya tak selalu mendatangkan kebahagiaan untuknya. Ada saja kritik dan komentar kebencian yang mampir. Lantas, bagaimana cara Nagita menghadapi kendala semacam ini di media sosial? Simak jawabannya di bawah ini.
Mulai mengabaikan komentar jahat
Sosok yang akrab disapa Mama Gigi ini memahami bahwa komentar miring adalah salah satu konsekuensi dari profesinya sebagai figur publik. Cara untuk menghadapinya pun berbeda-beda. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk mulai mengabaikannya karena hal tersebut adalah satu-satunya hal yang ada di dalam kontrolnya.
"Akhirnya aku memutuskan untuk ya udah kayaknya kita harus menjaga diri kita dengan nggak usah dibaca aja (komentar jahat). Karena komen-komen itu, satu, orangnya nggak kenal. Kedua, kita secara nggak langsung dan langsung, kita mau bilang nggak apa-apa, hati orang kan nggak ada yang tau, dan itu bisa menghambat banyak hal," ujarnya.
Terapkan boundaries dengan pengikut
Akan tetapi, Nagita pun turut berhati-hati menanggapi komentar positif yang ditujukan kepadanya. Ia khawatir pujian yang ia terima bisa membuatnya lupa untuk membumi. Oleh karena itu, ia menerapkan batas aman atau boundaries dengan pengikutnya.
"Buatku hate comment bisa aja menyakitkan, komen yang baik juga kayaknya takut nggak napak nanti gitu kan? Jadi ya udahlah yang kita denger orang-orang yang bener-bener di sekeliling kita, yang udah tahu pasti nggak akan ngejerumusin," ungkapnya.
Sebagai tambahan, Nagita berpesan agar para perempuan bisa mengenali dirinya lebih dalam. Ketika seorang perempuan sudah tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri, komentar-komentar dari pihak luar tak akan memengaruhi pendiriannya.
"Harus bisa lebih mengerti diri sendiri. Di saat kita udah tahu apa yang kita mau, hal kayak gitu (body shaming dan komentar miring lainnya) udah nggak jadi (beban) pikiran. Misalnya, masalah kecil deh nggak usah body shaming, kita mau pergi pake baju warna pink. Orang lain bilang jangan pake baju warna pink, warnanya jelek. Tapi kita maunya kayak gitu. Di saat kita udah tau maunya apa, kayaknya orang lain bilang pake warna apa aja udah nggak didenger kan?" pesannya.
Yuk, lebih bijak dalam bermedia sosial, Bela!