Nama Marissa Hutabarat kembali viral di media sosial. Perempuan keturunan Batak ini menjadi hakim di Amerika Serikat. Ia bertugas di Section B First City Court, New Orleans.
Profesi ini ia pilih karena kepeduliannya terhadap kota New Orleans. Dalam rekam jejak kariernya pun, ia aktif terlibat dalam sejumlah komunitas sosial. Penasaran dengan latar belakang Marissa Hutabarat lebih jauh? Simak rangkuman profilnya di bawah ini.
Lahir dan besar di Amerika
Marissa Ananda Hutabarat adalah nama lengkapnya. Ia lahir di Glendale, California. Keluarganya lalu pindah ke Chicago pada 1983 saat ia baru berusia 9 bulan. Ia dibesarkan di sana oleh ayah, ibu, dan nenek dari pihak ayah yang ia sapa dengan sebutan opung. Sang ayah merupakan keturunan Batak sementara ibunya Thailand-Tiongkok. Ia memiliki dua adik yang terpaut usia 7 tahun dan 9 tahun dengannya.
Lulusan Loyola University
Marissa awalnya berkuliah di jurusan Psikologi di DePaul University dan lulus pada Juni 2006. Mengutip dari blog judgemarissa.com, ia menyelesaikan pendidikan tersebut sembari merawat kedua adiknya. Meski tumbuh di Amerika, nilai-nilai kekeluargaan Asia tetap ditanamkan oleh keluarganya. Baru setelah itu ia menempuh pendidikan hukum di Loyola University. Ia berhasil lulus pada Mei 2010 dan mendapat gelar Juris Doctor.
Perjalanan panjang menjadi hakim
Perjalanannya menjadi seorang hakim tidak ia tempuh dengan instan. Ia mengawali karier sebagai pengacara di tujuh firma hukum. Sebelum menjadi hakim, ia terakhir bekerja di Glago Williams, L.L.C. sebagai Associate Civil Trial & Class Action Attorney. Spesialisasinya adalah kasus litigasi perdata termasuk kasus cedera pribadi seperti kecelakaan mobil, malpraktik medis, dan sengketa asuransi.
Karena sistem pemilihan hakim di negara Paman Sam dipilih oleh warganya, Marissa pada 2020 lalu aktif berkampanye. Ia meyakinkan para warga New Orleans bahwa dirinya adalah sosok yang memiliki keberanian, kasih sayang, dan komitmen untuk melayani masyarakat. Ia ingin berkontribusi terhadap keadilan lebih jauh dengan menjadi seorang hakim.
Jiwa sosial Marissa juga dibuktikan dengan keterlibatannya di sejumlah organisasi sosial. Contohnya Council on Alcohol and Drug Abuse for Greater New Orleans (CADA) yang misinya adalah memberdayakan masyarakat untuk membangun masa depan yang aman dan sehat melalui layanan dukungan pencegahan, pengobatan, dan pemulihan yang menumbuhkan ketahanan dan kesejahteraan. Ia juga aktif di Orchid Society, jaringan perempuan profesional muda yang memberikan teladan positif bagi perempuan muda minoritas di wilayah metropolitan New Orleans melalui pendampingan, pengabdian masyarakat, dan program kesadaran sosial.
Belum pernah ke Indonesia
Namun, Marissa mengaku belum pernah menjejakkan kakinya di Indonesia. Ia bahkan hanya mengetahui beberapa kata dalam bahasa Indonesia dan Batak berkat sang Opung. Menurut pengakuannya, lingkungan tempat ia bertumbuh kurang memungkinkan untuk mempelajari bahasa Indonesia karena di rumah pun ia selalu menggunakan bahasa Inggris.
Bagaimanapun Marissa membuat warga Indonesia, terlebih masyarakat keturunan Batak, tetap bangga karena profesinya. Apakah kamu punya cita-cita yang sama seperti sosok ini, Bela?