Zaman yang berkembang membuat para sineas lebih kreatif dalam berekspresi. Akhirnya, cerita yang kita saksikan dalam film pun kian beragam. Karakter perempuan yang lebih kompleks dan berdaya pun sudah jadi hal yang lumrah.
"Karyaku selalu jadi karya pribadi. Maksudnya aku menulis ceritaku sendiri lalu mengarahkannya. Di tiap filmku, aku selalu punya karakter perempuan utama, entah itu sebagai anak-anak, remaja, istri, ibu. Mengapa? Aku pikir masing-masing merepresentasikan termasuk diriku sendiri. Saat membuat film, aku jadi bisa mengenal siapa diriku sebagai pencipta sekaligus sebagai manusia," ujar Kamila Andini, sutradara serial Gadis Kretek yang akan segera tayang di Netflix.
Sesi talk show Reflections of Me yang diadakan Netflix ini turut Anupama Chopra (Kritikus Film - India), Eirene Tran Donohue (Penulis Skrip film A Tourist’s Guide To Love - Vietnam), Manatsanun ‘Donut’ Phanlerdwongskul (Aktris film Thai Cave Rescue - Thailand), Marla Archeta (Sutradara film Doll House - Filipina). Di kursi moderator, ada Marissa Anita, aktris Indonesia pemeran film Ali & Ratu Ratu Queens.
Keenam sosok ini mendiskusikan dinamika peran seorang perempuan di depan maupun di balik layar. Mereka satu suara menggunakan film untuk mengeksplorasi lebih jauh gejolak batin yang dirasakan oleh perempuan.
"Orang-orang hanya melihat kita sebagai seorang ibu, atau mereka hanya melihat kita sebagai istri. Padahal kita lebih dari itu. ... Kompleksitas yang ada di dalam diri perempuan untuk menjadi semua versi diri kita di waktu yang sama, kalian tidak harus memisahkannya atau meminta maaf untuk bagian diri itu. Kalian bisa menunjukkan suka dukanya karena tidak ada perempuan dan ibu yang sempurna," kata Eirene.
Jika cerita di atas berasal dari orang-orang di balik layar, Manatsanun ‘Donut’ Phanlerdwongskul selaku aktris juga mengungkapkan kebahagiaan usai dipercayai untuk menjadi pemeran di serial Thai Cave Rescue. Meski hanya berjumlah enam episode, tanggapan baik mengalir untuk tontonan yang diadopsi dari kisah nyata ini.
"Aku merasa beruntung memerankan Pim, seorang karakter perempuan yang kuat. Dia independen dan pemberani. Dia tidak punya kekuatan untuk memerintah orang lain, tetapi dia mengerahkan kecerdasan emosionalnya untuk mencoba meyakinkan orang lain untuk tetap bekerja. Dan itulah senjata rahasia kita (sebagai perempuan)," ungkap Donut.
Namun, ada saja stereotipe yang melekat dalam karakter perempuan dalam sebuah serial atau film. Sebagai kritikus film yang jam terbangnya sudah tinggi, Anupama mengungkap bahwa melibatkan lebih banyak perempuan akan jadi solusi untuk mendobraknya. Ia senang perfilman saat ini sudah menunjukkan geliatnya karena jumlah kru perempuan juga sudah meningkat.
Selain itu, ia sependapat dengan Eirene soal karakter perempuan. Apalagi bagi pemeran utama, mereka tak harus menjadi "iblis atau dewi". Bagi Anupama, tak apa menjadi tak sempurna. Ia justru lebih ingin para karakter ini bisa berani mengangkat isu yang lebih kompleks.
Gagasan tersebut lalu diamini oleh Marla Archeta. Film arahan terbarunya Doll House telah sukses mengobrak-abrik emosi penonton. Hal ini kemudian mendatangkan ekspektasi lebih untuk karyanya di waktu yang akan datang. Alih-alih menciut, sang sutradara mengaku lebih tertantang.
"Mereka mengharapkan lebih dari kami kreator konten. Itu jadi lebih menantang bagiku dan aku bersyukur karenanya. Kita harus melangkah ke depan, membuat konten yang lebih baik dan berkualitas. Sama seperti yang dikatakan Ibu Anu, kita harus lebih peduli sehingga bisa merepresentasikan budaya kita lebih baik dan tidak mengikuti stereotipe," papar Marla.
Di balik film-film menarik yang kita saksikan saat ini, rupanya ada perjalanan panjang dalam proses penciptaannya, ya, Bela. Sejauh ini, ada nggak karakter perempuan di film atau serial yang sukses mencuri hati kamu?