Acara FORTUNE Indonesia Summit 2022 hari pertama digelar Rabu (18/5). Bertempat di Hotel The Westin, Jakarta, acara ini menghadirkan tokoh-tokoh berpengaruh di dunia bisnis dan pemerintahan.
Dalam sesi yang menutup hari pertama ini, tema yang diangkat adalah Next Generation Indonesia. Narasumber yang hadir adalah tokoh Fortune 40 Under 40, yaitu Erastus Radjimin (Founder-CEO ARTOTELGroup), Belinda Tanoko (Presdir Tanrise Property), dan Dyota M. Marsudi (Presdir Aladin Syariah).
Ketiganya berbagi pengetahuan soal memimpin di usia muda, nih, Bela. Cek tipsnya, yuk, supaya bisa kamu terapkan!
1. Pimpin dengan hati
Bagi Belinda, mampu memimpin perusahaan sebesar Tanrise Property adalah sebuah privilege (hak istimewa). Dengan karakteristik pegawai yang beragam, menurutnya pemimpin perlu memimpin dengan hati agar tim tetap berjalan baik.
“This is the entire group with a lot of people. Lead with heart. We want to treat people how we want to be treated. Itu yang menjadi kuncinya juga. Karena kita bisa memberikan aspirasi untuk tim kita juga. Bekerja dengan integritas dan selalu punya kontribusi perubahan yang terus menerus,” katanya.
2. Jangan takut bodoh di depan tim
Erastus Radjimin atau Eri punya pola pikir unik soal kepemimpinan. Menurutnya, seorang pemimpin tak perlu takut bodoh di hadapan timnya. Justru, ia selalu bertekad untuk merekrut orang-orang yang lebih cerdas darinya.
“Mental yang selalu saya bicarain di internal, kalau mau hire orang, hire yang lebih pinter gitu. Even the director want to hire waiter, make sure the waiter is lebih pinter dari lu,” terangnya.
Belinda mengamini hal tersebut. Menurutnya, aspek manusia mengambil peran terpenting dalam sebuah perusahaan. Tim akan lebih senang jika pemimpin mereka mau terlibat langsung dalam pekerjaan, alih-alih hanya memerintah dari kejauhan saja.
3. Dapatkan tim yang pas
Sejalan dengan pernyataan Belinda sebelumnya, perusahaan yang mampu bertahan adalah perusahaan dengan tim yang tepat. Sebab, perjalanan membangun usaha tidaklah mudah. Oleh karena itu, menemukan tim yang pas akan membuat rintangan terasa lebih mudah dihadapi.
“If we complement each other, memiliki kultur yang pas, kita bekerja sama dengan baik, it makes the journey a lot easier,” ungkap Dyota.
4. Akrab dengan dunia yang akan dipimpin
Pemimpin muda kerap diremehkan karena dianggap masih minim pengalaman. Padahal belum tentu demikian. Untuk mematahkan anggapan tersebut, pemimpin muda, terutama pengusaha, harus akrab dengan lingkup yang akan mereka pimpin.
“Sebenarnya, pengalaman. Ability comes with age. Kita mesti banyak dengerin orang tua karena kita pernah muda tapi belum pernah tua. Yang tua sudah pernah muda. Jadi sebisa mungkin open mind supaya kita bisa ngobrol, how to improve. Terus terang memang pengalaman itu membantu banget kalau udah kerja dari bawah terus pelan-pelan bangun company lah, kerja sama orang lah, itu sangat bikin impact,” papar Eri.
5. Terbuka menerima masukan
Hal ini juga tak kalah penting, terbuka dengan masukan-masukan untuk perkembangan di masa yang akan datang. Sikap ini mencegah seorang pemimpin cepat puas dengan dirinya.
“Kita juga harus seek advice, terus-terusan. Dan ga pernah, apa, ya, satisfied, dengan progress yang kita miliki,” ujar Dyota.
6. Pandai mengatur prioritas
Sebagai seorang pemimpin perempuan, Belinda merasakan tantangan untuk menjadi pebisnis, ibu, dan istri sekaligus. Tak dimungkiri, hal itu membuatnya sibuk luar biasa. Namun, ia tetap harus pandai mengatur prioritas agar salah satunya tidak terbengkalai.
“Itu nggak bisa di-manage dengan balance seperti time management, working balance, it’s very hard and awkward. Karena kita harus bisa middle, harus bisa fokus. Kalau kita sama keluarga, intentionally we spend our time with our family. When we’re with our kids ya intentionally spend time with our kids. Kalau kerja, ya we have to focus dengan apa yang kita kerjakan,” ungkap Belinda.
7. Aktif mencari relasi
Pemimpin adalah pekerjaan yang erat kaitannya dengan orang banyak. Maka dari itu, pemimpin harus aktif mencari banyak relasi potensial untuk membuka kemungkinan bermitra di masa yang akan datang.
“Pertama, ada chemistry. Kedua, ada opportunity. Nah, opportunity ini, kan, harus kita cari terus. Nggak bisa cuma diem terus,” kata Belinda.
8. Tahan banting
Tantangan dalam memimpin akan datang silih berganti. Oleh karena itu, tahan banting adalah sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Di saat krisis sekalipun, pemimpin harus bisa menemukan jalan keluar untuk tetap bertahan.
“Waktu pandemi itu kita harus puter balik otak, harus hasilkan sesuatu yang berbeda juga karena untuk hotel pun drop drastis. And then everybody afraid, kan, to invest juga, karena keadaan tidak menentu. Jadi kita puter otak lalu kita buat satu konsep yang baru supaya bisa dijangkau oleh market,” ujar Belinda.
9. Jangan jadikan beban
Meskipun terasa berat, pekerjaan menjadi pemimpin tak seharusnya dijadikan sebuah beban. Agar jalan ini menjadi sebuah jalan yang panjang, pemimpin harus melihat memimpin adalah sebuah kesempatan untuk berkembang.
“It’s about mindset. Kalau nganggep ini sebagai beban, ya berat. Kalau misalnya kita melihat ini sebagai kesempatan untuk berkontribusi ke tim kita, customer kita, masyarakat, bahkan kalau mau selfish, ya, berkontribusi ke diri kita sendiri, belajar gitu. Jadinya walau ada beberapa hari yang lumayan berat, tapi at the end of the day seneng, happy,” kata Dyota.
Sudah siap jadi pemimpin muda, Bela?