Ada berapa keputusan yang kamu ambil dan seringkali kamu menyesal lalu kecewa. Nggak hanya satu atau dua bukan? Bisa jadi juga kegagalan yang dalam membuatmu nggak mau lagi membahasnya di kemudian hari. Akan tetapi dalam proses wawancara hal itu bisa terjadi. Inilah yang harus kamu sadari dan lakukan di hadapan perekrut kalau mereka membahas yang satu ini.
Walaupun kekecewaan atau kegagalanmu adalah masalah personal sekalipun, ini bisa berkaitan dengan karier yang sedang kamu bangun. Karena dalam berkarier pun, kamu juga akan diiringi masalah-masalah yang sifatnya personal juga. Perekrut ingin melihat dedikasi dan usahamu mengejar keinginan dan target yang kamu buat sendiri. Kalau kamu masih terpuruk dengan keadaan masa lalu, bagaimana bisa kamu bertahan dengan kondisi kerja yang lekat sekali dengan perjuangan dan kekecewaan?
Kalau diingat ulang, ada beberapa keputusan yang membuatmu kecewa. Misalnya, nggak dapat nilai bagus waktu kuliah, kurang aktif berorganisasi, malas bersosialisasi, bukan pemimpin tim kerja yang baik atau terpaksa menjalani kuliah yang nggak sesuai dengan keinginan. Ubah itu semua menjadi nilai positif dihadapan para perekrut. Tunjukkan juga kalau kamu ada usaha dan memanfaatkan peluang untuk memperbaiki dirimu menjadi lebih baik lagi.
Kepribadianmu bisa terbentuk menjadi tangguh dan mandiri karena bisa menerima dengan lapang dada segala kegagalan dan kekecewaan. Efeknya dalam menghadapi suatu permasalahan kamu nggak putus asa dan belajar dari pengalaman yang sebelumnya. Dan itu akan tampak ketika kamu mengutarakan beberapa hal yang sempat membuatmu kecewa besar. Hindari terbawa perasaan di masa lalu sehingga cara menjawabmu terlalu emosional.
Mengalami rasa kecewa bukan berarti nggak ada lagi jalan menuju sukses. Justru kamu akan menemukan hal lain yang lebih seru.