Istilah feminisme atau feminis dikutip dari saylor.org, pertamakali muncul di Prancis dan Belanda pada tahun 1872 sebagai les feminists, di Britania Raya pada tahun 1890, dan di Amerika pada tahun 1910. Seiring berjalannya waktu, istilah feminis pun kian menjadi hal yang sedikit eksentrik bagi beberapa kalangan tertentu. Iming-iming negatif mengenai feminisme menjadi semakin happening. Feminisme menjadi sebuah hal yang wajib dihindari bagi wanita. Kenapa seperti itu?
Asumsi-asumsi negatif yang cukup menjadi pengaruh bagi beberapa pihak yang masih saja awam mengenai isu ini pun dapat memberikan efek yang cukup signifikan. Apakah kita sebagai perempuan harus terlibat didalam pergerakan-pergerakan yang berhubungan dengan feminisme, lalu secara resmi dapat dikatakan sebagai seorang feminis? Atau apa perlu kita sebagai perempuan menuntut hak-hak yang kita inginkan dengan cara mendemonstrasikan keinginan kita, berdasarkan landasan demokrasi yang kita miliki? Terdengar sedikit anarkis, tetapi bukan hal itu yang menjadi titik penting dalam hal feminisme.
Ketika kita berpikir bahwa, sebagai seorang perempuan kita membutuhkan sesuatu yang lebih layak, sesuatu yang ingin kita perjuangkan, sesuatu yang lebih seimbang di dalam dunia perekonomian, sesuatu yang lebih adil di dalam dunia politik, sesuatu yang lebih sesuai di dalam hal kebudayaan, atau bahkan sesuatu yang lebih layak untuk diri sendiri. Kalian telah menjadi para pemimpi di dalam pergerakan feminisme ini.
Ketika Raden Adjeng Kartini sangat mengagumi para perempuan modern, mengapa kita tidak bisa menjadi bagian dari sosok kekagumannya? Sedikit saja. Ketika makeup menjadi bagian dari kehidupan setiap perempuan, maka ketika ia sedang menggunakan makeup ia sedang menuntut hak keindahan bagi dirinya sendiri. Waktu yang dapat dihabiskan oleh seorang perempuan dalam merias diri menjadi bagian dari pergerakan seni yang jarang sekali dapat diapresiasi. Ketika sosok perempuan kembali lagi bermimpi untuk dapat ikut serta di dalam pergerakan-pergerakan politik demi mensejahterakan masyarakat, mereka tidak lagi bermimpi untuk para perempuan saja. Mereka bermimpi untuk setiap orang yang layak menerima kesejahteraan. Mereka sedang menyalurkan berbagai ide dan usaha penting demi mencapai tujuan mereka.
Mereka tidak sedang hidup di atas mimpi orang lain. Menariknya, menjadi seorang feminis, dapat membuat seseorang akan menjadi lebih menghargai diri mereka sendiri dan juga orang lain. Karenanya, perempuan telah melakukan begitu banyak kontribusi di dalam berbagai aspek kehidupan. Perempuan yang sangat mengenali dirinya sendiri, tentunya sangat mengetahui bahwa role model terbaik bagi seorang perempuan ialah dirinya sendiri.
Kita telah berbicara mengenai mimpi-mimpi. Kita telah berbicara mengenai seni. Kita telah berbicara mengenai inspirasi. Hal ini bukan saja mengenai bagaimana seorang perempuan rela menuntut setiap hak demi kesetaraan. Melainkan, perempuan akan berbicara mengenai dirinya sebagai sosok feminis. Dan sebagai perempuan yang selalu bermimpi dan berpikir, yang tanpa disadarinya, mereka telah hidup di dalam ideologi feminisme itu sendiri.