Tak dapat dipungkiri, Horor memang masih menjadi magnet paling apik dalam dunia perfilman Indonesia. Dari zaman dahulu, film bergenre horor selalu laku di pasaran. Bahkan menurut seorang psikoanalisis, Sigmund Freud, horor adalah tentang hasrat terpendam manusia di bawah alam sadar.
Baru ini, film horor sedang merajai prestasi perfilman Indonesia. Film horor yang satu belum habis tayang, film baru pun sudah mau rilis. Bela, penasaran nggak sih, seperti apa sejarah film horor Indonesia? Let's check this out!
1. Film horor pertama Indonesia
Film bernuansa seram yang paling pertama di Indonesia berjudul Doea Siloeman Oeler Poeti en Item (1934). Kisah ini menjadi film kedua di Indonesia setelah film pertama Indonesia yakni Loetoeng Kasaroeng (1926). Sutradara film ini adalah Then Teng Chun. Ia memproduksi film ini bersama Cino Motion Pictures. Film ini berkisah tentang dua siluman yang ingin menjadi manusia.
2. Ketika berkembang pesat
Lalu, perkembangan film horor melejit begitu pesat setelah adanya film Terang Boelan produksi Nederlandsch Indie Film Syndicaat dan disutradarai oleh Albert Balink sukses di pasaran. Saat itu, mereka memakai pemain-pemain sandiwara untuk filmnya.
3. Mendominasi pasar film horor
Pada rentang 1940 sampai 1941, perusahaan Then Teng Chun yakni Java Industrial Film, berhasil memproduksi 15 film. Salah satunya berjudul Tengkorak Hidoep (1941) karya Tjoe Hock. Film ini sangat laku di pasaran. Selain karena efek petir dan tengkorak begerak, kisahnya juga menarik, yakni tentang perjalanan seorang pendekar ke pulau angker.
4. Film horor kehilangan pesona
Setelahnya, film horor sempat meredup dan bersinar kembali pada tahun 1971. Ditandai oleh rilisnya film Lisa karya M Syariefudin dan Beranak Dalam Kubur karya Awaludin dan Ali Shahab. Dari film Beranak Dalam Kubur, legenda perfilman horor Indonesia, Suzanna memulai debutnya.
5. Kembali untung
Keuntungan besar-besaran berhasil diraih oleh film Beranak dalam Kubur yang menghasilkan Rp72 juta selama penayangan filmnya. Setelah itu, tak tanggung-tanggung, ada 22 judul film horor bermunculan pada 1972 sampai 1980. Pada 1981 sampai 1991. Dari setidaknya 84 judul film horor yang ada, 16 di antaranya dibintangi Suzanna. Wow keren, ya!
6. Eksploitasi seksualitas
Pada era 1970-1990an, horor identik dengan seks, kekerasan, dan komedi. Berbagai adegan panas berani dilakoni Suzanna. Ditambah bang Bokir yang menjadi bumbu lucu di dalamnya, film-film seperti Sundel Bolong (1981), Nyi Blorong (1982), Malam Jumat Kliwon (1986), Ratu Buaya Putih (1988) dan Wanita Harimau (1989) sukses di pasaran.
7. Film horor di era milenium
Masuk tahun 2000, acara-acara horor pun bermunculan di televisi dan booming, seperti Pemburu Hantu, Uka-Uka dan Dunia Lain. Saat pertelevisian mulai menguasai dunia horor, Jose Poernomo dan Rizal Mantovani mengambil sudut yang berbeda. Mereka berdua justru memproduksi film horor dengan judul Jelangkung (2001). Film ini berhasil mendatangkan 1,5 juta penonton di seluruh Indonesia. Film horor ini berhasil menyaingi kesuksesan Petualangan Sherina (2000) karya Riri Riza.
8. Aktris porno warnai film horor
Bumbu seks dan komedi pun semakin menggila. Artis film porno luar negeri diajak juga sebagai pemeran film-filmnya horor Indonesia. Seperti Rin Sakuragi di film Suster Keramas (2009), Maria Ozawa dalam Hantu Tanah Kusir (2010), Sora Aoi dalam Suster Keramas 2 (2011), Tera Patrick di Rintihan Kuntilanak Perawan (2010), dan Sasha Grey dalam Pocong Mandi Goyang Pinggul (2011).
9. Cerita lokal
Di sisi lain, film-film horor yang menampilkan tempat-tempat seram tertentu juga bermunculan. Beberapa tempat wisata misteri pun diangkat dalam film, seperti dalam film Hantu Jeruk Purut (2006), Rumah Kentang (2012), Mall Klender (2014), ataupun Taman Langsat Mayestik (2014).
10. Film horor naik kelas
Kini, Romansa film horor masa lalu mencoba diangkat kembali. Salah satunya adalah film tahun 1982 yang kembali dibuat oleh sutradara Joko Anwar, yakni Pengabdi Setan. Film Pengabdi Setan (1982) disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra. Joko Anwar begitu berambisi sampai mengejar izin produksi ulang film ini selama 10 tahun lamanya.
Usaha Joko Anwar pun tak sia-sia, terbukti 4,2 juta penonton mau menyaksikannya. Bahkan belakangan, pada Senin (19/2/2018), Joko Anwar mengumumkan bahwa Pengabdi Setan tayang di 42 negara, termasuk Belanda, Singapura, Thailand, Spanyol, dan Taiwan.
Keberhasilan Joko Anwar bukan tanpa alasan. Selain karena perkembangan teknologi yang semakin pesat untuk mewujudkan imajinasi, masyarakat juga rindu dan ingin tahu dengan film horor masa lalu. Selain Pengabdi Setan, juga ada Danur: I Can See Ghost pada 2017 yang juga sukses sebelumnya dengan 2,7 juta penonton selama penayangan dan masih banyak film horor lainnya.
Kedua film tersebut menjadi bukti film horor Indonesia mulai membaik kualitasnya. Tidak menampilkan kesan seks sama sekali, horor tetap dapat dinikmati sebagai salah satu genre favorit penikmat film Indonesia.
Itulah perkembangan dan sejarah film horor Indonesia. Semoga bermanfaat ya, Bela!