Selain dramanya, industri kpop adalah yang paling sering terdengar oleh telinga kita orang Indonesia dari ranah hiburan Korea Selatan. Dari jamannya Super Junior hingga BTS sampai Wanna One seperti sekarang, tidak sedikit remaja atau bahkan perempuan dewasa yang mengidolakan anggota boyband dan girlband, namun sayangnya mereka sendiri masih sering disepelekan di negaranya sendiri.
Seringkali kita mendengar banyak netizen korea yang mengeluh ketika seorang idol membintangi drama karena dianggap tidak sesuai dengan level para aktris dan aktor korea. Kenapa ya begitu?
1. Netizen menyebut idol hanya bermodalkan tampang
Modal penampilan keren saja ternyata menjadi kelemahan mengapa idol sampai sekarang masih dianggap kasta yang paling rendah di indusri hiburan korea. Maka dari itu, seringkali penampilan terbaru para idol menjadi serbuan cacian atau bahkan pujian dari para netizen.
Mereka dianggap hanya sekedar beruntung bisa debut bersama teman-teman sebayanya dengan bekal lagu dan tarian sehingga kurang meninggalkan kesan yang mendalam bagi penontonnya. Faktanya ada lebih dari 50 grup yang debut di Korea Selatan setiap tahunnya sehingga kalau mereka tidak terlalu bersinar dengan kemampuannya, susah untuk terus bertahan lama.
2. Tidak mendapatkan pelatihan penuh
Pernah dengar Suzy, Yoona dan bahkan Joy sempat dikritik karena menjadi pemain utama dalam sebuah drama? Umumnya, netizen berkomentar para idol mayoritas tidak bisa akting karena sibuk dengan jadwal manggungnya. Meski tidak sepenuhnya salah, beberapa idol yang memiliki potensi untuk menjadi aktor dan aktris memang tidak mendapatkan kelas berakting maksimal terlihat dari penampilannya di depan layar kaca yang masih kaku.
Apalagi untuk idol yang tiba-tiba mendapatkan tawaran menjadi pemain utama atau pengisi acara utama dalam program tertentu, sekali saja membuat kesalahan kecil, mereka bisa menjadi bulan-bulanan netizen. Idol yang bertahan di tengah situasi seperti ini biasanya adalah mereka yang mau belajar individual cara kerja industri hiburan di korea karena pada akhirnya masa kejayaan boyband dan girlband ada limitnya.
3. Asumsi permainan media dan agensi
Salah satu rahasia umum yang cenderung tidak diketahui para fans internasional adalah beberapa agensi besar memiliki kemampuan untuk mengatur media mulai dari promosi hingga skandal. Terkadang agensi memiliki cara sendiri untuk menaikkan nama salah satu artisnya dengan terus memborbardir berita ke setiap lini media massa hingga publik terbiasa dengan pemberitaan sang artis.
Hal ini ternyata disadari lebih cepat oleh netizen Korea dan asumsi ini sangat lekat pada anggota boyband dan girlband mengingat popularitas mereka yang cepat menanjak dibandingkan aktor, pembawa acara dan pelawak yang membutuhkan relatif waktu yang lama untuk diakui publik.
Jadi, yang sabar-sabar aja ya kalau idol kamu masih dianggap sebelah mata di negaranya. Percaya deh, waktu pasti bisa membuktikan kemampuannya yang sesungguhnya.