Cannes Film Festival ke-76 tengah diadakan di Kota Cannes, Prancis selama dua minggu. Menjadi sentra perhatian setiap tahun, festival ini mengundang aktor dan aktris papan atas serta produser film untuk berkompetisi dan mengapresiasi karya film.
Meski diadakan serba glamor dan penuh keanggunan, ajang kompetisi ini tentunya punya segudang kontroversi yang mengelilinginya. Berikut ini beberapa kontroversi seputar Cannes Film Festival yang Popbela rangkum.
1. Kontroversi Lars von Trier
Lars von Trier adalah seorang produser film asal Denmark yang punya reputasi buruk di Cannes Film Festival. Reputasi buruknya terpusat pada karya filmnya yang sering menampilkan adegan ekstrem dan lelucon tak etis yang selalu ia lontarkan selama mengikuti festival.
Akibat sikapnya yang kontroversial, pihak festival mengambil langkah untuk melarang sang produser berpartisipasi dalam acara ini. Langkah ini nyatanya tak membuat Lars von Trier menyesali perbuatannya. Ketika filmnya kembali diikutsertakan dalam festival di tahun 2018, film buatannya tetap mengandung adegan ekstrem yang mengundang amarah.
2. Cannes Film Festival dan perempuan
Ajang film bergengsi ini juga mendapatkan sorotan akibat perlakuan tidak adil terhadap aktris maupun produser film perempuan yang berpartisipasi. Salah satunya melarang masuk perempuan yang datang ke acara tanpa menggunakan high heels. Peraturan ini semakin keterlaluan ketika produser Valeria Richter yang kakinya diamputasi juga dilarang masuk karena tidak menggunakan high heels.
Tak hanya peraturan, Cannes Film Festival juga dikenal tak adil terhadap perempuan dalam kompetisi yang diadakan. Hingga tahun 2012, tidak ada produser perempuan yang menang dalam kompetisi. Bahkan kemenangan produser Julia Ducournau di tahun 2021 menjadi kemenangan produser perempuan kedua selama ajang ini diadakan.
Ketidakadilan ini mengundang protes dari tamu undangan yang dirugikan. Aktris Kristen Stewart melakukan protes terhadap peraturan menggunakan high heels dengan berjalan telanjang kaki di red carpet pada tahun 2018. Di tahun yang sama, 82 perempuan di bidang pembuatan film melakukan protes agar pihak penyelenggara melakukan perbaikan pada sistem kompetisi.
3. Tidak boleh selfie
Selama di red carpet, tamu undangan dilarang untuk mengabadikan momen dan melakukan selfie. Selain dianggap memperlambat laju kerumunan, selfie dianggap tidak mencerminkan sifat glamor dari ajang ini. Peraturan ini membuat Cannes Film Festival terlihat sombong dan ketinggalan zaman di mata masyarakat.
Peraturan yang dianggap tidak masuk akal ini tentunya tidak digubris oleh para tamu undangan. Dari tahun ke tahun, banyak aktor dan aktris serta produser film tetap melakukan selfie di red carpet ajang ini. Bahkan, mengunggahnya ke media sosial masing-masing.
4. Film Netflix di Cannes Film Festival
Larangan bagi film Netflix untuk berpartisipasi pada kompetisi Cannes Film Festival diberlakukan tahun 2018. Setahun sebelumnya, film Okja danThe Meyerowitz Stories (New and Selected) diikutsertakan dalam kompetisi utama. Hal ini mengundang protes karena film ini juga dirilis oleh Netflix.
Pihak penyelenggara akhirnya membuat keputusan bahwa film Netflix tetap diperbolehkan untuk ditayangkan pada festival, namun tidak untuk diikutsertakan dalam kompetisi utama.
5. Kompetitif, namun tak sportif
Bermartabat dan terlihat glamor tidak membuat para produser film bersikap sama. Dalam ajang bergengsi ini, sikap kekanakan tetap bisa ditunjukkan terhadap satu sama lain. Contohnya kasus produser Vincent Gallo yang filmnya menerima kritikan tajam dari Roger Ebert. Gallo diketahui mengancam Ebert yang akhirnya membuat filmnya tetap mendapatkan ulasan positif.
Selain kritikan pedas, meski sedang menghadiri acara bergengsi, rasa tidak suka terhadap suatu karya tetap bisa dilontarkan para tamu undangan. Diketahui, banyak film yang ditayangkan di Cannes Film Festival mendapatkan sorakan negatif meski telah memenangkan kompetisi.
6. Vulgar dan grafik seksual
Banyak film yang ditayangkan dalam ajang ini memperlihatkan adegan vulgar dan grafik seksual. Tak hanya di dalam film, namun sikap produser film di kehidupan sehari-hari juga memengaruhi reputasinya pada Cannes Film Festival. Konsekuensi yang diterima oleh produser film karena berlaku tak etis ini tentunya mendapat cancel culture dari masyarakat.
Maïwenn, direktur dari film Jeanne du Barry yang dibintangi Johnny Depp, dituduh melakukan tindak kekerasan terhadap jurnalis asal Prancis. Tak hanya itu, film Le Retour juga diselidiki atas terlibatnya aktor di bawah umur dalam adegan vulgar. Catherine Corsini selaku direktur film Le Retour juga diduga melakukan pelecehan terhadap kru film.
7. Juri vs Publik
Kemenangan suatu film dalam kompetisi Cannes Film Festival ditentukan oleh orang-orang yang sudah diangkat menjadi juri. Namun, menjadi juri bukan berarti mereka bisa bersikap netral. Para juri tetap berargumen sengit tentang film apa yang layak menang, bahkan hingga berlaku tak etis satu sama lain.
Tak hanya terhadap satu sama lain, para juri juga masih harus berhadapan dengan publik atas keputusan mereka. Seperti di tahun 1999, ketika juri mendapatkan kritik dari publik setelah film All About My Mother karya Pedro Almodóvar yang menjadi favorit kalah telak dari film L’Humanité karya Bruno Dumont. Kritikus film Roger Ebert bahkan mengatakan bahwa momen itu adalah pembantaian massal oleh juri.
Selain yang disebutkan di atas, adakah kontroversi seputar Cannes Film Festival yang kamu ketahui?