[Exclusive] Dimas Anggara; Manifestasi Mimpi & Karya Seni Jadi #OOTD

Banyak menghilangkan adegan 21+ karena terlalu vulgar

[Exclusive] Dimas Anggara; Manifestasi Mimpi & Karya Seni Jadi #OOTD

Tahun 2022 menjadi tahun penuh tantangan bagi Dimas Anggara. Aktor kelahiran 10 September 1988 tersebut awalnya berencana ingin mencoba menjadi sutradara untuk filmnya sendiri. Namun, rencana itu justru memuai menjadi produksi secara mandiri.

Tentu saja tantangan itu menggentarkannya. Namun karena keinginan yang besar, film perdana Dimas Anggara bertajuk Outfit of the Designer (#OOTD) siap naik layar lebar pada 25 Januari 2024, di bawah payung Nih Pictures.

Mengambil referensi adegan dari lukisan

[Exclusive] Dimas Anggara; Manifestasi Mimpi & Karya Seni Jadi #OOTD

This is the moment of truth, ketika penggemar karya Quentin Tarantino dan Wong Kar-Wai tersebut bisa memproyeksikan ide-ide liarnya tidak hanya lewat cerita, namun rekam adegan yang penuh inspirasi dari karya seni. Seperti contohnya “Girl Before Mirror” milik Pablo Picasso yang menjadi inspirasi salah satu adegan—dan itu baru salah satunya. Dimas turut dibimbing oleh Faozan Rizal, seorang sinematografer sekaligus sutradara—yang akrab ia panggil Oom Pao, dan turut berperan sebagai director of photography untuk film ini.

“Nggak mungkin gue bisa menciptakan sebuah karya tanpa ada referensi,” katanya. “Banyak banget gue menonton film-film, apalagi gue memang dari kecil gue hobinya nonton, jadi banyak (pengambilan adegan) yang gue suka. Jadi gue tanya, ‘Oom, sebagai director, apa yang jadi inspirasi lo kalau lagi ngedirect?’, lalu dia bilang, ‘Dim, kita itu sebagai seniman, tidak bisa stuck (referensi) hanya dari film, kalau mau, lo harus lihatnya lukisan, karena saat lo melihat gambar, lo akan berimajinasi jadi apa saja,’” cerita Dimas.

Memang, #OOTD menjadi kesempatan Dimas untuk mewujudkan manifestasinya ketika ia menjadi aktor dan berharap suatu adegan bisa mendapatkan sudut pandang sesuai keinginannya. Salah satu arahan yang ia wujudkan adalah perbedaan warna di satu adegan, untuk memisahkan mood antar karakter.

“Gue mau bikin dalam satu frame ada dua warna yang berbeda, tanpa editing—maksudnya real dari lampu. Oom Pao bilang, ‘Apa alasan lo kayak gitu?’, gue bilang, karena mau misahin mood mereka. Karena yang satu masih on fire, yang satu udah cooling down, jadi ada dua tone yang berbeda. ‘Oke, itu kayak lukisan ini, nih..’ kata dia. Dia tuh tipe yang langsung menarik kesinambungannya ke lukisan,” kenang aktor pemeran Timbul di film Srimulat tersebut.

Dimas pun menambahkan, ada satu momen saat ia menjadi sutradara, ia ingin menggambarkan tokoh di filmnya merasa tertekan, sehingga dunia seperti menghentak dirinya dan ingin digambarkan lewat shot vertigo, maka Faozan juga mengaplikasikan inspirasi dari lukisan untuk adegan tersebut.

Menurut Faozan, Dimas adalah sosok yang memiliki idealisme liar, sehingga lukisan bisa menjadi medium untuk memanifestasikan mimpi menjadi sebuah adegan yang diinginkan. Hal yang bisa membatasi ide-ide kreatifnya hanyalah ketersediaan alat dan sumber daya manusia saja.

Terwujudnya mimpi Dimas untuk membuat film, tidak lepas dari dorongan sang Ibu, Delly Malik, seorang mantan model sekaligus mantan Pemimpin Redaksi majalah Popular. Pasca pensiun, ia dan sahabatnya ingin membuat buku. Namun karena melihat sang Anak memiliki potensi untuk membuat film, akhirnya beliau memilih untuk menjadi Produser. “Jadi memang bikin fim mengenai fashion adalah passionnya nyokap,” ujar Dimas. “Jadi ya udah, cari penulis, udah ngobrol, akhirnya ditulis sendiri sama nyokap,” tambahnya.

Sebagai sosok pencinta alam, membuat film mengenai fashion tentu menjadi tanda tanya, karena Dimas bukanlah pemerhati fashion—meskipun memiliki istri sorang Nadine Chandrawinata. “Gue nggak ngerti sama sekali soal fashion,” katanya. Jadi ia juga banyak dibantu dan diberi masukan oleh Nadine dan ibunya. Sehingga, angle film lebih mengarah ke drama yang menceritakan sisi gelap dunia fashion. Bahwa di balik gemerlap dan glamor dunia mode, ada banyak pengorbanan, jerih payah dan air mata.

“Sebagai orang awam, kita hanya melihat karya desainer doang, kita tidak tahu kan, kehidupan aslinya bagaimana. Kita mungkin melihat seorang desainer sukses di karier, tapi belum tentu sukses dalam kehidupan. Kita juga melihat model-model yang jalan di catwalk terlihat seperti ‘wah’ banget, tapi kita tidak tahu di balik itu, pengalaman pahit apa yang ia lalui. Itulah yang kami angkat,” tambahnya lagi.

Memotong durasi film karena terlalu vulgar

Dari skema kehidupan di balik layar orang-orang yang bergelut di dunia fashion, ternyata banyak adegan yang ia buang maupun potong, “Aslinya tuh, sebenarnya banyak (adegan) yang gue buang karena, kalau nggak, nggak bisa kita jual, karena ini totally 21+! Kalau ditotal, lebih dari 40 menit gue edit, dan itu di luar adegan omit (adegan yang tidak jadi diambil), karena terlalu vulgar dan dari script-nya, itu memang 21+,” terang Dimas.

Pada akhirnya, Dimas berharap, “Minimal orang menonton ini bisa tahu seberapa kayanya Indonesia. Di mata dunia, sebenarnya kita tuh, diagungkan, lho. Cuma kadang-kadang kita nih, orang Indonesia, yang mengagungkan orang luar. Misalnya saja desainer-desainer Indonesia nih, baju-bajunya dipakai di luar negeri, semua orang itu nggak ada yang nggak melihat. Semua orang pasti memuji. Gue tuh sangat bangga menjadi orang Indonesia, jadi gue berharap penonton nanti juga bisa bangga dengan karya anak negeri ini,” tutupnya.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved