Belum juga usai cibiran netizen soal tweet Capybara, YouTuber Jerome Polin baru-baru ini justru kembali jadi perbincangan hangat karena unggahan video TikTok soal praktik koas. Dalam cuplikan video tersebut, Jerome bersama dua mahasiswa kedokteran, yaitu Farhan Firmansyah dan Ekida Firmansyah yang kontennya juga kerap berseliweran di FYP TikTok.
Ketiganya asyik berjoget memakai snelli, bahkan Jerome pun lengkap mengalungkan stetoskop. Namun di dalam video, tertulis kalimat yang dinilai tak berempati hingga akhirnya menyulut emosi warganet. Para konten kreator ini, dinilai menganggap remeh kalimat keramat yang biasanya dihindari para dokter saat menolong pasien.
"Mohon maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin," demikianlah kalimat yang jadi sumber permasalahan.
Beberapa warganet yang bekerja di bidang tersebut pun, sempat memberi tanggapan hingga menyayangkan video tersebut. Apalagi, kalau mengingat dua mahasiswa yang joget bersama Jerome saat ini masih menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Dekan FKUI turut memberi tanggapan
Bahkan, karena hebohnya konten video ini juga mendapat tanggapan dari Dekan FKUI Prof dr Ari Fahrial Syam yang ternyata menyayangkan sikap tersebut. Secara saksama, ia mengingatkan agar setiap mahasiswa kedokteran hingga tenaga dokter mengutamakan etika bermedsos, terlebih soal hal yang berkaitan dengan keselamatan pasien.
Dokter Ari juga menyebutkan, kalau sensitifnya kalimat tersebut karena terbilang sebagai komunikasi penting, saat biasanya para dokter tengah mengusahakan kesembuhan pasien. Selain itu, viralnya video Jerome Polin soal praktik dokter berpotensi memicu kontroversi di masyarakat hingga dampak atau efek yang lebih luas seperti misinterpretasi.
Lewat akun Twitter pribadinya @DokterAri juga sempat menjawab komentar netizen karena permasalahan ini.
"Ya kami sedang mempelajari kasusnya, ada SK Dekan tentang Tata Krama kehidupan kampus, termasuk di dalamnya terkait bagaimana civitas akademika bermedia sosial," tulis Dokter Ari saat menanggapi kekhawatiran netizen, pada Minggu (26/2/2023).
Tertulis etika bermedia sosial para dokter
Sebenarnya, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sudah mengatur poin-poin etika bermedia sosial dalam 13 poin, ada dua poin yang kiranya perlu harus digaris bawahi di antaranya:
- Penggunaan media sosial sebagai upaya kesehatan promotif dan preventif bernilai etika tinggi dan perlu diapresiasi selama sesuai kebenaran ilmiah, etika umum, etika profesi, serta peraturan perundangan yang berlaku.
- Pada penggunaan media sosial, dokter harus menjaga diri dari promosi diri berlebihan dan praktiknya serta mengiklankan suatu produk dan jasa. Hal ini sesuai dengan SK MKEK Pusat IDI No. 022/PB/K.MKEK/07/2020 tentang Fatwa Etika Dokter Beriklan dan Berjualan Multi Level Marketing yang diterbitkan MKEK Pusat IDI tanggal 28 Juli 2020.
Jerome Polin akhirnya buka suara
Di sisi lain kalau melihat komentar tentang video joget yang semakin memanas, akhirnya membuat Jerome pun buka suara dan mengungkapkan permintaan maafnya. Mulai dari permasalahan sensor wajah orang di Jepang sampai video jogetnya.
"Halo, terkait permasalahan yang terjadi belakangan ini, aku mohon maaf ya jika ada yang tidak berkenan/menyinggung.
Terima kasih untuk segala kritik dan saran yang membangun. Akan aku jadikan bahan evaluasi untuk lebih baik, bijak, dan hati-hati ke depannya." tulis Jerome Polin lewat akun Twitternya @JeromePolin.
Beberapa netizen mengapresiasi permohonan maaf Jerome kali ini, meskipun ada juga komentar sarkasme agar laki-laki yang menyukai matematika tersebut bisa introspeksi diri. Bagaimana kalau menurutmu, Bela?