Kepopuleran boneka Labubu, ikut menyoroti Wang Ning sebagai taipan muda di balik besarnya perusahaan mainan, Pop Mart. Lantaran, demam boneka Labubu membuat Wang Ning diperkirakan mendulang kekayaan hingga Rp66 triliun.
Toko mainan ini turut tersohor di Indonesia. Apalagi, setelah membuka gerai pertamanya di Jakarta, pada 19 Juli 2024. Lantas, seperti apa sosok Wang Ning? Mari simak informasinya berikut ini, Bela!
Pendidikan yang ditempuh Wang Ning
Wang Ning kelahiran tahun 1987 di Provinsi Henan, China. Ia meraih gelar sarjana periklanan pada 2009 usai menyelesaikan pendidikan di Universitas Zhengzhou, China. Setelah itu, Wang bekerja di perusahaan media digital Sina, anak usaha Weibo.
Awal perjalanan Wang Ning merintis usaha
Namun, pekerjaan itu membuat Wang hanya betah dalam setahun. Pasalnya, ia ingin memiliki perusahaan sendiri dengan melahirkan Pop Mart pada 2010. Tekad kuat untuk menjadi pengusaha diambil setelah Wang melakukan perjalanan ke Hong Kong.
Dalam perjalanan itu, ia melihat jaringan ritel Hong Kong yang menjual berbagai macam produk yang sedang tren. Hal tersebut menginspirasi Wang hingga membuat ia ingin membawa konsep yang sama ke China.
Pop Mart membuka gerai pertama di Beijing
Pop Mart membuka gerai pertama di wilayah 'Silicon Valley' China, Zhongguancun, Beijing. Saat awal merintis usaha Wang menghadapi banyak masalah, mulai dari manajemen inventori hingga layanan pelanggan. Maklum, kala itu Wang masih mencari-cari produk yang cocok dengan menjual berbagai macam barang.
Barulah, pada tahun 2014 Wang mendapat angin segar untuk usaha yang dibangunnya. Saat mendaftar di Sekolah Manajemen Guanghua Universitas Peking, Wang bertemu dengan sekelompok teman sekelas yang memiliki satu visi dengannya. Wang akhirnya mengajak mereka untuk bergabung ke manajemen perusahaan.
Berangkat dari kerjasama itu, pada tahun yang sama Wang mulai mengurangi lini produk yang dijual Pop Mart. Ia memilih fokus untuk menjual mainan karakter yang dikemas dalam kotak misteri (blind box), seperti yang dilakukan mesin penjual kapsul gashapon di Jepang.
Penjualan Pop Mart mulai meroket
Untuk mengembangkan produk di Pop Mart, Wang akhirnya berpikir untuk menggandeng sejumlah seniman. Supaya, Pop Mart bisa memperbanyak karakter boneka yang ada di dalam kotak misteri tersebut.
Seperti gayung bersambut, pada tahun 2016 Wang berkolaborasi dengan seniman Hong Kong, Kenny Wong. Mereka menciptakan karakter perempuan berwajah bulat dan bermata besar bernama Molly, yang memiliki banyak penggemar hingga saat ini.
Berdasarkan catatan SCMP, kolaborasi Pop Mart dengan Kenny Wong pada 2016, membuat penjualan Pop Mart melesat dari US$22 juta pada 2017 menjadi US$73 juta pada 2018. Pada penjualan Hari Lajang 2019, Pop Mart sukses meraup penjualan US$22 juta dalam sehari.
Labubu berhasil meraih popularitas
Selain itu, ada pula karakter Labubu ciptaan Kasing Lung bernama The Monster. Karakter monster mirip kelinci lucu ini diciptakan Lung pada 2015. Pop Mart dan Lung baru menandatangani perjanjian lisensi ekslusif Labubu pada 2019.
Popularitas Labubu meroket setelah Lisa BLACKPINK menggunakannya sebagai gantungan kunci. Membeludaknya penggemar Labubu, hingga membuat orang rela antre dari pagi demi mendapatkan edisi terbatas mainan monster kelinci itu.
Termasuk, penjualan Labubu dalam pembukaan gerai pertama Pop Mart di Indonesia. Boneka yang mulai tersedia di e-commerce ini dijual dengan harga bervariasi, edisi besar (mega) Labubu pernah tembus Rp66 juta dan harga gantungan kuncinya mencapai Rp800 ribu.
Kerjasama Pop Mart dengan Walt Disney dan Universal Studios
Saat dunia diterpa pandemi COVID-19, Pop Mart sukses melaluinya. Wang mengarahkan perusahaan untuk mengalihkan penjualan dari gerai fisik ke e-commerce. Termasuk, melalui platform milik perusahaan Paqu dan situs belanja Tmall.
Wang sukses membawa Pop Mart melantai di bursa saham pada 2020. Sebelum IPO, pendapatan perusahaan sudah menembus US$256,8 juta dan bekerja sama dengan Walt Disney dan Universal Studios.
Wang Ning raih kekayaan hingga Rp66 triliun
Pop Mart terpantau sebagai raksasa mainan di China dengan menguasai pangsa pasar sekitar 8,5 persen. Perusahaan milik taipan itu, sudah menggandeng puluhan seniman untuk menciptakan beragam produk karakter eksklusif termasuk Dimoo, Pucky, hingga Skull Panda.
Saat ini, lebih dari 450 gerai dan ribuan mesin penjual mainan otomatis (robo-shop) Pop Mart tersebar di 30 negara. Pop Mart berhasil ekspansi ke Eropa, Asia Tenggara, hingga Amerika Serikat. Wang Ning kini menjadi miliarder dengan kekayaan US$4,4 miliar atau Rp66 triliun, masuk di posisi ke-787 dalam jajaran orang terkaya dunia.