Media sosial saat ini ibaratkan dua mata pisau. Di satu sisi, jika kita memanfaatkannya dengan baik, media sosial bisa menjadi platform positif yang dapat memberikan kita berbagai macam keuntungan. Misalnya, keuntungan dari sisi informasi dan konektivitas terhadap orang-orang yang memiliki minat yang sama dengan kita.
Namun, jika kita tidak dapat memanfaatkannya dengan baik, media sosial bisa membuat kita terjerumus dengan berbagai masalah. Misalnya, perundungan atau bahkan yang saat ini sedang banyak dibicarakan, yakni soal kesehatan mental.
Sebagai salah satu media sosial yang memiliki banyak pengguna, Instagram tentu tak luput dari dua sisi tadi. Sebagai media sosial berbasis visual, Instagram bisa mendatangkan banyak inspirasi. Namun, tak jarang, masalah kesehatan mental penggunanya bermula dari terlalu banyak mengakses Instagram itu pula.
Menyadari isu ini, Instagram tidak tinggal diam. Mereka membuat kebijakan yang peduli terhadap kesehatan mental penggunanya. Belum lama, Popbela berkesempatan untuk mewawancarai langsung Tara Bedi, Public Policy Instagram for Asia-Pacific terkait kebijakan baru Instagram ini.
Sejak awal kemunculannya, Instagram terus mengembangkan kebijakan mereka yang berkaitan dengan kesehatan mental
Menurut Tara, sejak awal Instagram diluncurkan, pengembangan kebijakan terkait masalah kesehatan mental sudah dilakukan. Bahkan, Instagram tak ragu untuk bekerja sama dengan pihak ketiga terkait hal ini agar mereka bisa mendapatkan kebijakan yang sesuai dan melindungi pengguna mereka.
"Meskipun berbasis di Amerika Serikat, namun lebih dari 90% pengguna Instagram adalah orang-orang di luar Amerika. Maka dari itu, kami terus mencari mitra yang tepat untuk mengembangkan kebijakan ini demi kesehatan mental pengguna Instagram di mana pun mereka berada," jelas Tara.
Maka dari itu, beberapa fitur dihadirkan untuk melindungi kesehatan pengguna. Beberapa fitur ini memang belum dapat kita nikmati di Indonesia, namun Tara meyakinkan semua kebijakan ini akan dapat dinikmati di seluruh dunia tak lama lagi.
Apa saja fitur tersebut? Simak selengkapnya berikut ini, yuk.
1. Fitur Take a Break
Jujur, deh, siapa di sini yang sering scrolling Instagram tanpa kenal waktu? Niat buka Instagram 15 menit, eh, berakhir jadi dua jam tanpa terasa. Hal ini membuat kita membuang waktu dan tentu tak baik untuk kesehatan mental kita.
Jika kamu mengaktifkan fitur ini, saat kamu menjelajah Instagram selama 10-30 menit misalnya, Instagram akan memberikan notifikasi berupa suara agar kamu berhenti atau istirahat karena sudah terlalu lama scrolling. Sayangnya, fitur ini baru bisa digunakan di Amerika Serikat, Inggris, Australia, Selandia Baru dan Kanada.
"Sementara ini, fitur tersebut baru bisa dinikmati di negara-negara tertentu karena masih dalam tahap pengembangan. Namun, saya pastikan fitur ini bisa dinikmati oleh pengguna Instagram di seluruh dunia," jelas Tara.
2. Algoritma yang berubah
Kebijakan kedua yang masih terus dikembangkan oleh Instagram adalah algoritmanya yang terus berubah. Jika kamu sadari, kini homepage Instagram tidak hanya lagi menampilan konten dari akun yang kamu follow, melainkan membaca algoritma dari minat yang kamu sukai.
"Secara algoritma, Instagram menampilkan konten sesuai dengan minat mereka. Namun, beberapa kali, algoritma akan memberikan konten berbeda untuk mendapatkan pengalaman yang baru bagi pengguna. Jika pengguna tidak menyukainya, Instagram akan otomatis membacanya dan memberikan konten lainnya lagi yang mungkin lebih disukai," kata Tara.
3. Menyembunyikan ‘likes’
Bagi beberapa orang, mungkin jumlah likes menjadi penting dan kebanggaan tersendiri karena konten yang mereka unggah berhasil menarik perhatian banyak orang. Tapi, sebagian lainnya berpikir, jumlah likes bisa membatasi kreativitas mereka. Maka dari itu, fitur menyembunyikan 'likes' bisa kamu gunakan, sehingga pengguna lain akan lebih fokus ke konten yang kamu unggah daripada jumlah 'likes' yang terlihat.
"Mungkin bagi sebagian orang 'likes' sangat penting. Namun, bagi sebagian lainnya sangat tidak nyaman jika hal itu terlihat. Kita bisa menyembunyikannya dan fokus pada kreativitas. Bukan pada jumlah 'likes' itu," ungkap Tara.
4. Fitur untuk mencegah perundungan
Bullying atau perundungan secara online kerap kita temukan di kolom komentar Instagram. Seseorang akan dengan mudahnya menuliskan kata-kata yang menyakitkan dan bersembunyi di balik akun anonim. Mengatasi hal ini, Instagram merilis fitur sembunyikan komentar.
Fitur ini memungkinkan kita menyembunyikan akun atau kata-kata tertentu di kolom komentar. Sehingga, saat pengguna lain menuliskan komentar itu dan mengirimkannya ke akun kita, ia bisa melihatnya. Namun, publik tidak dapat melihat komentar itu karena kita sudah menyembunyikannya.
"Ini adalah langkah kecil Instagram untuk mengurangi perundungan secara daring. Mungkin dengan menyembunyikan komentar buruk mereka, ke depannya tak ada lagi yang melakukan perundungan online," kata Tara.
5. Fitur deteksi usia
Dalam kebijakannya, untuk membuat akun Instagram terdapat minimal usia yang harus dipenuhi, yakni 13 tahun. Namun, tentu ada saja pengguna nakal yang ingin menggunakan Instagram dengan cara memanipulasi tanggal lahir, sehingga bisa membuat akun Instagram padahal usianya belum mencapai batas minimal.
Jika sudah begini, Instagram dengan fitur deteksi usia yang masih terus dikembangkannya, akan langsung menghapus akun jika terbuktinya penggunanya masih di bawah 13 tahun. Namun, akun tersebut akan aman jika akun Instagram anak di bawah 13 tahun diketahui dikelola oleh orangtua atau manajer mereka.
6. Fitur blokir Instagram
Terganggu dengan akun anonim yang sering mengirimkan pesan ke akun Instagram pribadimu, Bela? Kamu bisa memblokir akun tersebut dengan fitur ‘block’ yang ada di Instagram. Tapi, apakah kamu khawatir jika akun itu membuat akun dengan nama baru dan mengganggumu lagi?
Tak perlu takut, Bela. Sebab, kini Instagram memiliki fitur blokir yang tidak hanya dapat memblokir satu akun, tapi juga akun baru yang dibuat oleh orang yang sama. Sehingga, akunmu bisa lebih ‘bersih’ dari pengganggu, bukan?
7. Real Talk untuk meningkatkan mental health awareness
Terakhir, yang belakangan ini menjadi kerja sama antara Popbela dan Instagram adalah program Real Talk. Program ini menghadirkan figur publik yang peduli dengan kesehatan mental, serta psikolog profesional untuk membahas masalah kesehatan mental melalui Instagram Live.
Instagram memahami bahwa tak banyak orang yang mudah terbuka dengan masalah ini. Maka dari itu, kehadiran Real Talk, sedikit banyak, akan membantu orang lain yang mengalami masalah serupa agar tidak merasa sendirian. Sehingga, bisa menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin dengan bantuan profesional.
Itulah tadi beberapa hal yang dilakukan Instagram untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Semoga, tak ada lagi, ya, yang saling rundung di media sosial.