Meski ramai digunakan sebagai salah satu aplikasi yang membantu menyelesaikan pekerjaan di tengah pandemi corona, namun penggunaan aplikasi Zoom tampaknya harus kamu pikirkan ulang, deh. Sebab, selain bisa membocorkan data rahasia penggunanya, Zoom kini digunakan oleh orang tak bertanggung jawab untuk melakukan zoombombing yang sangat meresahkan.
Aksi zoombombing ini bahkan sudah sampai masuk ke ranah institusi pendidikan di Singapura, lho. Tak cuma Singapura, beberapa institusi ini juga memblokir Zoom dari aktivitas work from home mereka. Apa saja, ya?
1. Sekolah-Sekolah di Singapura
Singapura sudah memblokir aplikasi Zoom dari kegiatan belajar-mengajar mereka. Hal ini merupakan imbas dari insiden serius yang menimpa salah satu sekolah di sana. Perwakilan Kementerian Pendidikan Singapura Aaron Loh mengatakan bahwa di suatu kelas geografi online yang menggunakan Zoom, tiba-tiba saja menjadi sasaran zoombombing.
Seorang pria tak dikenal masuk ke dalam kelas online tersebut. Ia kemudian melontarkan kalimat-kalimat tak pantas, kasar dan menampilkan gambar berbau pornografi. Hal ini mengganggu jalannya kelas dan membuat tak nyaman.
Sejak kejadian itu, Aaron mengatakan pihak Kementerian Pendidikan Singapura tidak lagi mengizinkan penggunaan Zoom untuk kelas online sampai dirasa aman dan celah keamanannya diperbaiki.
2. Google
Perusahaan lain yang memblokir penggunaan Zoom terhadap aktivitas mereka adalah Google. Selain memiliki aplikasi serupa, yakni Google Meet, pihaknya merasa kalau aplikasi ini tidak aman.
Merangkum dari businessinsider.sg, Google tidak melarang penggunaan Zoom untuk kepentingan pribadi, asalkan tidak menginstalnya pada perangkat kantor. Seperti komputer atau ponsel milik kantor.
Sebab, Zoom bisa melacak data berupa deteksi wajah, lokasi perangkat, provider yang digunakan, hingga jam yang kita gunakan untuk membuka Zoom. Kabarnya, data yang diperoleh dari aplikasi Zoom ini dijual kembali ke pihak ketiga, lho. Seram, ya!
3. SpaceX
CEO SpaceX, Elon Musk telah mengeluarkan pernyataan bahwa perusahaannya tak lagi menggunakan Zoom sebagai media video conference. Alasannya satu, yakni masalah keamanan yang kini telah dihadapi oleh aplikasi tersebut. Sebab, Zoom dapat meretas dan mengambil data pribadi pengguna, seperti e-mail.
Elon Musk menyarankan kepada seluruh karyawannya untuk menggunakan e-mail, SMS dan telepon demi menyelesaikan pekerjaan mereka.
4. Smart Communications, Inc.
Perusahaan provider asal Filipina, Smart Communications, Inc. juga telah melarang penggunaan Zoom di lingkungan pekerjaan mereka. Lagi-lagi karena masalah keamanan menjadi alasan mereka untuk tidak menggunakan aplikasi tersebut.
Pernyataan Smart Communications, Inc. untuk tidak menggunakan Zoom ternyata ditanggapi dengan salah kaprah. Pelanggan mereka mengira, mereka tak lagi bisa mengakses Zoom jika menggunakan provider dari perusahaan Smart Communications, Inc. Padahal yang dimaksud karyawan, dari Smart Communications, Inc.-lah yang tidak diperbolehkan menggunakan Zoom, sementara para pengguna providernya masih bisa mengakses Zoom.
5. Kementerian Luar Negeri Jerman
Sepertinya masalah keamanan benar-benar membuat banyak institusi enggan menggunakan kembali aplikasi Zoom. Kementerian Luar Negeri Jerman juga melakukan hal serupa. Mereka memblokir Zoom dan tak akan menggunakan aplikasi ini saat membahas pekerjaan karena dinilai tak aman.
Melihat banyaknya pemblokiran Zoom, CEO Zoom Eric Yuan langsung mengambil langkah tegas. Ia mengatakan pihaknya kini telah bekerja keras untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem keamanan aplikasi tersebut. Eric bahkan menunda pembaharuan aplikasi dan mendahulukan peningkatan keamanan, agar para pengguna merasa aman saat menggunakan Zoom.
Semoga saja insiden yang terjadi di Singapura tidak terjadi lagi dan aplikasi ini bisa menjadi lebih aman ya, Bela.