Masa-masa akhir belasan tahun adalah masa-masa yang penuh pertimbangan karena harus menentukan langkah selanjutnya untuk ke depan, entah itu akan melanjutkan pendidikan atau akan merintis karier. Semua orang tentu mengalaminya, tak terkecuali dengan satu nama ini yang sedang trending , Emma Raducanu.
Emma Raducanu ramai diperbincangkan usai dirinya memenangkan turnamen tenis, US Open 2021 pada Sabtu (11/09/2021) waktu Amerika, atau Minggu (12/09/2021) waktu Indonesia. Apa yang membuat dirinya begitu diperbincangkan? Hal ini tentu berkait dengan kisah perjalanan kariernya yang menginspirasi. Petenis asal Toronto ini awalnya akan melanjutkan pendidikannya untuk belajar hukum dan menjadi pengacara, namun ia membatalkannya.
Pilihan memang tak mengecewakan. Terbukti dengan Emma yang akhirnya memenangkan turnamennya dan menjadi miliuner di usia belia. Bagaimana kisahnya? Berikut perjalanan karier Emma Raducanu, petenis miliuner di usia 18 tahun yang batal jadi pengacara.
Sudah bermain tenis sejak usia 5 tahun
Emma lahir di Toronto, Kanada, pada November 2002. Ia merupakan putri dari ayah seorang Rumania dan ibu Tionghoa. Di usianya yang masih dua tahun, ia pindah ke London. Emma mulai bermain tenis pada usia lima tahun.
Ia bermain tenis di sebuah akademi tenis bernama Bromley Tennis Academy dan juga di sekolahnya, Newstead Wood School. Meski menekuni tenis, Emma tak melupakan pendidikannya. Ia dikenal sebagai murid yang pandai dan meraih nilai A pada pelajaran matematika dan ekonomi.
Jadi petenis profesional di umur 16 tahun
Pada usia 16 tahun, Emma menjadi petenis profesional dengan dukungan pelatih saat itu, Nigel Sears - ayah mertua Andy Murray. Nigel mengungkapkan bahwa Emma adalah gadis yang luar biasa saat ia memulai karier tenis profesional pada tahun 2018.
“Saya tahu dia luar biasa,'' ungkap Nigel.
''Di usia 16 tahun, dia memenangkan turnamen USD25.000 dan setelah itu dia menjadi runner-up di acara USD25k lainnya. Mengetahui betapa baiknya dia dan betapa pintarnya dia, saya berkata kepadanya, 'Oke, Emma, Anda akan menjadi profesional sekarang'," jelas Nigel.
Emma memulai Grand Slam pertamanya pada awal tahun ini. Ia tampil memukau dan melaju ke babak 16 besar di Wimbledon. Dia memulai sebagai wildcard tetapi merebut hati bangsa dengan tiga kemenangan luar biasa, namun akhirnya mundur dalam set kedua pada putaran ke empat saat pertandingan menghadapi Ajla Tomljanovic.
Kemundurannya disebabkan oleh masalah pernapasan. Ia pun harus hiatus sementara untuk menjalani perawatan untuk kesehatannya.
Suka debat, Emma ingin menjadi pengacara
Dalam sebuah wawancara dengan Lawn Tennis Association, Emma mengungkapkan bagaimana dia memiliki ambisi untuk berkarier di bidang hukum.
"Saya suka banyak berdebat," ujar Emma.
Bahkan Emma sudah berencana untuk mendaftar ke universitas untuk meraih gelar sarjana hukum. Ia juga sudah mencari sejumlah universitas di mana ia akan belajar sambil membayangkan dirinya menjadi pengacara.
“......, Dia mencari di sejumlah universitas untuk belajar gelar sarjana hukum sambil membayangkan dirinya menjadi pengacara," ungkap seorang temannya.
Karier tenis melesat, Emma putuskan batal menjadi pengacara
Menyadari bahwa karier tenisnya melesat cepat, ia pun akhirnya memutuskan untuk menunda dan membatalkan rencanya untuk melanjutkan belajar hukum dan menjadi pengacara.
"Tapi dia menyadari setahun yang lalu bahwa karier olahraganya melesat jauh lebih cepat daripada yang dia kira. Dia sudah mulai memikirkan universitas mana yang akan dia lamar ketika dia membatalkan rencananya," jelas seorang sumber.
“Dia mendaftar untuk pergi ke universitas untuk meraih gelar sarjana hukum tetapi harus menunda rencana tahun lalu-di tengah studi A-levelnya-saat dia mulai mengantongi hadiah uang serius di tenis,'' katanya lagi.
Comeback dari hiatus, Emma menangkan US Open 2021 dan catat sejarah
Emma sempat menerima kritik saat ia mundur dari turnamen Wimbledon karena dinilai tidak mampu menangani tekanan. Setelah harus hiatus untuk perawatan kesehatannya dalam waktu ]dua bulan, ia berhasil kembali dalam Grand Slam keduanya di US Open 2021. Ia bangkit dan membuktikan bahwa keraguan dan kritikan pada dirinya selama ini salah.
Emma mencatat sejarah dengan memenangkan US Open 2021, dengan catatan tanpa kalah sejak babak kualifikasi. Ia juga dijuluki “Teen Titan” oleh New York Post. Dengan penampilan gemilangnya, Emma meraih gelar Grand Slam dan menjadi perempuan Inggris pertama yang memenangkan trofi utama tersebut sejak, 44 tahun lalu. Emma Raducanu pun membuktikan dirinya sebagai salah satu petenis muda yang layak diperhitungkan.
Emma memulai tahun dengan peringkat 336 di dunia dan 150 sebelum US Open dimulai. Kemenangannya berarti akan membawa dirinya menjadi salah satu dari 50 pemain top dunia setelah peringkat diperbarui berikutnya.
Jadi miliuner di usia belia dan miliki sifat yang manis
Kemenangannya di US Open 2021 tak hanya meraih gelar dan catatan sejarah bagi perjalanan kariernya. Di usianya yang masih 18 tahun, ia berhasil menjadi petenis miliuner. Dengan masuk final, Emma mengantongi £900 ribu dan setelah menjadi juara hadiah uang sebesar £1,8 juta menunggu dirinya. Kini ia diperkirakan menjadi atlet terkaya dari sponsorship dengan nilai kekayaan £150 juta atau hampir Rp3 miliar.
Meski begitu, Emma fokus pada memenangkan gelar, bukan uang tunai. Pelatih LTA Matt James, yang telah bekerja dengannya sejak dia berusia 16 tahun, mengatakan Emma akan menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama perempuan muda.
“Dia akan menginspirasi banyak orang, terutama anak perempuan. Dia memiliki sikap yang baik. Dia memainkan pertandingan ini dengan senyum di wajahnya dan dia keluar dan berkata, 'Saya hanya akan menikmati pengalamannya'. Tetapi pada saat yang sama dia adalah pesaing sengit yang dapat menenangkan dirinya di bawah tekanan besar,” tukas Matt.
“Dia adalah gadis miliaran dolar, tidak diragukan lagi. Bukan hanya karena dia memainkan tenis yang luar biasa, tetapi juga latar belakangnya, etnisitasnya, kebebasan semangatnya,” tambahnya
Memiliki darah Tionghoa, Emma juga mengucapkan banyak terima kasih dengan bahasa Mandarin kepada publik Tiongkok atas dukungan mereka di situs resmi Weibo.
Debut di majalah Vogue dan sederet brand yang menggandengnya
Kemenangannya itu membawa banyak undangan kepada dirinya untuk menjadi model bagi sederet brand terkenal. Salah satunya, muncul di majalah Vogue edisi terbaru. Dalam wawancaranya dengan Vogue, Emma mengatakan bahwa dirinya adalah gadis kecil yang pemalu dan tidak banyak bicara.
Tetapi, tenis telah memberinya kekuatan batin (inner strength) untuk berani di lapangan dan tak kenal takut dan bertarung. Itulah yang membuatnya berhasil seperti saat ini.
“Aku adalah gadis kecil yang sangat pemalu yang tidak banyak bicara sama sekali. Melalui olahraga, aku harus berani di lapangan, tak kenal takut dan bertarung, itu memberi saya kekuatan batin. Jika Kamu memilikinya, maka kamu benar-benar dapat mencapai apapun yang kamu inginkan,” kata Emma.
Emma juga sudah memiliki kesepakatan dengan merek pakaian dan sepatu ternama, Nike, serta ikatan sponsor raket dengan Wilson. Manajer Emma kini adalah Max Eisenbud, wakil presiden tenis di raksasa hiburan IMG dan salah satu agen paling berpengaruh dalam olahraga.
Itulah perjalanan karier Emma Raducanu, petenis miliuner di usia 18 tahun yang batal jadi pengacara. Di usianya yang masih muda ini, ia telah mencatat sejarah dan memberi inspirasi.