Duo Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, ganda putri bulu tangkis Indonesia, berhasil menoreh prestasi dan membanggakan nama Indonesia setelah meraih juara pertama Olimpiade cabang bulutangkis. Mereka membawa pulang medali emas Olimpiade pertama Indonesia, di nomor ganda putri.
Kini, keduanya kerap tampil diberbagai acara televisi dan menjadi bintang tamu di konten YouTube beberapa influencer atau artis lainnya. seperti akhir-akhir ini, Greysia ‘mampir’ ke konten YouTube Boy William di #NebengBoy. Greysia pun membawa medali emas Olimpiadenya itu dan memamerkannya pada Boy.
Namun, siapa sangka ternyata medali emas itu bukanlah seutuhnya emas, melainkan plastik daur ulang yang dibalut emas. Boy pun kaget dan meminta Greysia untuk menukarnya dengan emas asli ke panitia Olimpiade. Berikut penjelasan lengkapnya dari emas Olimpiade Greysia Polli yang ternyata terbuat dari plastik berbalut emas.
Greysia Polii: plastik daur ulang berbalut emas 6 gram
Dalam konten #NebengBoy, Greysia Polii turut membawa medali emas Olimpiade miliknya. Ia mengatakan bahwa ia membawanya untuk mengingat bahwa dia adalah pemenang Olimpiade.
“Gua bawa medali supaya sadar bahwa gua the Olympic Champion,” kata Greysia.
Greysia membawa medali tersebut khusus untuk diperlihatkan kepada Boy. Tak hanya itu, ia juga bongkar fakta dari medali emas tersebut yang ternyata tidak utuh terbuat dari emas asli. Greysia mengatakan pada Boy bahwa emas tersebut berisikan plastik daur ulang namun berbalut emas.
Boy pun kaget dengan cerita Greysia itu dan menyuruhnya untuk menukar dengan medali dari emas utuh.
“Ini tuh lapisan dia emas, tapi, dalamnya tuh kaya plastik, Jepang tuh, plastik apa segala macam dia bikin buat medali dalamnya,” jelas Greysia.
“Pinter, ya, dia berarti biar kita gak jual lagi,” timpal Boy. “Tapi lapisannya emas iya, 6 gram katanya lapisan emasnya,” sahut Greysia
“Lu bilang dong, minta tuker, suruh emas asli, jangan bego dong,” canda Boy yang dilanjutkan dengan tawa mereka.
Bukan plastik, ternyata ini bahan emas Olimpiade Tokyo 2020
Tiap-tiap medali Olimpiade memang memiliki kisahnya sendiri, begitu juga dengan emas Olimpiade Tokyo 2020. Tahukah kamu, bahwa masyarakat juga turut serta dalam pembuatan medali emas Olimpiade kali ini? Faktanya memang itu benar! Melansir dari laman resmi Olimpiade dan beberapa media asing lainnya, medali Olimpiade Tokyo 2020 tidak hanya dibuat sebagai apresiasi bagi para atlet tapi juga menjadi wadah bagi masyarakat dunia untuk berpartisipasi.
Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo (Tokyo 2020) mengadakan “Tokyo 2020 Medal Project” untuk mengumpulkan perangkat elektronik kecil seperti ponsel bekas dari seluruh Jepang. Proyek ini menjadikan Tokyo 2020 yang pertama dalam sejarah Olimpiade dan Paralimpiade yang melibatkan warga dalam produksi medali, dan pembuatan medali menggunakan logam daur ulang. - Tulis laman resmi Olimpiade 2020.
Dari proyek tersebut, sekitar 78,985 ton limbah perangkat elektronik terkumpul. Limbah tersebut didaur ulang dan menghasilkan 5.000 medali baik emas, perak, dan perunggu. Proyek tersebut juga dilaksanakan sebagai upaya kontribusi pada masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Selain mengumpulkan perangkat elektronik kecil bekas, publik juga diundang untuk memberikan proposal atau ide desain mereka untuk medali yang sekarang telah berada di leher para juara Olimpiade. Desainer yang idenya terpilih untuk merancang medali Olimpiade 2020 adalah Junichi Kawanishi.
Komposisi medali emas Olimpiade Tokyo 2020
Faktanya di Olimpiade Tokyo 2020 ini, medali emas hanya mengandung 1,2% emas murni dan 98,8% lainnya adalah perak. Itu berarti setiap medali emas hanya mengandung 6,7 gram emas seperti yang telah dikatakan oleh Greysia.
Namun, di Olimpiade kali ini, medali perak yang harus mengandung mininal 92,5% bahan perak, kini dengan perak murni 100%. Sementara untuk medali perunggu terbuat dari kuningan merah dengan paduan 95% tembaga dan 5% zinc.
Itu dia isi medali emas Olimpiade yang dibongkar oleh Greysia yang ternyata dibuat dari elektronik bekas yang berlapis emas. Kamu tim kaget atau sudah tahu, nih, Bela?