Beberapa hari ini dunia hiburan masih berduka dengan kepergian tragis Vanessa Angel dan suaminya, Bibi. Seluruh jagat maya dibanjiri konten mengenai keduanya dan ucapan bela sungkawa serta simpati pada sang anak, Gala.
Jenazah Vanessa dan Bibi sendiri sudah dimakamkan pada Jumat 5 November 2021 di TPU Islam Malaka, Jakarta Selatan. Namun, yang amat disayangkan adalah tersiar kabar bahwa makan tersebut rusak, usai beberapa oknum memakai tempat tersebut untuk membuat konten.
Beberapa bunga yang terdapat di makam tersebut bahkan tampak berantakan hingga kondisinya jauh berbeda dari sebelumnya, sampai foto Vanessa pun hilang dari pemakaman. Akhirnya makan tersebut pun harus ditutup sementara.
Miris rasanya ketika ada keluarga yang sedang berduka karena kepergian orang yang dikasihinya tetapi hal tersebut malah dijadikan konten untuk oknum-oknum tertentu. Mereka bisa jadi tak ingin ketinggalan sedikit hal pun yang terjadi atau viral di dunia maya dan bergegas membuat konten demi kepuasannya.
Kondisi ini biasa disebut dengan FOMO atau Fear Of Missing Out. Benarkah demikian? Untuk lebih jelasnya, geser terus ke bawah, ya.
Vanessa Angel kembali ‘terusik’ dengan konten-konten yang dibuat warganet
Meski raga dan roh Vanessa Angel sudah beristirahat dengan tenang bersama sang suami, tetapi masih banyak yang terus ‘mengusiknya’ dengan berbagai-bagai konten. Seperti yang sedang viral adalah konten pemanggilan arwah Vanessa dan Bibi di lokasi kecelakan yang dilakukan oleh paranormal Ki Soleh Pet dan YouTuber Baks 888 belum lama ini.
Alhasil, mereka pun mendapat hujatan dan kecaman warganet dan akhirnya meminta maaf karena telah membuat konten tersebut. Bahkan konten lainnya yang berkaitan dengan hal-hal mistis tentang Vanessa Angel, masih saja dibuat. Tentu para kreator ini mendapat kecaman keras.
Belum lagi, mereka yang membuat konten di pemakaman hingga merusak pemakaman dan tidak menghargai perasaan para keluarga yang ditinggalkan. Ini tentu menjadi luka yang makin mendalam.
Buat konten tanpa peduli situasi, FOMO?
Warganet memang dikenal dengan kemampuannya dalam mengulik berbagai peristiwa secara mendalam dan teori cocokloginya. Setiap hal yang terjadi atau viral, pasti akan ada konten-konten lain yang mengikutinya. Para pembuat konten ini tak mau kehilangan sebuah momen penting, viral atau euforia saat ini dan selalu berusaha untuk tetap mengikutinya.
Seperti pada momen kepergian Vanessa dan Bibi diikuti dengan banyak konten-konten baik yang bermaksud 'simpati' hingga untuk kepuasan diri sendiri. Bahkan dengan kecanggihan dan kemudahan yang ditawarkan teknologi untuk membuat konten, siapapun bisa mengakses dan membuat berbagai konten walau pengetahuan mereka tentang kondisi yang terjadi belum cukup.
Kondisi takut kehilangan momen ini bisa dikatakan dengan FOMO atau Fear Of Missing Out. Very Well Mind menjelaskan bahwa FOMO mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik daripada diri sendiri.
Ini melibatkan rasa iri yang mendalam dan memengaruhi harga diri. Hal ini sering diperparah oleh situs media sosial seperti Instagram dan Facebook.
FOMO bukan hanya perasaan bahwa mungkin ada hal-hal yang lebih baik yang dapat kamu lakukan saat ini, tetapi perasaan bahwa kamu kehilangan sesuatu yang secara fundamental penting yang dialami orang lain saat ini.
Beberapa penelitian mengaitkan FOMO dengan jejaring sosial yang tentunya di dalamnya termasuk konten. FOMO sangat terkait dengan keterlibatan yang lebih tinggi di media sosial. FOMO terkait dengan perasaan perlunya terlibat dalam media sosial dan meningkatkan keterlibatan itu.
Ini berarti bahwa FOMO dan kebiasaan media sosial dapat berkontribusi pada siklus negatif yang mengabadikan diri. Orang-orang dengan FOMO akan terus melibatkan diri pada media sosial entah itu selalu mengecek media sosial mereka atau mencari cara untuk membuat konten yang baru atau serupa dengan yang viral di media sosial.
Seakan selalu haus dengan konten dan media sosial, mereka bisa saja tidak peduli dengan lingkungan sekitar atau perasaan orang-orang sekitar yang terkait asalkan mereka dapat memuaskan perasaan mereka dengan terus terlibat dengan media sosial.
FOMO sendiri dinilai sangat berbahaya karena dapat meningkatnya perasaan tidak bahagia, timbulnya perilaku yang tidak sehat, stres, hingga bisa berpotensi pada kematian di tingkat tertentu.
Pastinya hal tersebut tidaklah baik. Perlu cara-cara penghentian segera sehingga baik diri sendiri maupun orang di sekitar tidak terdampak negatif dari perilaku tersebut.
Cara menghindari FOMO dan stop buat konten merugikan!
FOMO harus segera dihentikan dan dihindari. Ini bisa berdampak buruk pada dirimu dan tak menutup kemungkinan dapat merugikan orang lain seperti pada kasus Vanessa Angel ini. Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk terhindari dari dampak buruk FOMO.
Kamu bisa lebih fokus pada dirimu sendiri, karena kita tak mungkin dan tak dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan setiap saat. Cari hal lain yang dapat kamu lakukan dan jangan terpaku pada satu hal.
Cara selanjutnya bisa dilakukan dengan membatasi penggunaan media sosial dan gadget yang berlebihan. Kurangi melihat secara rutin media sosial atau konten yang dapat membuat kamu merasa tidak senang, iri atau hal negatif lainnya. Satu lagi, stop membuat konten yang merugikan orang lain.
Mengikuti pemberitaan dan membagikan konten bermanfaat boleh saja, tapi jangan sampai konten tersebut baik dari produksinya atau hasilnya malah merugikan orang lain. Tetap dalam kontrol saat membuat atau membagikan konten, lihat situasinya, dan pikirkan jangka panjangnya. Ingat konten yang kamu bagikan di media sosial adalah jejak digital, lho!
Selanjutnya, kamu bisa mencari koneksi nyata atau bermain secara nyata dengan teman atau orang-orang di sekitarmu. Jangan hanya pada teman dunia maya, tapi jalinlah hubungan erat dengan orang-orang yang hadir secara fisik.
Cara terakhir bisa dengan menghargai diri sendiri dan bersyukur dengan apa yang kamu miliki. Tegaskan pada diri untuk memiliki rasa cukup akan segala hal, menikmati dan mensyukuri yang ada. Kamu tak perlu menjadi orang lain atau menyamai orang lain yang kamu lihat kehidupannya atau kontennya.
Fokus pada apa yang kamu miliki dan jangan selalu membandingkannya dengan orang lain. Bukan suatu masalah atau kesalahan besar saat kamu tak bisa seperti orang lain atau kamu kehilangan momen tertentu di media sosial. Yang terpenting adalah kamu hidup dengan bahagia tanpa merugikan orang lain.
Membuat konten sah-sah saja tapi jangan sampai hal tersebut merugikan orang lain, ya, Bela. Take a break from your social media and be grateful also enjoy what's around you.