Ketika mendengar nama Meghan Trainor, mungkin kamu langsung ingat video klip All About That Bass yang sangat populer pada tahun 2014 silam. Yup, lagu tersebut sangat booming karena video klipnya yang lucu atau musiknya yang easy listening. Meghan disebut-sebut sebagai penyanyi wanita pendatang baru yang berhasil membawa misi women empowerment dengan meningkatkan rasa percaya diri wanita bertubuh besar. Lagu tersebut bahkan sukses membuat album pertamanya menempati posisi puncak beberapa chart musik di banyak negara. Sayangnya, penikmat musik perlahan meninggalkan Meghan meski penyanyi kelahiran 22 Desember 1993 ini mengeluarkan hits lain seperti Dear Future Husband dan No. Kenapa ya?
Sepintas, lagu All About That Bass terdengar seperti menyampaikan pesan bahwa perempuan harus percaya diri dan nyaman dengan dirinya sendiri. Padahal, ada penggalan lirik yang memiliki makna lain yang explicit. Intinya, lagu itu menegaskan bahwa laki-laki lebih suka perempuan yang berisi dibanding perempuan kurus, terutama untuk urusan ranjang. Dear Future Husband juga mengandung makna bahwa jika kamu (suami) memperlakukanku dengan baik, maka aku (Meghan) akan menjadi istri yang sempurna.
Dari penggalan lirik itulah, penikmat musik menilai bahwa Meghan justru nggak menyampaikan pesan yang empowering untuk perempuan. Dengan kata lain, perempuan harus merasa nyaman dengan dirinya ketika laki-laki nyaman dengan kondisi tersebut (lebih suka perempuan berisi) atau ketika laki-laki memperlakukan perempuan dengan baik. Kalau begitu, sama saja artinya bahwa kenyamanan perempuan bergantung pada pemikiran laki-laki, dan hal tersebut berlawanan dengan konsep feminisme yang Meghan coba sampaikan.
Pada sebuah kesempatan, Meghan mengaku bahwa dia bukanlah seorang feminis dan membantah bahwa dia mengejek perempuan bertubuh kurus. Banyak yang berpikir bahwa Meghan nggak paham tentang konsep feminisme. Seperti yang telah Popbela sampaikan, feminisme berarti mendukung gerakan kesetaraan gender. Siapapun kamu, apapun profesimu, selama kamu berpikir bahwa perempuan harus mendapatkan hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki, maka kamu adalah seorang feminis, termasuk jika kanu adalah seorang laki-laki. Jadi, apakah Meghan benar-benar bukan seorang feminis?
Salah satu hits terbaru Meghan yaitu No mendapat respons yang nggak memuaskan dari penikmat musik. Lagi-lagi, meski musiknya enak didengar, No dianggap sebagai lagu yang aneh. Meghan pernah mengatakan bahwa lagu ini bermakna bahwa kamu merasa baik-baik saja pergi ke klub seorang diri dan menolak memberikan informasi apapun tentang nama hingga nomor telepon sehingga kamu hanya menjawab no. Tapi musiknya yang upbeat membawa imajinasi pendengar pada suasana klub di mana perempuan biasanya berpenampilan cukup seksi sehingga mengundang laki-laki untuk mendekat dan minta kenalan. Apakah ini seperti bermain hard-to-get bagi Meghan?
Sebagai pendengar musik mancanegara, mungkin sebagian dari kamu tahu beberapa hits Meghan. Namun popularitasnya semakin menurun dan banyak orang kembali menaruh perhatian pada penyanyi perempuan lain yang sudah eksis lebih dulu seperti Taylor Swift, Beyonce, Demi Lovato dan Selena Gomez. Para penyanyi ini dianggap lebih bisa menyampaikan pesan positif kepada penggemarnya sebagai perempuan kuat, ambisius dan mencintai dirinya sendiri. Yang lebih menyedihkannya lagi, Meghan dianggap menggunakan konsep feminisme yang gagal dia pahami (tahun 2014 merupakan tahun di mana isu kesetaraan gender sangat marak) untuk mendongkrak popularitasnya.
Kalau menurut kamu gimana, Bela?