Semua orang tahu bahwa jika ingin sukses, maka kamu perlu bekerja keras. Buat kebanyakan orang, kerja keras dalam hal ini sering dikaitkan dengan bekerja di kantor lebih pagi dan pulang lebih malam dan mengorbankan beberapa hal demi karier. Konsep tersebut berkembang sesuai dengan budaya kerja yang terjadi di Amerika Serikat, di mana banyak orang mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk bekerja. Lalu muncul istilah work smarter, yang disuarakan oleh generasi millennial di mana mereka lebih suka mengandalkan teknologi untuk bekerja di waktu yang cukup namun lebih produktif. Tapi jika dilihat di kehidupan sehari-hari, lebih berpengaruh mana ya antara kerja keras dan kerja cerdas?
Jika berbicara tentang cara ampuh menuju kesuksesan, maka setidaknya ada dua hal yang harus kamu punya, yaitu tenaga dan pikiran yang strategis. Mengapa demikian? Karena bekerja dalam durasi yang lama nggak akan menghasilkan sesuatu yang baik jika kamu nggak menggunakan strategi untuk menyelesaikan. Sebaliknya, mengandalkan teknologi namun enggan meluangkan waktu lebih juga nggak memberikan hasil yang maksimal.
Di era serba canggih ini, ternyata masih banyak sekali CEO dan pemimpin yang meluangkan waktu lebih untuk bekerja, bahkan ketika mereka berada di rumah. Tokoh-tokoh inspiratif dalam dunia bisnis biasanya bangun lebih pagi untuk memulai hari dan tidur lebih larut untuk menyelesaikan beberapa hal. Rata-rata, mereka masih meyakini ‘mantra’ yang berbunyi, “Bekerjalah ketika orang lain/pesaing sedang tidur, maka kamu akan sukses.”
Lembur memang bukanlah hal yang menyenangkan. Namun jika kamu masih punya banyak pekerjaan, cobalah sekali-kali untuk pulang lebih malam 1-2 jam dari jam kantor sehingga pekerjaan kamu nggak menumpuk. Nggak hanya itu, kamu juga perlu sering berdiskusi kepada teman kerja tentang bagaimana menyelesaikan tugas dengan efektif dan efisien.