Jika bicara tentang tempat kerja impian, kira-kira seperti apa sih gambaran kantor yang sempurna itu? Nggak bisa dipungkiri, banyak perusahaan baik yang sudah besar maupun startup berlomba menjadi perusahaan yang keren. Punya ruang bermain, makanan gratis, dan fasilitas menggiurkan lainnya. Mereka semua punya satu tujuan, yaitu supaya kantornya sekeren Google, salah satu perusahaan yang terkenal dengan fasilitas dan desain kantor yang mengagumkan. Tapi, apakah sebenarnya karyawan itu butuh kantor yang seperti itu?
Fasilitas yang beragam atau yang biasa disebut perks adalah salah satu hal yang pertama kali dilihat oleh para pelamar, investor dan klien dari sebuah perusahaan. Perks tentu bisa meningkatkan daya tarik perusahaan terhadap pelamar. Namun apakah yang diterapkan Google, Facebook atau Netflix juga bisa diterapkan di semua kantor? Jawabannya adalah nggak, karena perks itu sendiri juga bergantung pada budaya kerja yang berlaku.
Tentu sangat nyaman jika karyawan bisa makan siang secara gratis atau punya ruang santai untuk bermain. Seolah semua karyawan menginginkan hal tersebut. Tapi satu hal yang sering dilupakan perusahaan adalah perks nggak berdampak signifikan terhadap kebahagiaan dan kinerja karyawan di kantor. Hal itu disebabkan karyawan membutuhkan hal lain yang dianggap lebih krusial.
Perks bukanlah segalanya dalam sebuah perusahaan. Tempat kerja yang baik nggak bisa hanya dinilai dari perks, tapi bagaimana hubungan yang terjalin antara para karyawan, terutama atasan dan bawahan. Trust yang diberikan atasan kepada bawahan ternyata hal yang paling dicari dan paling sulit didapatkan di perusahaan manapun. Selain itu, karyawan juga lebih memilih perusahaan yang fleksibel, di mana karyawan bisa beristirahat atau mengambil cuti sesuai dengan kebutuhannya.